Untuk momen kasih sayang kali ini saya menjatuhkan pilihan tontonan pada salah satu film lokal yaitu Aruna & Lidahnya. Hm, apa yang terlintas di benak kalian mendengar judul tersebut?
Apakah kalian membayangkan sosok Aruna si cewek berlidah tajam yang kalau ngomong suka nge-jleb alias menusuk? Ataukah membayangkan Aruna punya lidah bercabang seperti ular? :)))) Oke ternyata bukan karena film ini mengangkat tentang kuliner khas nusantara. Sehingga ya sepanjang film kita akan disuguhi aneka macam hidangan yang menggiurkan.
Film berkisah seputar kehidupan biasa saja seorang perempuan biasa bernama Aruna yang pekerjaannya melakukan penanganan epidemi di sebuah LSM. Aruna bersahabat akrab dengan Bono yang berprofesi sebagai chef. Di dalam geng mereka juga terdapat satu orang lagi bernama Nadezhda alias Nad. Tokoh sentral keempat yaitu Farish yang dibenci-benci tapi rindu oleh Aruna.Â
Cerita mereka dimulai ketika Aruna mendapat penugasan menyelidiki wabah flu burung di beberapa wilayah Indonesia. Bono menawarkan diri menemani Aruna, tentunya membawa misi lain yaitu berwisata kuliner mencicipi aneka makanan di daerah-daerah kunjungan mereka.
Dian Sastro didapuk menjadi Aruna, berduet dengan Nicholas Saputra yang memerankan Bono, sahabat akrabnya. Pasangan Dian Sastro dan Nicholas Saputra tentu saja identik dengan karakter legendaris Cinta & Rangga. Saya awalnya bertanya-tanya apakah kita, penonton, bisa melihat mereka sebagai tokoh yang benar-benar baru.Â
Rupanya kemampuan akting keduanya memang patut diacungi jempol. Karena disini Dian Sastro bukanlah si Cinta yang berkilauan, melainkan dia bisa jadi perempuan pekerja kantoran biasa lengkap dengan masalah-masalah hidupnya. Begitu juga dengan sosok Nicholas Saputra.Â
Tidak ada Rangga si judes, justru kita berkenalan dengan seorang Bono yang friendly dan easy going. Keduanya mampu membangun chemistry sebagai sahabat dekat. Tidak ada tanda-tanda mereka saling jatuh cinta-tapi-kemudian-terjebak-di-pusaran-friendzone.
Justru perasaan Bono dibuat jungkir balik oleh sahabat perempuannya satu lagi, Nad, yang diperankan dengan apik oleh Hannah Al Rashid. Nad memiliki karakter yang berkebalikan jika dibandingkan Bono dan Aruna, bebas, pemberani namun tetap seksi. Hehe. Sedangkan Aruna pusing tujuh keliling menata perasaannya yang diobrak-abrik Farish.Dalam film ini Oka Antara berhasil memerankan tokoh Farish yang cuek dan dingin.
Tema ceritanya sendiri mungkin sudah umum, persahabatan dan cinta bertepuk sebelah kaki eh tangan. Namun tema sederhana seperti ini dapat dikemas dengan begitu apik serta menarik. Kemampuan memasukkan aneka menu makanan dalam setiap adegannya patut diacungi jempol. Makanan-makanan disini bukan sekedar tempelan melainkan menjadi bagian dari cerita.
Konflik yang diangkat juga juga ringan serta sesuai dengan karakter keempat tokoh tersebut. Seperti saya bilang di awal, Aruna memang perempuan biasa saja tetapi justru dekat dengan keseharian kita. Sangat sangat realistis. Bukan tokoh yang super WOW sehingga terkesan khayalan.
Bagaimana dia harus menjalankan perintah dinas dari atasannya, bagaimana dia menemukan hal-hal yang tidak sesuai ekspektasinya, bagaimana dia melakukan investigasi di lapangan, semuanya adalah hal yang sangat mungkin kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Ekspresi dan dialog keempat tokoh di film ini juga mengalir alami.Â
Kita bisa dengan mudah menebak oh Aruna itu seperti ini, oh Bono seperti ini, kalau Nad dan Farish begitu. Dialog para sahabat yang sesekali diselipi humor ringan ini juga mampu membuat kita ikut tersenyum simpul.
Film ini  membawa kita berkelana ke empat kota, Surabaya, Madura, Singkawang dan Pontianak tentu saja dengan sajian kuliner khas daerah tersebut. Saya sendiri sebagai orang Surabaya bangga karena ada beberapa makanan Jawa Timur yang diangkat di film ini, seperti Soto Lamongan, Rawon dan Lorjuk. Nyam! Dijamin air liur kita akan menetes melihat para pemain menyantap Choipan, Pengkang, Kacang Kowa, Nasi Goreng dan masih banyak lagi lainnya. Kalau disebutin satu-satu nanti jadi buku menu :p Ohiya melihat mereka makan dari satu tempat ke tempat lain juga seakan saya sedang nonton food reviewer-yang memang diceritakan merupakan pekerjaan Nad- di channel Youtube.
Omong-omong soal makan dan makanan, ternyata memang masing-masing dari kita punya cara sendiri dalam memaknai hal tersebut. Ada orang yang melihat makanan sebagai sesuatu asal mengenyangkan, ada juga yang peduli dengan cerita di balik makanan tersebut sekaligus keberagaman citarasanya.Â
Kemudian makan sendiri banyak dari kita menganggap itu sebagai aktivitas sehari-hari yang terabaikan. Tetapi ada juga yang menganggapnya sebagai sebuah ritual sakral. Ya bahkan perdebatan tentang bubur diaduk atau tidak diaduk saja bakal jadi perdebatan tanpa ujung. He he.
Ada satu quote dari Bono yang saya suka waktu dia ngomong ke Farish,
"Hidup itu kayak makanan. Dalam satu piring ini nih, lu bisa ngerasain pahit sepahit-pahitnya, apa yang seasin-asinnya, kalo lo makannya sendiri-sendiri."
Ingin tahu bagaimana Aruna menyelesaikan perasaannya ke Farish? Atau bagaimana Bono mengungkapkan isi hatinya ke Nad?
Ingin tahu serunya berkelana menjajal aneka kuliner nusantara?Â
Film ini pilihan menarik yang cocok ditonton dengan siapapun kesayangan kita.
Orangtua, saudara, pasangan, kakek, nenek, sahabat, siapa saja.
Peringatan : Awas selesai nonton langsung lapar !
Title: Aruna & Lidahnya (2018)
Casts: Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Hannah Al-Rashid, Nicholas Saputra, Desta, Ayu Azhari
Director: Edwin
Studio: Palari Films, CJ Entertainment
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H