Mohon tunggu...
Anindya Citra
Anindya Citra Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma Rakyat Biasa

Hanya seseorang yang senang membaca dan menulis, dan (kadang-kadang) berkhayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Summer Vibes Episode 8. Pertemuan Kedua

29 Mei 2024   22:31 Diperbarui: 31 Mei 2024   23:07 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: [Instagram] William Singe

Ternyata karyawan yang sedang diajak ngomong Fred adalah cewek yang waktu itu ditemui Will di toilet. Oh bukan, bukan yang ditemuinya. Tapi yang ditabraknya.

Will menengok lebih untuk memastikan itu. Dan ternyata positif. Will tidak tau apakah ini mimpi. Tapi cewek itu sedang berdiri di sebelahnya sekarang. Dia berseragam karyawan kafe Fred.

"Baiklah. Apakah mereka juga pesan yang lain? Akan saya tanyakan sekalian." Tanya cewek itu ke Fred. Suaranya yang lembut masih tersengar sama dengan yang didengar Will di toilet waktu itu.

"Sebentar. Aku tanyakan ke Mauren dulu." Dan Fred pergi meninggalkan konter dan masuk ke dapur. Meninggalkan cewek itu masih di konter sambil memegangi kertas bill.

Will masih memandanginya. Dan cewek itu akhirnya menoleh ke arah Will. Dia tersenyum. Senyum yang begitu damai, hangat, tentram, dan begitu cantik. Wajahnya yang cemerlang langsung menelusup ke sela-sela relung hati Will dan Will terpana. Antara tidak percaya dan terkesima.

Cewek itu tersenyum sekilas ke arah Will dan kembali memandangi billnya. Namun sedetik itu juga dia menyadari sesuatu. Menyadari hal yang sama dengan Will, yaitu Will adalah seseorang yang kemarin dijumpainya di supermarket. Dia menoleh kembali.

"Hai!" Sapa Will duluan.

"Hai!" Dia membalas. Dan kembali tersenyum.

"Bukankah kita yang kemarin ketemu di supermarket?" Will tidak usah menjelaskan jika mereka tabrakan di toilet.

"Oh... Iya. Ya..." Dia canggung namun tetap tersenyum. "Maafkan aku, aku gak sengaja menabrakmu. Apa kamu gak papa?" Tanyanya dengan ekspresi khawatir.

Will gak habis pikir kenapa cewek itu masih terus meminta maaf bahkan sampai kali ini.

"Oh it's okay, aku gak papa. Jangan minta maaf terus." Kata Will dan cewek itu tersenyum.

"Jadi... Kamu bekerja di sini?" Tanya Will. Karena cewek itu tidak mengatakan apa-apa lagi.

"Ya, aku bekerja di sini." Jawabnya.

Namun Tuhan tidak berpihak pada hati Will kala itu. Fred sudah datang dan menjelaskan beberapa hal ke cewek itu dan cewek itu segera pergi ke meja yang dimaksud Fred.

"Permisi." Sapanya ke Will.

Dan Will masih melihatnya menjauh menuju seberang ruangan sampai dia tiba di meja yang dituju dan bertanya pada customer di sana. Will tidak akan memalingkan mukanya kalau tidak Fred menyadarkannya.

"Hei... Apa yang kamu lihat??" Delik Fred sambil sedikit tertawa.

"Oh... No. I'm just..." Will gelagapan sambil nyengir.

"Dia? Yang barusan dari sini tadi?" Tebak Fred.

"Yah..." Namun hanya senyum yang keluar dari bibir Will. Mukanya memerah.

"Yang kamu maksud karyawanku itu? Liana?"

"Liana? Jadi itu namanya?" Terdengar aneh bagi Will. Namun Fred menjawab keingin tahuan Will sebelum dia bertanya.

"Ya, Liana. Begitulah aku memanggilnya. Dia agak 'beda' kan. Dia bukan asli dari sini. Dia dari Indonesia." Jelas Fred.

"Oh I see..." Will sekarang paham.

"Lihatlah dia. Cantik khas, kulit eksotis, dan dia sangat baik dan juga humble." Fred menjelaskan dengan gaya seakan bapak sedang memamerkan anaknya. Will masih mendengarkan.

"Dia salah satu pegawai andalanku. Dia bisa bekerja dengan tanggung jawab walaupun dia masih muda dan masih mahasiswa."

"Memang dia semester berapa sekarang? Dia mahasiswi sini juga kan?" Sini yang dimaksud Will adalah kampus St. Augustine.

"Ya, dia mahasiswi sini Will. Dia sekarang semester 4, tahun keduanya. Dia bekerja padaku sudah 6 bulan ini. Dan dia gak pernah bikin masalah. Dia gak banyak bicara namun pekerjaannya selesai. Dia juga gak malu harus bekerja part time seperti ini."

"Oh... Aku juga gak akan malu kalau jadi dia." Bela Will.

"Ya, tapi kamu gak merasakan apa yang dia rasakan. Dia bukan mahasiswa asli sini. Uang sakunya pas-pasan dan dia harus memenuhi kebutuhannya di sini. Indonesia negara hangat, dan dia agak kesulitan jika musim dingin berkepanjangan seperti sekarang. Tapi sedetikpun dia tidak pernah mengeluh."

Kenapa Fred bisa begitu saja menceritakan cewek itu seakan sengaja ingin memberi Will informasi ini? Ini adalah hal yang sangat diinginkan Will. Maka dia meneruskan pertanyaannya. Cewek itu sudah pindah ke bagian kafe yang lain.

"Jurusan apa dia? Apa kamu tau?"

"Oh... Aku gak tau pasti dia ambil apa. Tapi aku sering melihatnya membaca buku tebal di saat gak ada pelanggan, sesuatu tentang microbes dan hal-hal seperti itu. Kamu tau kan, aku gak pandai dalam hal itu." Kata Fred.

"Science?" Tebak Will.

"Yeah.  Science maybe."

"Oh My God. Dia pasti pintar. Aku gak pernah berhasil dalam pelajaran itu dulu semasa sekolah." Will menertawai dirinya sendiri.

"Ya, jika dia gak pintar, dia gak akan bisa ada di sini karena beasiswa. Dia masuk di St. Augustine cuma-cuma karena dia menang 3x olimpiade yang diselenggarakan oleh St. Augustine di negaranya. Dan lihatlah bagaimana jenius itu harus bekerja sekarang. Aku sangat kasihan padanya. Tapi dia gak pernah mengeluh. Dan dia juga sangat baik."

Will semakin ingin mengenal cewek itu.

"Bagaimana kamu bisa kenal dengan dia?" Tanya Fred.

"Oh... Aku... Gak sengaja bertabrakan dengan dia di supermarket. Supermarket samping situ. Harus kuakui aku yang salah tapi dia terus meminta maaf padaku dan aku heran dia bisa begitu saja bilang maaf. Gak banyak orang yang mau melakukan itu walaupun tau dia salah kan. Dia sangat... Berbeda. Seperti katamu." Will terpaksa jujur ke Fred akan hal ini.

"Yah... Dia adalah orang yang baik Will."

Dan Freya lewat. Freya memutuskan untuk tersenyum ke Will saat itu.

Ya, selama ini Fred dan banyak teman-teman Freya memanggilnya dari nama depannya, Liana. Lafal yang lebih mudah diucapkan daripada Freya. Padahal dari dulu Freya terbiasa dipanggil Freya, bukan Liana. Namun di sini dia rela dipanggil apa saja karena pelafalan nama tengahnya yang sulit.

"Kamu tertarik dengannya?" Tebak Fred. Ketika Freya sudah masuk ke dapur.

Namun Will hanya tertawa. Dia tidak tau harus menjawab apa. Dan tepat saat itu Will menerima telfon. Ternyata dari Julian.

"Hei. Ada apa?"

"Jonas ingin berbicara denganmu sekarang. Dia video call aku." Itu sudah menjelaskan lebih dari cukup.

"Okay. Aku pulang sekarang." Dan dia menutup telfonnya. Dia harus berpamitan pada Fred.

"I'm sorry Fred. Aku harus pulang. Kerjaan." Dan dia memberi beberapa lembar dolar ke Fred. "Ambil kembaliannya." Dia tersenyum dan pergi meninggalkan kafe.

"Thanks Will. Kapan-kapan datang lagi kesini ya."

Will menjawab okay sambil berjalan. Dan begitulah kedua kalinya Will dan Freya bertemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun