Dalam sosiologi, sering kita jumpai yang namanya teori. Teori-teori tersebut bukanlah serta merta ada, melainkan terbentuk melalui pemikiran-pemikiran para tokoh sosiolog. Selain itu, beberapa teori dalam sosiologi dapat juga dibentuk berdasarkan pendalaman, perluasan, juga perbaikan dari teori sosiologi yang telah ada sebelumnya. Maka dari itu, dalam artikel kali ini saya akan mengajak para pembaca untuk menelusuri landasan pemikiran dari sosiolog klasik : Karl Marx.
MENGENAL KARL MARX
Karl Marx merupakan seorang sosiolog, filsuf, juga sejarawan yang berasal dari negara 'fatherland' atau yang biasa kita kenal dengan negara Jerman. Beliau terlahir dari keluarga kelas menengah yang dikirim ke Universitas Berlin untuk belajar hukum dan filsafat dan diperkenalkan dengan filsafat Hegel. Pada awalnya, Marx tidak peduli dengan Hegel, namun ia masuk ke dalam Hegelian Muda yang merupakan sekelompok mahasiswa radikal yang berani mengkritik situasi politik juga agama pada saat itu.
Menurut Marx pemikiran Kant dan Hegel hanyalah sebuah ide yang bersifat idealis, bukan kenyataan dan pengalaman. Kemudian di tahun 1845, Marx dan istrinya menjalani kehidupan baru di Paris. Di Paris ini lah awal mula Marx terbentuk menjadi seseorang yang kritis terhadap permasalahan yang ada di masyarakat sehingga membuatnya dikenal sebagai seorang sosiolog.
LANDASAN PEMIKIRAN KARL MARX
1. Dialektika Marx
Dialektika merupakan suatu cara untuk mengetahui kebenaran melalui pertentangan dan perdebatan yang dipergunakan untuk membuat suatu metode dalam memahami kenyataan. Dialektika Karl Marx berangkat dari kritiknya terhadap pemikiran Hegel yang menurutnya hanya sebuah ide. Karl Marx membantah hal tersebut. Menurutnya, dialektika Hegel hanyalah dialektika ide, yang mana ide (kesadaran) belum dapat mencapai suatu kenyataan tanpa adanya suatu perwujudan. Perwujudan dari dunia ide tersebut ialah dunia realitas. Sebaliknya, dialektika Karl Marx biasa disebut dengan dialektika materi. Dalam dialektika materi, Karl Marx menyatakan bahwa kenyataan merupakan sesuatu yang dapat berkembang dan berproses berlandaskan dialektika dan dunia ide (kesadaran) merupakan perwujudan dari dunia realitas.
2. Materialisme Historis dan Dialektis
- Materialisme Historis
Materialisme historis merupakan suatu bentuk atau corak dalam kehidupan masyarakat yang berlandasankan materi. Hal tersebut melahirkan asumsi-asumsi seperti bagaimana corak individu dalam memasok kebutuhan material mereka dengan terus memproduksi kebutuhan yang lebih banyak lagi di luar kebutuhannya. Hal tersebut menimbulkan persepsi bahwa kebutuhan individu merupakan dasar motivasi serta dasar ekonomi. Sehingga terbentuklah kekuatan produksi material yang terletak pada alat, mesin, pabrik, dan yang lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap individu. Dengan demikian dikatakan bahwa keadaan sosial akan membentuk kesadaran setiap individu.
- Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis merupakan sebuah gejala dalam keadaan dimana setiap fenomena yang ada terus mengalami perkembangan. Fenomena tersebut ada berlandaskan materi. Dengan begitu timbullah suatu pengetahuan realitas yang melekat dan menjadi bagian dari kesadaran manusia. Marx meyakini bahwa kebudayaan pun pasti akan bergerak dan mengalami perkembangan. Dengan begitu, dalam kemajuan kualitatif tersebut, Marx menciptakan masyarakat tanpa kelas atau yang disebut sebagai komunis.
3. Manusia dan Hewan
Manusia merupakan subjek sekaligus objek, yang berarti bahwa manusia memiliki kemampuan untuk dapat mengubah, mempengaruhi, juga menciptakan sejarah atau realitas yang ada. Namun Marx mengatakan bahwa manusia tidak dapat memilih situasi sesuai dengan kemauan mereka. Mereka hanya dapat menghadapi situasi tersebut untuk dapat menjadikan realitasnya lebih baik dari masa lalunya. Mereka memiliki kesadaran. Kesadaran tersebutlah yang membedakan mereka dengan hewan. Selain itu, manusia pun mampu memproduksi dan mencukupi kebutuhannya sendiri demi dapat bertahan hidup. Produksi tersebut termasuk ke dalam suatu bentuk material.
4. Masyarakat dan Kelas
Dalam masyarakat terbentuk kelas-kelas sosial yang melahirkan sejarah perjuangan kelas. Dalam perjuangan kelas tersebut lahirlah dua kelas yang mampu mengelompokkan masyarakat tersebut. Kedua kelas tersebut terbentuk karena kepemilikan alat kerja. Kelas tersebut terdiri dari kelas borjuis (pemilik modal) dan kelas proletar (pekerja/buruh).Â
Kelompok borjuis merupakan kelompok pemilik modal atau alat kerja. Sedangkan kelas proletar merupakan kelompok yang tidak memiliki alat kerja sehingga menjual tenaga kerja kepada borjuis. Hasil kerja kaum proletar ini dipatenkan sebagai hak milik dari kaum borjuis. Padahal, borjuis dan proletar ini saling membutuhkan. Kaum proletar dapat bekerja dari tempat kerja dan alat produksi yang dimiliki kaum borjuis, begitupun dengan kaum borjuis. Kaum borjuis mendapatkan keuntungan dari hasil kerja kaum proletar. Namun, kaum proletar (buruh) tidak dapat hidup jika tidak mendapatkan kerja dari kaum borjuis atau ketika kaum borjuis menutup pekerjaan untuk mereka. Sedangkan kaum borjuis tetap dapat menyambung hidup karena ada modal yang berasal dari alat kerja yang dimilikinya. Untuk dapat mendapatkan jalan keluarnya, maka lahirlah sejarah perjuangan kelas.
5. Sistem Kapitalis dan Alienasi
Menurut Marx, sistem produksi kapitalis yang tidak sesuai dengan hakikat kemanusiaan dapat melahirkan suatu fenomena keteransingan dalam diri manusia atau yang disebut sebagai alienasi. Alienasi terdapat pada hubungan antara kelompok pemilik modal atau alat produksi (kapitalis) dan kelompok pelaku produksi (buruh). Dapat dikatakan bahwa dalam masyarakat kapitalis ini para pekerja atau buruh tidak melihat hasil kerjanya sebagai suatu makna. Hal tersebut karena para buruh hanya bekerja dengan tujuan mendapatkan pembayaran dan upah dari sang kapitalis sehingga dapat digunakan untuk bertahan hidup. Hal tersebut tidak lagi dianggap sebagai ungkapan keahlian dari manusia. Bagi para buruh, tujuannya bekerja hanyalah demi mendapatkan upah, yang mungkin tidak sebanding dengan apa yang didapatkan oleh kaum kapitalis yang telah mempekerjakan para buruh. Dengan demikian, Marx merasa sangat prihatin terhadap sistem kapitalisme yang seperti itu. Menurutnya, sistem kapitalisme tersebut menyebabkan adanya alienasi.
6. Kesadaran dan Perjuangan Kelas
Sebelum ada kesadaran kelas, para individu atau manusia ini hidup dalam kesadaran palsu. Menurut Marx, kesadaran palsu ini merupakan hasul dari sistem sosial yang tidak setara. Sistem sosial tersebut dikendalikan oleh segelintir elit yang kuat. Seperti yang telah dibahas pada sebelumnya, dalam masyarakat terdapat dua kelas, borjuis dan proletar. Dalam hal ini terdapat kesadaran palsu yang mana borjuis begitu menempatkan kepentingan egoistik yang berniat untuk memperoleh keuntungannya sendiri. Hal tersebut diciptakan oleh hubungan materi dan kondisi sistem kapitalis yang mengontrol sistem sosial dalam masyarakat tersebut. Singkatnya kesadaran palsu ini merupakan bentuk manipulatif kepada pekerja. Dengan begitu muncul konflik dan pertentangan kelas dan lahirlah kesadaran kelas.
Kesadaran kelas merupakan awal terbentuk perjuangan kelas. Mereka (para buruh) sadar akan persamaan situasi, nasib, dan eksploitasi yang didapatkan mereka dari para kaum kapitalis. Pengalaman bersama dalam memperjuangkan kepentingan mereka terhadap kaum kapitalis menjadikan kaum buruh semakin sadar bahwa mereka adalah satu kelas yang senasib sepenangunggan. Dengan begitu timbul keinginan perjuangan yang yang semakin kuat. Dalam maksud mendukung perjuangan mereka, kaum buruh memasukkan diri mereka ke dalam serikat buruh. Kemudian, perjuangan mereka semakin efektif dan solidaritas mereka semakin kuat. Para kaum kapitalis pun tidak lagi memanipulasi dan memanfaatkan persaingan di antara mereka.
7. Revolusi menuju Komunis
Menurut Karl Marx, perubahan sosial berkaitan dengan atas kekuatan dan hubungan antara kelas-kelas sosial yang ada. Perubahan sosial ini terjadi karena para kelompok kelas, khususnya kelas proletar sudah mengalami kesadaran kelas yang membentuk perjuangan kelas untuk dapat melakukan perubahan kepada mereka. Dalam hal ini, Marx mengatakan bahwa suatu perubahan dan perkembangan yang ada dalam masyarakat ditentukan dari bagaimana cara mereka produksi barang-barang secara material. Dalam hal ini manusia mengalami tahap perkembangannya, dimulai dari primitif, komunal, feodal, kapitalis, hingga lahirlah komunis (tidak ada kelas sosial).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H