Mohon tunggu...
Anindya Citra
Anindya Citra Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma Rakyat Biasa

Hanya seseorang yang senang membaca dan menulis, dan (kadang-kadang) berkhayal.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Summer Vibes Episode 2. William Part 1

24 Mei 2024   18:29 Diperbarui: 26 Mei 2024   15:13 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: [Instagram] William Singe

William terlahir dengan nama asli Liam Anthony Singe di Forestville Sydney Australia, 2 Juli 1992, dan mendapat nama baptis William, sehingga dia menggunakannya untuk nama panggilannya dan nama bekennya. William lahir dari pasangan Raymund Singe dan Susan Lauren.

Raymund Singe adalah pengusaha sukses berdarah Maori New Zealand. Ayah kandung Raymund adalah pemuda asli suku Maori. Menikah dengan perempuan asli Forestville dan mereka menetap di sana. Sedangkan Susan Lauren adalah perempuan asli Forestville, tetangga jauh Raymund. Dia cantik dan baik hati. Sangat cantik malah, sehingga bisa menarik hati Raymund yang sudah sukses sejak usia dini. Mereka menikah dan menetap di Sydney. Mereka mengembangkan usaha ekspor impor dan jaringannya luas hingga ke beberapa negara. Mereka hanya mempunyai satu orang anak yaitu William seorang.

Ketika melahirkan William, Susan seperti mendapat mimpi dari orang tuanya (ayah dan ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil ketika Susan kuliah dan menjadikannya harus kerja banting tulang untuk menghidupi dirinya sendiri) untuk melahirkan anaknya di Forestville. Maka William lahir di sana. Namun setelah itu dia kembali memboyong anaknya ke Sydney dan William besar di sana.

William mempunyai segalanya. Uang, rumah yang besar, usaha sejak usia dini, investasi, deposito, dan segalanya. Tapi dia tidak mempunyai satu hal yang dilupakan oleh kedua orang tuanya, yaitu kasih sayang.

Orang tuanya sudah seperti gila kerja dan mereka seakan sudah melupakan William. Mereka tidak pernah mendidik anaknya bagaimana hal yang baik di rumah maupun di sekolah, mereka tidak pernah mengantarnya pergi bermain ke playground atau ke taman, mereka juga tidak pernah mengantarnya pergi ke sekolah, atau pergi ke gereja. William mendapatkan itu semua secara otodidak. Dia meniru teman-temannya, dan ada kalanya juga dari saran pengasuhnya, atau dari nalurinya sendiri.

Dia sangat kesepian, tanpa kehadiran saudara, dan hidupnya terasa sangat bosan. Satu-satunya orang yang bisa membimbingnya menjadi lebih baik dan memantaunya secara langsung adalah neneknya (ibu ayahnya) yang ada di Forestville. Setiap akhir pekan dia kesana. Menceritakan hidupnya seminggu itu. Bagaimana sekolahnya, bagaimana teman-temannya bersikap terhadapnya, dan bagaimana orang tuanya belum juga pulang.

Neneknya menghiburnya dan menasihatinya. Dia sangat sayang neneknya. Hanya saja waktu berjalan cukup cepat sehingga lambat laun kesehatan neneknya juga mulai terganggu. Di usia senjanya dia lebih sering sakit, dan lebih susah dimintai saran ketika William sangat membutuhkannya di usia remajanya. Dia benar-benar sangat kesepian.

Dia merindukan saat dimana dia masih kecil, dan orang tuanya masih sering pulang untuk menengoknya. Ibunya sering menyanyikan lagu untuk William di kebun belakang rumahnya. Suara ibunya sangat indah. Dan William juga sering mendapati ibunya menyanyikan lagu untuk ayahnya. Ketika William ingin dinyanyikan lagu yang sama oleh ibunya, ibunya hanya tertawa dan mengatakan lagu itu hanya untuk ayahnya.

Kemudian dia menyanyikan lagu untuk William seperti lagu tentang bintang di langit, lagu tentang huruf dan angka, lagu sambil menari, dan lagu tentang hewan-hewan. Walaupun tidak sama dengan lagu yang dinyanyikan untuk ayahnya, William tidak masalah, asalkan dia bisa terus mendengarkan ibunya menyanyi. Suaranya benar-benar enak. Dan ketika ibunya tidak pulang, dia kerap mengatasi kangennya dengan bernyanyi seperti ibunya. Itulah kenapa dia menjadi sangat suka musik dan bernyanyi. Itu hobinya sejak kecil. Hobi yang terpaksa dilakukannya untuk mengatasi rasa bosannya di rumah dan rasa kangennya terhadap orang tuanya. Terutama ibunya.

William memang memiliki segalanya. Uang, semua tentang uang yang dikirim oleh orang tuanya. Namun dia tidak menginginkan itu. Dia sering kali membeli segalanya dengan uang. Nilai-nilainya yang jelek di sekolahnya dan teman-temannya yang hanya mau datang karena William punya segalanya. Dia tidak bisa percaya dengan sebagian banyak orang karena dia tau mereka hanya menginginkan uangnya. Hanya ada beberapa orang yang benar-benar dia percaya. Yaitu Julian (sekarang managernya) dan Ricky (kameramen dan teknisinya). Mereka dipertemukan oleh keadaan tertentu dan William percaya kepada kedua orang sahabatnya itu lebih dari siapapun termasuk kedua orang tuanya.

William bertemu dengan Julian sejak SMP, mereka bersahabat. Tidak seperti teman-temannya yang lain, Julian tidak harus menuntut Will macam-macam. Dia bersahabat karena mereka sama-sama suka musik. Dan Julian suka mendengar Will bernyanyi. Julian sudah membuktikan dari awal pertemanannya bahwa dia tidak menginginkan uang Will, maka Will percaya. Dan satu kelebihan Julian yang tidak bisa didapatkan Will, yaitu dia adalah orang yang humble pada semua orang dan karena itu dia memperoleh banyak teman. Will menjadi punya banyak teman juga berkat Julian. Dia seperti bisa memposisikan diri di manapun dan kapanpun keadaan berlangsung. Dan ini sangat menguntungkannya bertahun-tahun mendatang. Dia bersyukur punya teman seperti Julian.

Sedangkan Ricky adalah pemuda penggila kamera yang ditemukan Will ketika kuliah. Ricky menganggap Will adalah artis dan dia layak mengabadikan perjalanan hidup Will di kameranya. Ricky menganggap Will ganteng dan keren, punya suara bagus dan kemampuan bermusik yang handal. Dia tertarik untuk menjadikannya artis dengan kameranya. Sesuatu yang ditertawakan oleh Will dan Julian pada awalnya, namun di kemudian hari, justru karena Ricky lah Will terkenal.

Will memang suka bernyanyi, menyanyikan lagu penyanyi Australia dan Amerika dan mengunggahnya ke SoundCloud. Selama SMA dia melakukan itu. Dia merekam suaranya dan menguploadnya. Julian berkata suaranya bagus dan layak diunggah ke SoundCloud dan melihat bagaimana reaksi orang-orang.

Maka Will mengcover banyak lagu dan mengunggahnya. Tidak disangka, seperti kata Julian, banyak yang mengapresiasinya. Sesuatu hal yang sudah lama tidak didapatkannya bahkan dari orang tuanya. Dan dia menyembunyikan ini dari teman-temannya yang lain karena dia tidak benar-benar serius menanggapi hobinya ini. Ini hanya hobinya untuk mengatasi rasa bosannya. Tapi Julian berpendapat dia mempunyai bakat alam dalam bernyanyi. Dan dunia layak tau itu. Agak berlebihan sebetulnya...

Tapi semakin lama dia mengunggah itu, dia mulai menikmatinya. Dia dipuji oleh banyak orang dan dia seperti lebih percaya diri. Dia tidak pernah dipuji oleh gurunya dari dia SD sampai SMA karena nilai-nilainya. Mungkin dia bisa sedikit dipuji guru olahraganya ketika bermain basket karena dia suka basket. Tapi kali ini adalah banyak orang yang memujinya dan dia menikmati itu.

Maka pada usianya yang ke 18 tahun, dia membeli banyak alat musik dengan uang kado dari orang tuanya (orang tuanya memberinya uang dan disuruh membeli hadiah sesuka dia). Dia menyukai alat musik jadi dia membeli semuanya. Gitar, piano, bass, melody, dan masih banyak yang lain. Dia bisa bereksperimen dengan alat-alat itu dan semakin banyak menyanyi.

Ketika orang tuanya pulang dan mendapati di kamarnya banyak barang-barang itu, ayahnya marah besar dan menanyainya untuk apa semua itu. Seharusnya dia menggunakan uangnya untuk keperluan yang lebih penting bagi masa depannya. Seperti berinvestasi dan mengembangkan usaha. Tapi Will hanya menjawab bahwa ini semua adalah sesuatu yang ia butuhkan, sesuatu untuk mengatasi rasa bosannya. Dan ayahnya terdiam karena itu.

Setelah dua tahun dia mengunggah lagu coverannya di SoundCloud, Julian berkata bahwa Will bisa menjadi orang besar setelah ini. Dia membacakan komen beberapa penggemarnya di SoundCloud bahwa Will layak ikut audisi X-Factor Australia tahun 2010 dan pasti lolos karena suaranya. Will seperti mendapat ide dan dia serius mempertimbangkan ini. Dia memilih lagu yang bagus dan mulai berlatih mengaransemennya. Namun tanggal audisi X-Factor mundur dan bencana datang.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun