Mohon tunggu...
Anindya Citra
Anindya Citra Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma Rakyat Biasa

Hanya seseorang yang senang membaca dan menulis, dan (kadang-kadang) berkhayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Summer Vibes Episode 12. Donat Pemberian Will

13 Juni 2024   20:03 Diperbarui: 13 Juni 2024   20:26 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Freya membuka bungkusan donatnya, tercium bau donat yang harum dan menggoda imannya. Dia meneliti donat itu sungguh-sungguh. Apakah tampak sudah diberi bubuk tidur atau zat narkoba lainnya? Dia melihat dekat dan membauinya. Namun yang dia dapat hanyalah bau wangi dan tekstur yang lembut serta menggoda jika disentuh.

Dia percaya dalam hati bahwa Will bukan orang jahat dan akhirnya dia memakannya. Rasa donat itu seenak yang pernah dimakannya. Freya jarang bisa membeli Donuts walaupun outletnya di dekat kampus. Harganya lumayan mahal dan dia memilih roti biasa yang agak bantat sebagai makanannya. Uang sakunya sangat mepet.

Sementara itu William pulang dengan perasaan bahagia. Ternyata benar Freya tidak mengenalinya. Namun bagaimana jika setelah perkenalan itu lalu dia mengecek di internet apakah Will adalah seorang artis? Ah masa bodoh. Yang penting ketika pertama bertemu dengan dia, dia nggak mengenali Will dan itu seharusnya bisa dilanjutkan, tetap menganggap Will bukan seseorang yang lain. 'Just Will' seperti katanya.

Dia mengenyakkan diri di sofa depan TV. Kedua sahabatnya menatapnya tak percaya melihat tingkahnya yang sedang senyum-senyum.

"Sepertinya berhasil." Kata Ricky. Will masih tidak menyadari jika kedua sahabatnya sedang menggodanya.

"Bagaimana ceritanya?" Tanya Julian.

Will hanya mengambil camilan rendah lemak di meja sambil menerawang. Camilan itu seenak Donuts yang sekarang bisa dijadikan kenang-kenangan ceritanya. Dia nggak bisa melupakan senyum cantik Freya di depan matanya. Bahkan sampai donat itu diterimanya, Will bahkan nggak diizinkan masuk asramanya. Bukan karena Freya nggak sopan, tapi Will tau bahwa Freya bukan sembarang orang yang bisa ditembus. Ini akan sedikit sulit namun sepertinya Will punya beribu-ribu semangat atau bahkan berjuta-juta semangat untuk mendekatinya.

Will menatap dua sahabatnya dan menceritakan apa yang terjadi. Tanggapan kedua sahabatnya sangat lebay terutama Julian.

"Kamu bawain Donuts? What?? Maksudku... Bagaimana kamu tau kalau dia suka donat??"

"Yaa... Aku gak tau. Aku cuma berfikiran kalau semua orang suka donat." Jawab Will innocent.

Kedua sahabatnya saling pandang tak percaya.

"Okay. Anggap saja Freya suka donat itu, terus kamu nggak takut dia mengenalimu? Atau orang lain yang mengenalimu?" Sekarang ganti Ricky yang bertanya.

"Dia bahkan lupa menanyakan namaku, Ricky. Dia berlari mendekatiku hanya untuk kenalan lagi sama aku." Kata Will sembari tertawa. Ricky menimbang-nimbang sejenak.

"Bisa jadi dia cuma akting. Padahal dia tau kamu sebenarnya siapa. Kalau ada orang yang melihatmu benar-benar, pasti orang itu akan tau siapa kamu. Kamu nggak terkawal di luar sana, kalau ada yang anarkis gimana?" Tanya Julian.

"Kamu terlalu berlebihan, Julian. Aku sudah berusaha agar nggak dikenali. Dan itu berhasil. Di jalan nggak ada yang noleh melihatku. Aku juga nggak berinteraksi dengan kebanyakan orang dan sering menunduk kalau jalan. Lagipula sepertinya Freya asli nggak mengenaliku. Dari wajahnya aku tau. Dia polos..." Will menerawang sambil tersenyum. "Dan cantik." Dia mengakhiri. Kedua sahabatnya ikut tersenyum.

"Kamu belum pernah seperti ini sobat." Kata Julian merasa heran.

"Bahkan miss Melissa nggak bisa meluluhkan hatimu." Sambung Ricky.

Lalu Will melempar bantal sofa ke muka kedua temannya.

"Jangan bandingkan Freya dengan Melissa. Mereka beda." Katanya.

"Okay-okay. Baiklah. Kami sahabatmu hanya sanggup mendukungmu yang terbaik. Dan sepertinya kali ini Will akan lebih mengambil inisiatif. Betul Will?" Tanya Ricky.

"Hemm... Aku sepertinya nggak mudah mendapatkan yang ini. Maksudku, aku bisa mendapatkan cewek di luar sana yang seperti apapun. Tapi Freya sepertinya agak susah. Dia bukan cewek biasa." Will tersenyum kecut.

Julian berkata.

"Aku jadi ingin tau seperti apa dia." Dia menimbang. "Tapi itu bisa menunggu. By the way, besok kita ke Amerikaaaa..."

Dan mereka saling merayakan bersama-sama. Melupakan apapun yang sedang terjadi. Ini bisa jadi impian mereka yang paling liar. Mereka bisa lebih terkenal karena ini.

Esok paginya, mereka berpamitan dengan aunt Wati. Aunt Wati melepas kepergian mereka dengan banyak camilan rendah lemak dan susu di tas mereka. Aunt Wati sudah seperti ibu mereka sendiri. Perjalanan mereka aman sampai di bandara. Karena mereka nggak ingin memunculkan berita dulu sebelum single keluar, mereka ingin ini menjadi kejutan bagi semuanya.

Jonas Blue, DJ kelas dunia... Seharusnya Will bisa mengimbanginya dan kita lihat saja single mereka bisa menembus Hot Billboard 100 dalam waktu berapa hari.

Esok paginya juga di hari yang sama, Freya menunggu Jessica di depan kompleks asrama Indonesia. Jessica bilang akan menjemputnya berangkat ke kampus.

Ketika sudah di mobil Jessica, Jessica bercerita banyak tentang Mamanya yang merepotkannya kemarin. Kartu debit Mamanya ternyata terselip di dompet Papanya. Dan mereka semua sudah mencari selama sehari, kartu debit itu ternyata ada di dompet di tas kantor Papanya.

"Coba kalo aku nggak nyari kartu debit sialan itu. Aku masih bisa belajar sama kamu sampe agak sorean. Jadi aku nggak sampe terburu-buru belajar lagi. Baru satu bab aja dan kepalaku sudah mau pecah." Kata Jessica.

Tapi Freya malah gak fokus dan masih menerawang kejadian kemarin. Satu donat dari total 10 donat yang diberikan Will tidak memberikan efek buruk apapun sampai pagi tadi. Jadi dia memutuskan memakan dua lagi pagi ini untuk sarapan.

"Fre... Fre??? Hei... Kok nglamun sih?? Kamu udah sarapan?" Tanya Jessica.

Freya memikirkan Will sampai nggak memperhatikan Jessica bercerita panjang lebar.

"Sarapan?" Tanya Freya mengulang.

"Iya. Udah sarapan belum? Kalo belum, kita ke kantin dulu aja, sebelum mikir pelajaran momok itu." Freya jadi ingat bahwa dia sudah makan dua donat pagi tadi.

"Ah... Aku udah sarapan Jess. Tapi kalau kamu belum sarapan, nggak apa-apa aku temani kamu sarapan di kantin." Kata Freya.

"Sarapan apa kamu? Roti bantat lagi?" Tanya Jessica.

"Emmm... Aku sarapan donat pagi ini." Freya tersenyum dan dia mulai menceritakan kejadian kemarin.

"What??? Dia ke asramamu? Hanya untuk memberimu donat? Dan berkata akan ada kerjaan di Amerika?? Hebat sekali dia!" Jessica menerawang. Freya hanya bisa tersenyum. Will memang aneh.

"Tapi untuk apa dia begitu baik padamu? Maksudku, okelah kalian bertemu secara unik seperti itu. Tapi dia benar-benar berinisiatif sampai datang ke asramamu segala. Dari mana dia tau asramamu? Jangan-jangan dia membuntuti kita ya? Dan menemuimu ketika kamu sedang sendiri? Dia nggak berlaku apa-apa padamu kan? Kamu nggak apa-apa kan? Dan donatnya sudah kamu makan? Kamu nggak keracunan kan?" Tanya Jessica panjang kali lebar.

"Hei, hei... Tenang... Tenang. Kamu jangan kuatir. Aku sudah makan satu kemarin malam dan tadi pagi aku nggak apa-apa. Pagi tadi aku makan dua lagi untuk sarapan. Sekarang aku nggak apa-apa. Mungkin dia memang memberiku Donuts asli. Maksudku, ya memang cuma donat." Kata Freya.

"Tapi aku tetap nggak begitu saja percaya orang asing seperti dia. Kemarin kamu yang khawatir sama orang ini. Sekarang kamu begitu santai." Kata Jessica.

"Aku nggak santai juga Jess... Maksudku sejauh yang aku tau, dia sepertinya nggak punya niat negatif denganku. Dia cuma datang memberi aku makanan dan yasudah, dia pulang." Kata Freya mengingat Will.

"Hemmm... Berarti dia suka sama kamu.  Hahaha..." Kata Jessica menggoda.

"Aah... Enggak ah. Kamu mengada-ada saja Jess. Nggak mungkin dia suka sama aku. Dia baik, keren. Aku mah apa." Kata Freya.

"Yasudah, kita liat saja nanti tiga minggu ke depan dia balik dari Amerika, dia mencarimu lagi atau enggak. Kalau enggak, jangan percaya dengan orang asing macam dia." Kata Jessica. Mobil mereka sudah memasuki kompleks jurusan.

"Iya. Aku nggak berharap apa-apa sama dia kok." Kata Freya. Dan mereka berjalan ke kelas sambil kembali membicarakan kuis yang akan mereka hadapi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun