Tahun 2014, atau popular dianalogikan sebagai Tahun Pemilu dan Tahun Politik dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia ini, telah diwarnai dengan deru persaingan pengaruh massa Partai Politik, dan ragam kampanye berbagai elite didalamnya demi mencuri hati rakyat. Dalam tarung politik, segala jurus maut akan dikerahkan demi suatu “Kemenangan!”. Dan, fungsi media komunikasi sosial jadi arena pertarungan isu kampanye Parpol, demi meraih suara rakyat terbanyak untuk memenangkan Pemilu 2014 nanti. Benarkah, itu semua demi rakyat?
Dengan propaganda politik melalui berbagai media komunikasi sosial, seperti media Internet, Koran, Majalah, Televisi, Radio, Pentas Seni, bahkan aksi blusukan ke daerah kumuh akan dilakukan para elite politik?, demi populeritas di mata publik dan pencitraan perjuangan Parpolnya. Temperatur politik nasional mulai terasa memanas dengan pemberitaan isu seputar Pemilu 2014 di berbagai media, telah mengindikasikan potensi terjadinya konflik antarkelompok pendukung Parpol di masyarakat. Selain perubahan kesejahteraan ekonomi, apa lagi yang diharapkan segenap rakyat Indonesia? Maka, janji-janji politik sudah tidak laku lagi kini.
Awal Januari 2014 ini, intensitas memanasnya isu politik nasional di media sosial mempublikasipertarungan statement antar elite politik yang berinteraksi dengan opini publik. Meski, berbicara politik di media sosial juga dimaknai sebagai bentuk partisipasi politik. Namun, seyogyanya debat opini yang muncul di berbagai media komunikasi bukanlah potret kompetisi aib dalam dunia perpolitikan Indonesia. Alih-alih saling bersaing menunjukkan programnya yang paling menjanjikan, para elite Parpol tak jarang justru saling memprovokasi, menebar fitnah, atau menebar isu SARA untuk saling menjatuhkan lawan politiknya. Sehingga, benturan antar pendukung Parpol mudah terjadi di masyarakat. Seyogyanya, berbagai langkah solusi permasalahan nasional yang dijual para elite politik selama masa kampanye Pemilu 2014.
Maka, potensi timbulnya konflik di masyarakat akibat impact persaingan kampanye politik Parpol perlu diantisipasi Pemerintah, juga oleh kita sebagai sesama Bangsa Indonesia. Jangan sampai rakyat justru larut dalam persaingan politik para elite Parpol selama masa kampanye Pemilu 2014. Sebab, posisi rakyat dalam Demokrasi hanya ikut memberikan pilihan suara bagi para Wakil Rakyat yang paling ideal, untuk merepresentasikan konsep cita-cita luhur berbangsa dan bernegara yang pro-rakyat. Rakyat hanya butuh para elite politik pengemban tugas kenegaraan yang bersifat negarawan, nasionalis, dengan visi kemajuan bangsa dan negaranya di atas kepentingan dirinya, kelompoknya, ataupun Parpolnya. Semoga masa kampanye Pemilu 2014 berjalan aman, tertib dan damai.
@ Anindya Daly
Praktisi Seni &Budaya Paksi Katon
Ndalem Notoprajan 15, D.I. Yogyakarta
email: anindya.daly15@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H