Zaman sekarang, passion menjadi penting karena orang mulai membanding-bandingkan. Perkembangan media sosiallah yang membuat kita mudah menilik kehidupan orang  dan mengakses apa yang dilakukan orang lain.
Passion berkaitan dengan kesuksesan, tapi bukan berati kita yang nggak punya passion nggak bisa sukses.
Sukses didapat karena tujuan jelas dan konsekuen pada tujuan tersebut. Namun dengan mengetahui passion, perjalanan dalam kesuksesan kita lebih menyenangkan karena kita mempunyai aaesan kuat untuk menjalaninya.
Sering kali, kita menyebut hal yang kita suka dengan sebutan passion. Tidak, tidak sesederhana itu, suka belum tentu biasa. Kalau hanya senang melakukannya, sebut saja itu dengan hal yang kita sukai, tapi passion berarti kita rela menghabiskan banyak waktu untuk melakukan sesuatu yang kita suka hingga akhirnya muncul keahlian.
Dalam hidup, hampir tidak mungkin hanya ada satu hal yang disuka, minimal dua atau banyak hal yang diminati. Namun, tidak dengan keahlian, yang didapat dari pengembangan suatu hal terus menerus. Maka dari itu, passion sangat mungkin bertambah, berkurang, bahkan berubah.
Menilik diriku, kecil dulu merasa memiliki passion di dunia bisnis, muncul rasa senang bila bisa mendapat uang dari menjual sesuatu, tapi besar ke sini bisnis hanya menyenangkan tapi tidak ditekuni dan merasa bahwa mengutarakan adalah passion, berbahasa menyenangkan ketika mengetahui cara berbahasa yang benar dan menjadi agen berbahasa yang baik dan semestinya. Aku menjadikan belajar bahasa asing sebagai rutinitasku dan alhasil menjadi kemahiran yang aku senangi.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana cara mencari passion.
Passion itu bukan untuk ditemukan, melainkan  disadari. Mengapa? Itu karena passion sebenarnya sudah ada dalam diri kita. Kalau dikatakan passion adalah sesuatu yang dicari, seolah passion ada di mana-mana dan kita harus menemukannya. Namun, passion berasal dari diri kita yang perlu untuk dipahami alih-alih dicari sana-sini. Cobalah untuk menyadarinya dengan cara meluangkan waktu untuk memahami perasaan dan mengenali diri.
Ada beberapa cara agar kita bisa menyadari apa passion kita.
1. Daftarkan
Setiap hal, berpotensi merupakan passion diri kita. Buat daftar tulisan hal-hal yang kita suka. Kembali lagi, kebanyakan orang memiliki hal-hal yang disukai lebih dari satu. Buatlah daftar akan hal-hal tersebut dan urutkan mana yang sangat disukai sampai sedikit disuka. Itu bisa menjadi langkah awal menyaring hal-hal yang berpotensi menjadi passion dari banyak hal yang dilakukan.Â
2. Identifikasi
Ketahuilah dengan meneliti antara hal yang disuka dengan profesi yang relevan. Passion memang berkaitan dengan kesuksesan dari karir seseorang. Walaunpun, passion bukan satu-satunya jalan dari kesuksesan itu sendiri. Dengan menyadari passion, kita bisa mengetahui profesi apa yang berkaitan dengan keahlian tersebut. Gali sebanyak-banyaknya sampai cukup untuk menentukan.
3. Tentukan.
Pilihlah setidaknya satu dari sekian banyak hal mana yang paling disukai dan rela untuk berlama-lama melakukannya tanpa berat hati. Temukan tantangan di dalamnya, karena dengan begitu bisa membuat kita terus menerus mengembangkannya. Passion bukan penghasilan secara harta karena passion aja nggak cukup, perlu jago dalam hal tersebut.
Jadi jagolah pada passion kita.
Passion itu membuat perjalanan suksesmu menyenangkan, karena passion berkaitan dengan yang disuka. Passion bukan ditemukan, tapi disadari, dikembangkan, karena ada dalam diri kita. Luangkan waktu untuk menggali kesukaan dalam diri, bertanya dan merenungi apa yang kita sukai.
Passion membuat kita fokus bukan pada kelemahan, tapi ke pada hal yang kita suka. Namun, passion ngagak sesederhana hal yang kita suka saja, passion baru sebuah kode saja kalau kita suka, kita harus tajam dan mau untuk melakukan dengan terbaik dalam hal yang kita sukai sampai akhirnya menjadi keahlian. Itu pentingnya eksplor, nggak menutup diri, tanpa merasa tinggi dengan banyak passion tapi ngga ahli di dalamnya.
Bagaimana kalau sudah terjun dalam suatu hal, ngerasa bukan passion tapi enjoy-enjoy aja?
Nggakpapa banget, karena bisa saja dengan hidup realistis melakukan hal yang kurang kita suka tapi dipacu oleh keadaan yang mengharuskan melakukan itu, kalau dilakukan terus atas tanggung jawab dan mencoba menikmati, bisa jadi tumbuh sebagai passion, itulah kenapa passion tadi bisa jadi berkembang, berubah, atau berkurang.
Namun, kita nggak stuck di situ, kalau pun sudah jadi passion, gali hal lain lagi, karena kepuasan tetap datang dari hal yang kita benar-benar suka.
Jangan lupa kalau kita perlu mengetahui keseimbangan antara our wants versus our needs yang mana needs adalah uang sehingga kembali ke realistis.
Semua akan kembali lagi pada saat di mana kita mencapai hal yang kita suka, kita mahir, dunia butuh, dan ada uangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H