Mohon tunggu...
Anindita Ayu Pratiwi
Anindita Ayu Pratiwi Mohon Tunggu... -

write will kill your sorrow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Adolescent

13 Mei 2015   09:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:06 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ma" panggilku di pagi yang cukup cerah.

"Iya nak, kenapa?" jawab mama sambil membuat sarapan. "Pagi-pagi kok loyo, semangat dong nak!" pinta mama sambil membuat roti bakar 'yummy'.

"ngga ma, cuma lagi bingung aja" ujarku sambil menuang susu segar dari kulkas.

"Bingung kenapa? kok pagi-pagi udah bingung? kamu sudah sholat kan?" ucap mama, sambil menatap serius ke arahku.

"Udah Alhamdulillah ma. Ngga, aku udah lumayan lama di rumah ma, aku daftar sana-sini masih ngga keterima juga. kenapa ya? apa aku kurang usaha ya ma?" nadaku semakin layu.

"Rejeki itu sudah diatur nak sama Allah. kamu tidak perlu khawatir, kamu usaha lagi, berdoa lagi. Orang yang betawakal dan terus mengingat Allah dan menjadikan urusan dunia nya adalah bekal untuk akhiratnya, insyaAllah akan dimudahkan urusannya, nak" nasehat mama panjang, sambil mulai memasak nasi goreng.

"Iya ma, InsyaAllah. tapi aku bingung, ada ya orang yang bisa dengan mudah meraih segala mimpinya. mendapatkan apapun yang dia cita-citakan ma. kenapa ya ma?" tambahku dengan wajah semakin lesu.

"Nak, tidak perlu mengurusi orang lain. kamu juga perlu melihat perjuangan orang tersebut mendapatkan mimpinya bagaimana? orang-orang yang besar tidak mendapatkan posisinya sekarang dengan mudah seperti membalikkan tangan. tidak nak. mereka ada gagal, ada susah, tapi cobalah dengan semangat semuanya ya nak. coba dengan terus niat yang baik, dengan mengingat Allah terus. InsyaAllah mudah nak".

"Iya sih ma, aku akan semakin usaha lagi ya ma" ujarku sambil menggigit roti bakar buatan mama.

"Nah, gitu dong. Kamu liat ngga dulu Nabi Muhammad coba, saat menyebarkan agama Allah gimana? Beliau bersusah-susah, tapi terus berusaha menayadarkan kaun quraisy bukan? sama halnya dengan kamu sekarang. Kamu dalam masa mencari yang terbaik dari Allah, kamu mau sekolah lagi yang berarti itu adalah niat yang insyaAllah baik. Jadi terus bersemangat, usaha terus yang semakin keras" mama menatapku penuh arti dan dengan senyum yang selalu menjadi penenangku. "Kamu tau nak, padi yang tinggi itu hidupnya tidaklah mudah. karena semakin tinggi akan semakin tubuhnya bergoyang apabila ada angin yang kencang. Apa kau bayangkan? itu sangat tidak nyaman bukan? sama halnya dengan niat yang baik, Allah mencobamu dengan menyuruhmu agar terus bersabar dan kuat agar kau dapat jalani hidupmu lebih bijaksana. Allah akan memberimu yang terbaik, percayalah itu nak" ucapan mama, betul-betul ku resapi pagi itu. rasanya semangatku tumbuh lagi. "Percayalah nak Allah akan berikan yang terbaik. Isilah hari-hari mu ini dengan berbuat yang terbaik dan yang kau gemari. teruslah rajin dan mencoba nak. Tidak ada salahnya mencoba, biarkan gagal, daripada menyesal karna tidak mencoba,oke?" tambah mama, seraya tersenyum lembut dan mencium keningku.

"Oke ma, makasih yaa nasehatnya. aku akan terus bersemangat menggapai semua mimpi yang insyaAllah di jalan Allah dan untuk membanggakan mu dan bapak ya ma" kataku sambil ku teguk susu segar dingin dan tersenyum untuk mama.

"Nah, gitu dong. ingat ya nak. mama takkan pernah melarangmu menangis atas doa mu, menangis untuk kebahagianmu, dan untuk Tuhanmu. tetapi jangan kau menangis karna kecewa atas Tuhanmu, Allah. Kau cukup menangis untuk meminta ridhonya. karna apa yang Ia berikan itulah yang terbaik untukmu. untukmu belajar" ujarnya kembali menasehatiku, menenangkanku, dan membangkitkanku. terkadang aku memang cepat lelah, cepat menyerah, belakangan ini. aku tidak seperti diriku yang giat mengejar semua yang kuinginkan demi masa depanku seperti dahulu. aku seperti sudah terseok-seok. lelah sekali. tapi, dengan apa yang dikatakan mama ini, membuatku mengerti pentingnya semangat dan berperasangka baik.

"iya mama, terimakasih sudah menjadi mama ku yang terbaik, yang selalu tersenyum untuk menenangkanku. terimakasih mama" ucapku sederhana dan membuat kami berpelukkan.

Aku mencintai mama, dan keluargaku. itu yang ku sadari, serta aku mencintai Tuhanku. itulah alasanku menjadi diri yang lebih baik dengan jalan ini. Aku berharap, akan ada pelangi setelah hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun