"Hai Will, tumben sudah bangun." Aunt wati menyapa.
"Ya. Aku terbiasa bangun pagi sekarang. Kadang kaget karena dalam mimpiku aku terlambat datang konser dan semua penontonku pergi pulang sambil meneriakiku."
Aunt Wati hanya tertawa.
"Kau tetaplah membumi. Jangan besar kepala. Semua orang sedang memujimu sekarang. Tetaplah menjadi orang yang layak mereka puji. Dan mereka tidak akan melupakanmu. Tapi itu adalah bagian tersulitnya." Aunt Wati seperti nenek versi pembantu Will. Dia sangat baik.
Will bertemu dengan Ricky di dapur sejam kemudian. Will sudah melahahap apapun yang dihidangkan aunt Wati kala itu. Dan Ricky berkata dia ingin badannya bugar. Dia agak kedinginan sekarang.
"Bagaimana kalau kita ke Sam nanti malam? Kita bisa pesan lapangan sekarang." Will menyarankan.
"Oh Will, apa kamu nggak takut ada yang mengenalimu?" Tanya Ricky.
"Tenang, aku akan menyamar. Dan aku bisa menyuruh Sam untuk mensterilkan area lapangannya sejam sebelum kita datang, jadi kita nggak usah khawatir." Jawab Will.
"Will... Kami nggak khawatir, justru kamulah yang harusnya khawatir." Sela Julian. Dia baru bangun dan rambutnya masih awut-awutan. Dia juga langsung melahap roti panggang yang ada di meja.
"Baiklah kalau gitu. Aku hubungi Sam sekarang." Jawab Ricky.
Dan malam itu, mereka pergi ke sana.