Mohon tunggu...
Anindya Novayanti
Anindya Novayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menyikapi Hadis tentang Makan Secukupnya

3 Desember 2024   20:56 Diperbarui: 3 Desember 2024   20:58 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaid dan kebiasaan makannya

Zaid adalah seorang siswa dibangku kelas 8, dia dikenal sebagai anak yang sangat aktif bergaul dengan teman, baik dilingkungan sekolah maupun diluar. 

Tapi ada satu kebiasaan buruk yang sering menjadi perhatian keluarga dan teman -temannya,zaid sering makan secara berlebihan. ia tidak pernah memedulikan nasihat teman atau keluarganya. Baginya, makanan adalah tanda keberlimpahan, dan ia merasa puas jika piringnya selalu penuh. Hingga suatu hari, kebiasaan itu mulai menghasilkan sebuah masalah, ia tertimpa sakit dan nyeri setelah makan malam.Akhirnya zaid pun memutuskan untuk pergi kedokter yang mana beliau juga adalah salah satu penasihat didesa tersebut,"Pak firman, perut saya terasa sangat sakit," keluh Hakim setelah tiba." Lalu pak firman pun melakukan pemeriksaan terhadap zaid,"apakah zaid sering makan terlalu banyak dalam sekali makan ?" Lalu zaid menjawab sambil sedikit terenyum "hehe iya dok ,saya sering makan secara berlebihan".Berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, sepertinya penyebab sakit perut zaid adalah akibat dari makan terlalu banyak.Jadi zaid harus mengatur pola makan dan jangan makan terlalu banyak,makan lah secukupnya saja ya. nabi pernah bersabda 

Artinya: "Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah anak Adam mengisi perutnya dengan beberapa suapan yang akan meluruskan tulang rusuknya. Jika harus ditambah, maka sepertiganya untuk makanan, sepertiganya untuk minum, dan sepertiganya untuk bernafas." 

Zaid terdiam mendengar sabda nabi tersebut "baik pak dokter akan saya usahakan untuk merubah pola makan saya".

Hari-hari berikutnya, zaid berusaha mengubah kebiasaannya. Ia menanamkan sunnah Rasulullah dengan membatasi porsi makan. Setiap kali ia duduk di meja makan, ia mengingat prinsip suatu makanan, suatu minuman, dan suatu episode untuk napas. Awalnya, hal itu tidak mudah, tetapi zaid merasa tubuhnya lebih ringan dan energinya lebih stabil.

Perubahan itu juga membawa dampak positif lainnya. Zaid mulai memperhatikan tetangga-tetangga dan teman-temannya yang kurang mampu. Dengan makanan yang tidak lagi ia habiskan secara berlebihan, zaid mulai berbagi kepada mereka. Kebahagiaan terpancar di wajah mereka yang menerima sebungkus nasi dari tangan zaid.

"Pak firman benar," gumam zaid suatu hari. "Makan secukupnya bukan hanya menjaga tubuh, tapi juga membersihkan hati. Aku lebih bersyukur dan merasa lebih dekat dengan Allah."

Dari pengalaman ini, zaid belajar bahwa sunnah Rasulullah tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun