Mohon tunggu...
Anindya Citra
Anindya Citra Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma Rakyat Biasa

Hanya seseorang yang senang membaca dan menulis, dan (kadang-kadang) berkhayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Summer Vibes Episode 9. Pertemuan Ketiga

31 Mei 2024   22:32 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:07 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: [Instagram] William Singe

Will bersyukur dia tidak jadi pergi ke restoran yang ada di Bondie beach karena akan memakan waktu lama bagi dia untuk kembali ke rumah. Kurang lebih 15 menit dengan kecepatan penuh dia sudah sampai di rumahnya. Jonas sedang berbincang dengan Julian di video call. Dia sangat senang saat mengetahui Will sudah pulang.

"Hai Jonas, maaf terlambat. Apa kamu sudah menunggu lama?" Tanya Will di depan laptop Julian.

"Oh it's okay Will. Yang penting kamu sudah ada di sini. Bagaimana kabarmu?" Tanya Jonas.

"Kabarku baik-baik saja, sangat baik. Kamu sendiri bagaimana?" Tanya Will balik.

"Yah... Aku juga baik. Aku takut jika kamu sedang ada proyek lain sehingga aku nggak bisa berduet denganmu. Aku sudah siapkan lagunya dan aku kira kamu cocok untuk laguku." Kata Jonas di seberang, langsung pada pokok persoalan.

"Tenang saja, akan aku coba. Aku percaya bahwa lagu-lagumu selalu bagus." Senyum Will.

"Yah... Aku membuatnya agak lama. Aku menimbang-nimbang siapakah orang yang cocok untuk laguku ini. Ketika kamu di Changes Tour kemarin, aku sudah setengah jalan menyelesaikan liriknya. Dan akhirnya aku menentukan pilihanku di kamu." Dia berkata santai.

"Baiklah. Semoga aku bisa membawakan lagumu dengan baik."

"Okay. Aku kirimkan berkasnya agar kamu bisa belajar. Cobalah menghayati lagu ini dan tunjukkan kemampuanmu."

Will tersenyum. Jonas sangat baik sekali padanya.

"Kalau kamu sudah siap, kamu bisa kirimkan berkasmu padaku. Dan kalau semuanya deal, kamu bisa segera ke RCA untuk rekaman."

"Baiklah. Aku kerjakan segera."

Kemudian Jonas minta diri untuk berbicara dengan Julian tentang kesepakatan bagi hasil. Dan Will mulai mempelajari lagu Jonas.

Selama 2 hari berikutnya, perhatian Will tersedot dengan lagu baru dari Jonas. Lagunya berjudul 'Mama'. Khas nada musim panas Jonas Blue. Namun suara Will bisa menyatu di situ. Perpaduan yang sangat bagus. Dan Jonas benar soal keputusannya memilih Will karena karakter suara Will sangat cocok dengan lagu itu. Will sudah membayangkan bagaimana Jonas akan merencanakan video klip lagu barunya ini.

Kamis pagi Freya sedang kuliah ketika tiba-tiba saja dia kepikiran pertemuannya dengan cowok kemarin. Bagaimana dia bisa ada di sana? Dia sangat malu sebetulnya harus bertemu lagi dengan cowok itu.

Sementara dosennya menjelaskan dengan sangat membosankan, dia mulai menggambar sesuatu di kertas dan pikirannya melayang. Bagaimana Freya ingat bagusnya hidung itu, bibir itu, dan alis itu. Dia bisa melihatnya dari dekat ketika dia bertabrakan. Dia sangat ingin tau siapa cowok itu sebenarnya. Dan pertanyaannya terjawab kemarin bahwa dia adalah teman Fred. Kalau bukan teman baiknya, tidak ada yang dengan sengaja mengajak ngomong Fred di konter. Tapi Freya tidak bisa begitu saja bertanya siapa cowok itu kepada Fred. Akan ada banyak pertanyaan dan dia tidak ingin dianggap sebagai cewek yang mendahului.

Yah... Mungkin saja jika Tuhan menghendaki, dia akan dipertemukan dengan cowok itu lagi. Tapi bisa saling menyapa saja dengannya itu sudah merupakan suatu berkah. Freya tersenyum sendiri. Belum ada yang seperti ini sejak dia menginjakkan kaki di Australia.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang dan perkuliahan diakhiri. Semua teman-temannya mulai beres-beres.

"Baiklah, kita akhiri perkuliahan kita kali ini, dan hari Selasa depan kita kuis pertama." Ucap dosen Freya tiba-tiba.

Dan seperti tersambar petir di saat siang bolong, semua mahasiswa di kelas itu yang asalnya mengantuk, jadi kembali bangun dan meneriakkan protes ke dosennya. Bagaimana bisa selama 2 minggu perkuliahan ini mereka langsung kuis? Paham saja belum.

Freya mulai panik. Bagaimana dia bisa menguasai semua materi yang dia lewatkan itu?? Kenapa tadi dia malah membiarkan pikirannya melantur kemana-mana.

Jessica tidak lebih baik dari Freya, dia terus bertanya bagaimana dia akan dapat mengerjakan kuis itu dengan baik. Selama perkuliahan dia hanya menatap kosong ke papan dan tidak ada satupun hal yang masuk di pikirannya. Dosen itu mengatakan bahwa apapun yang terjadi, kuis akan tetap berjalan. Dan dia keluar ruangan.

"Dasar kod*k tua. Bagaimana bisa kita mengerjakan soal-soalnya kalau dia saja nggak bisa membuat kita paham akan apa yang dikatakannya." Kata Jessica keras. Dan Freya mengangguk. Dia berjanji akan lebih serius belajar mata kuliah itu dengan baik.

Semua teman-temannya tidak percaya namun mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa selain belajar.

"Hei Liana, bagaimana kalau kita belajar bersama? Kamu yang paling pintar di kelas dan kami bisa mempelajarinya lebih baik ketika dengan teman kami sendiri." Kata Lee, mahasiswa asal Korea. Semua teman sekelasnya menyetujui.

"Oh maaf Lee, aku nggak yakin apakah aku bisa. Aku juga gak begitu paham." Kata Freya. "Dan aku juga harus bekerja." Dia baru ingat ini.

"Oh sayang sekali, kalau begitu next time kita bisa belajar bareng. Mungkin kuis besok nilainya hanya sedikit." Dan semua teman-temannya terpaksa harus belajar sendiri.

Hari Jumat malam Will mengirimkan rekaman suaranya menyanyikan lagu baru dari Jonas. Dan Sabtu pagi Jonas membalas. Dia sangat suka, seperti yang diinginkannya katanya. Will dan Julian sepakat dengan kontrak antar management mereka dan mereka akan segera ada proyek baru. Jonas berkata.

"Kita lakukan ini segera. Bagaimana kalau minggu depan? Aku sudah dapatkan penyanyinya dan kita tunggu apa lagi? Datanglah ke LA hari Selasa. Kita bisa mulai rekaman hari Rabu, dan selanjutnya kita proses video klipnya. Jadi paling lambat minggu depannya lagi 'Mama' bisa segera rilis."

"What? Secepat itukah kita Jonas? Hari Selasa besok sudah ada di sana?" Tanya Will kaget.

"Ya... Apakah kamu ada janji dalam 2 minggu ke depan? Kalau nggak ya mari kita lakukan. Ini waktu yang pas untuk rilis single." Kata Jonas.

"It's okay. Nggak apa-apa. Kami akan berangkat." Kata Julian.

Dan mereka semua setuju. Maka siang itu mereka merencanakan semuanya dan langsung pergi untuk mencari tiket pesawat.

Setelah mengurusi semuanya, Will, Julian dan Ricky menghabiskan waktu bersama di restoran di Bondie beach. Mereka membayar penjaga di depan untuk menghindari papparazzi. Mereka akan merayakan proyek besar ini.

Dia adalah Jonas Blue. DJ kelas dunia. Keuntungan mereka jauh lebih banyak daripada hanya mengeluarkan single sendiri atau Will mengcover berulang kali.

Sekitar pukul 10 malam waktu setempat, mereka pulang. Julian yang waktu itu sedang nyetir, memutuskan untuk mengisi bensin di pom terdekat. Pom terdekat ke arah Forestville adalah pom di daerah St. Augustine. Dan entah bagaimana, ketika Will tengah mengingat saat dia bertemu pertama kali dengan cewek ramah itu, Julian juga mengarahkan mobil mereka ke sana.

Will diam saja. Dia mengikuti keadaan ini.

"Will... Apa kamu ingin ke outlet Donuts dulu? Mumpung sekalian kita di sini." Tanya Julian.

"Yeah... Baiklah. Aku akan ke sana." Kata Will.

Dia berpikir bahwa tidak mungkin dia bisa bertemu lagi dengan cewek itu. Dalam hatinya ini adalah sesuatu yang lucu dan sangat tidak mungkin, namun juga bisa dijadikan bahan pertaruhan. Dia bertaruh dengan dirinya sendiri bahwa jika dia bertemu dengan cewek itu lagi di sana, mungkin mereka ditakdirkan untuk saling mengenal. Will berjanji dalam hatinya untuk akan mengenal cewek itu lebih jauh.

Julian menghentikan mobilnya di depan supermarket dan Will turun ke arah outlet Donuts. Namun Ricky berkata dia juga akan ke supermarket untuk membeli sesuatu. Dan Will ingat jika dia juga harus membeli beberapa barang juga di sana. Maka dia menyusul Ricky ke supermarket lebih dulu.

Supermarket itu sedang ramai sekali. Dan Will harus menutupi rambutnya dengan jumpernya agar dia tidak seberapa dikenali. Dia agak menunduk ketika sudah tiba di pintu masuk yang ramai. Dia menunggu dulu sampai banyak orang sudah lewat dari pintu masuknya.

Dia baru akan masuk ke supermarket ketika seseorang paling akhir dari antrian orang-orang yang keluar tiba-tiba menabraknya. Kali ini benar-benar orang itu yang menabrak Will. Sepertinya dia tersandung sesuatu dan kehilangan keseimbangan. Barangnya banyak yang terjatuh di lantai dan dia segera membereskannya sambil terus meminta maaf.

Will mengenali suara itu dan siapa lagi yang akan melakukan banyak permintaan maaf jika bukan cewek yang sedari tadi dipikirkannya. Will membungkuk untuk membantunya dan ketika cewek itu mengangkat kepalanya, dia kaget bukan kepalang. Ternyata benar. Mereka dipertemukan kembali dalam keadaan yang sama dan di tempat yang sama pula. Bagaimana Tuhan bisa menakdirkan ini semua?

Mereka masih saling memandang tak percaya. Terlebih Will. Baru beberapa menit yang lalu dia membatin akan menjadikan ini bahan pertaruhan bagi dirinya sendiri. Dan sekarang suara hatinya didengar Tuhan. Dia masih sangat tidak percaya sampai akhirnya dengan kikuk, Will mendahului menyapa.

"Hai..."

"Hai..." Balas Freya juga.

"Bagaimana keadaanmu? Nggak ada yang terluka? Barang-barangmu semua aman?" Tanya Will.

Freya sangat malu sekali dan tiba-tiba dia jadi panik.

"Aku minta maaf sekali, aku tadi tersandung sesuatu. Aku sudah menabrakmu dua kali dan ini sangat gak sopan. Aku benar-benar minta maaf." Dia mengatupkan tangannya. Will tertawa.

"Kenapa kamu minta maaf terus? It's okay. Aku tadi juga nggak lihat jalan." Kata Will serius sambil tersenyum.

Cewek di depannya itu menundukkan wajahnya. Will agak geli memikirkan ini. Di saat cewek di depannya benar-benar menyesal merasa tindakannya salah, Will justru bersyukur bisa dipertemukan kembali dengan dia.

"Tapi ini adalah kedua kalinya dan aku sangat ceroboh sekali." Kata Freya lagi.

"Sudahlah, nggak apa-apa. Mungkin Tuhan memang mempertemukan kita di sini dalam keadaan seperti ini. Oh sangat menarik sekali ya, kita bertabrakan dua kali di tempat yang sama, kayak di film-film saja."

Will benar-benar masih tidak bisa mempercayai hal ini. Freya juga sepertinya baru menyadari akan hal ini dan dia juga lebih santai dan tersenyum.

"Okay kalau begitu aku minta maaf sekali lagi sudah menabrakmu. Apakah badanmu sakit?" Tanya Freya serius.

"Oh gak apa-apa, badanku gak kenapa-kenapa. Mungkin kita tabrakan sekali lagi boleh lah. Hahaha..." Will bercanda namun sepertinya Freya menganggap ini hal yang tidak lucu.

"Jangan khawatir, aku memaafkanmu dan badanku nggak apa-apa kok. Beneran." Will meraba dadanya.

Saat itu Ricky keluar supermarket dan dia tercengang dengan Will yang begitu santainya sedang ngobrol sambil bercanda dengan seorang cewek. Dia bertanya dengan bahasa tatapan dan Will menjawab ke arah mobil. Dia paham dan dia berjalan kembali ke mobil.

"Oh... Kamu akan berbelanja? Silahkan. Jangan sampai aku menghalangimu." Kata Freya yang bisa membaca keadaan.

"Baiklah." Will terpaksa harus berpisah dengannya karena tidak baik juga mereka terlalu lama berbicara di situ. Sepertinya cewek itu juga harus buru-buru.

"Okay, bye." Kata cewek itu dan dia lanjut berjalan.

"Bye." Balas Will. 

Dan cewek itu pergi. Will masih diam di sana saat cewek itu berjalan menjauh. Sekaranglah saatnya dia mengenal lebih cewek itu. Dia tidak seperti cewek-cewek lainnya. Dia sepertinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi Will.

"Eee... Hai!!" Panggil Will lagi.

Dan sepertinya cewek itu juga menunggu untuk dipanggil, dia pun menoleh kembali. Will berlari mendekati Freya.

Will menguatkan hatinya. Apa yang akan ditanyakannya? Apakah dia akan langsung mengajaknya berkencan? Cewek itu jelas tidak akan suka. Dia sepertinya bukan tipe cewek macam itu.

"Siapakah namamu?" Tanya Will pada akhirnya.

Dia seriusan akan tanya hal ini karena sampai sekarang dia belum mendengar langsung siapa namanya.

"Freya." Cewek itu menjawab.

"I'm sorry??" Will masih tidak bisa menangkap bahasanya.

"Freya. F R E Y A." Freya mengeja namanya.

"Oh..." Will mengejanya dan dia sepertinya agak kesulitan. "Freya?" Dia mengucapkannya lagi.

"Yah... Lumayan." Kata Freya. Dan Will tertawa.

"Tapi setahuku Fred nggak memanggilmu begitu." Will ingat bahwa Fred memanggil Freya dengan sebutan Liana.

"Oh ya, banyak orang yang memanggil nama depanku, dan itu memang lebih mudah diucapkan. Kalau kamu mau, kamu juga bisa memanggilku Liana. Tapi di rumah aku biasa dipanggil Freya." Dia tersenyum.

Demi melihat senyum ini, Will rela melakukan apapun bahkan sampai mempelajari Bahasa Indonesia agar bisa mengucapkan nama Freya dengan jelas dan benar. Will menghela nafas demi mengatasi hatinya yang berdegup kencang.

"Aku panggil kamu Freya saja. Aku akan berusaha agar bisa." Kata Will. Dan Freya tertawa.

"Okay." Dia menjawab.

"Emmm... Kamu bekerja di Fred setiap hari apa?" Tanya Will lagi.

"Oh... Aku bekerja dari Senin-Sabtu."

"Baiklah kalau begitu, maukah kamu menemuiku di sana?" Tanya Will.

Freya sepertinya kaget, namun kemudian raut wajahnya berubah kembali menjadi hangat.

"Baiklah. Datangi kafe kami. Aku akan ada di sana." Dia mengatakannya seperti pelayan kafe Fred sejati.

Dan Will tidak peduli apa kata Fred nanti ketika dia mengetahui rencana aslinya. Dia bersyukur jalan untuk mengenal Freya bisa mudah seperti ini. Tapi dia belum tau saja, bahwa cinta nyatanya tidak bisa sesimpel itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun