Mohon tunggu...
ANINDITA RAHAYU
ANINDITA RAHAYU Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Menulis, menuangkan ide, dibaca, memberi pesan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Awal Masyarakat Desa Karya Makmur di Kabupaten Pasaman Barat

21 Juni 2022   00:13 Diperbarui: 21 Juni 2022   00:22 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wilayah trans di desa Karya Makmur berbeda dari wilayah transmigran lainnya. Pada umumnya, transmigran akan mendapatkan rumah untuk tempat tinggal dan beberapa fasilitas lainnya. Akan tetapi di desa ini masyarakat tidak mendapatkan rumah tinggal, melainkan  seperempat tanah perumahan, lahan usaha 1 hektare, dan lahan perkebunan seluas dua hectare.

 Tidak ada syarat khusus yang diajukan pemerintah untuk para calon transmigran di desa ini. Bagi siapapun masyarakat yang berminat mengikuti program pemerintah tersebut, baik yang sudah berkeluarga ataupun belum, tetap diizinkan untuk bergabung dalam program yang disediakan pemerintah ini.

Transmigran yang menetap di desa Karya Makmur umumnya adalah masyarakat Jambak yang bersuku Jawa dan Minang. Wilayah Jambak ini dulunya juga merupakan desa transmigran yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1930-an yang masih berada dalam wilayah Kabupaten Pasaman Barat. 

Berjarak sekitar 30 KM dari desa Karya Makmur yang dimana, nama Jambak ini diambil berdasarkan nama suku yang mendiami daerah tersebut, yaitu suku Jawa, Minang, dan Batak.

Kemudian sebagian dari penduduk Jambak bertransmigrasi ke desa Karya Makmur dengan harapan hidup akan lebih sejahtera. Transmigran yang sudah menetap di desa tersebut kemudian memulai kehidupan yang baru dan berbaur dengan masyarakat yang ada di desa Karang Putih. 

Pada umumnya, mayoritas transmigran berprofesi sebagai petani. Masyarakat memulai kehidupan dengan menggarap sawah, kebun, sayuran, dan lainnya dengan memanfaatkan lahan yang didapat.

Umumnya saat ini masyarakat desa Karya Makmur berprofesi sebagai petani dan  orang yang memanen hasil dari kebun sawit. Dimana sawit merupakan ciri khas dari Kabupaten Pasaman Barat sejak dimulainya pemekaran lahan perkebunan pada awal tahun 1990-an yang didanai dari pemerintahan Jerman.

Kemudian masyarakat karya makmur terus berkembang dan beradaptasi dengan wilayah tersebut. Kegiatan-kegiatan masyarakat mulai diadakan, salah satu contohnya adalah  wirid yasin atau pengajian. Wirid yasin ini biasanya diadakan oleh Bapak-bapak  desa setiap malam Jumat. Kegiatan wirid yasin ini masih tetap berjalan hingga sekarang.

Tidak hanya itu, Karya Makmur juga punya tradisi yang disebut dengan tradisi "Tolak Bala" hal ini bertujuan untuk memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa untuk memohon agar desa Karya Makmur tetap terjaga dan dijauhkan dari segala hal yang buruk. 

Biasanya, kebiasaan ini diadakan bersama-sama di mesjid. Namun, seiring berjalannya waktu kebiasaan tersebut sudah hilang ditelan zaman. Kini, masyarakat sudah meninggalkan kebiasaan lama tersebut.  

Gelombang kedua transmigrasi di karya makmur terjadi pada awal tahun 1990-an. Kemudian sebagian dari transmigran  masih menetap dan sebagian lagi menjual tanahnya kepada transmigran kedua. Hingga sekarang masyarakat dari kedua gelombang transmigrasi yang mediami desa karya makmur masih bisa kita jumpai di desa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun