Mohon tunggu...
Anindita
Anindita Mohon Tunggu... Jurnalis - ---

An amateur blogger

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Balada Rekrutmen di Luar Kota

29 November 2013   02:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:33 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cari kerja, berjuta rasanya. He he. Ya begitulah yang dirasakan sebagian besar jobseeker alias para pencari kerja. Memang kalau dipikir jalan rezeki setiap orang beda-beda. Ada yang sekali melamar kerja langsung diterima, di perusahaan impiannya pula. Tapi ada juga yang seperti kita-kita, eh saya mungkin ya, yang harus jatuh bangun dulu untuk bisa diterima.

Satu hal yang tidak saya perkirakan sebelum lulus kuliah dulu adalah adanya biaya tak terduga untuk melamar pekerjaan. Biaya tak terduga tersebut memang kelihatannya kecil-kecil seperti fotokopi dan legalisir ijazah, beli map, amplop, perangko, dan kawan-kawannya. Memang beberapa perusahaan kini sudah mulai merambah dunia digital, jadi dokumen tinggal di scan terus dikirim lewat email. Mudah dan murah, cuma modal koneksi internet saja,

Tidak semua proses rekrutmen dilakukan di kota asal kita. Biasanya memang di kota-kota besar di Indonesia. Paling sering di Jakarta, karena memang kantor pusat perusahaan rata-rata di sana. Nah, kalau dokumen kan bisa di scan terus dikirim lewat email. Sayangnya kita si pemilik dokumen nggak bisa dikirim pakai email, tapi pakai alat transportasi betulan. Muncul biaya untuk keperluan transportasi dan akomodasi.

Saya sendiri dulu awalnya kekeuh ingin ikut rekrutmen yang seluruh prosesnya di Surabaya. Alhamdulillah ada yang rekrutmennya dari tahap awal sampai akhir dilakukan di Surabaya. Sayangnya saya gagal di tahap akhir. He he. Kemudian saya tergiur melamar pekerjaan lewat situs lowongan milik kampus-kampus di luar kota Surabaya, ada juga yang langsung ke perusahaannya.

Beberapa kali mendapat panggilan ke luar kota saya tidak datang, karena berpikir ribet kalau harus bolak-balik. Namun kemudian saya memutuskan tidak apa-apa berkorban sedikit untuk kota yang dekat-dekat saja. Malang dan Jogjakarta misalnya. Salah satu pengalaman tak terlupakan adalah mengikuti tes salah satu BUMN di kota Jogjakarta.

Saya berencana berangkat malam hari naik bus dari terminal Bungurasih, perkiraan sampai Jogjakarta Subuh lalu langsung menuju tempat tesnya. Tapi hari itu bertepatan dengan libur panjang Idul Adha. Calon penumpang membludak, berebut naik ke bus. Rupanya orang-orang banyak yang ingin menghabiskan libur panjangnya di Jogja. Karena tak kunjung dapat bus, saya beralih ke garasi bus. Dan antriannya luarbiasa panjang. Dalam hati rasanya ingin menangis karena sudah lewat tengah malam tidak dapat bus. Apa pulang saja tidak usah datang tes? Saya takut terlambat datang sesuai jadwal tes. Saya meneguhkan hati, minimal dicoba dulu saja. Urusan nanti boleh tidak boleh ikut tes saya pasrah.

Betul dugaan saya, sampai Jogja sudah pukul 09.30, padahal jadwal tes saya pukul 08.00. Sesampainya di lokasi tes saya mendatangi panitia dan menjelaskan kondisi yang saya alami. Alhamdulillah panitia memberikan saya kesempatan ikut sesi selanjutnya. Plong hati saya, untung saja saya tidak menyerah berebut bus dengan yang lain. Meskipun saya merasa apes karena harus tes bertepatan dengan orang-orang liburan.

Tidak hanya itu saja pengalaman saya ikut rekrutmen ke luar kota yang berhubungan dengan alat transportasi. Entah ada hubungan apa saya dengan alat transportasi. Pengalaman kedua ini lebih mengenaskan. Saya diundang interview user oleh salah satu perusahaan telekomunikasi, lokasinya di Jakarta. Saya berencana berangkat pagi hari naik pesawat karena interview dilaksanakan siang.

Subuh-subuh saya berangkat ke bandara karena memang jadwal flight saya paling pagi, yaitu pukul 05.05. Oiya ini bukan pertamakalinya saya naik penerbangan paling pagi, tapi dengan maskapai yang berbeda. Sesampainya di counter check-in saya melongo karena counter sudah ditutup, saya ditolak check-in karena telat 5 menit dari jadwal maksimal check-in. Saya mohon-mohon ke petugasnya tapi tidak digubris. Saat itu ada beberapa bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengalami hal yang sama.

Saya mencoba cari tiket untuk flight selanjutnya tapi tiket hari itu sudah habis semua. Tinggal tiket untuk penerbangan sore dan malam. Buat apa dong, kan interviewnya siang. Hari itu saya gagal interview, juga kehilangan uang tiket ratusan ribu rupiah. Sedih sekali rasanya. Semoga rejeki saya diganti dengan yang lebih baik. Amin.

Lalu apa kabar usaha pencarian kerja saya saat ini? Rupanya saya masih harus bersabar dan terus berusaha. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun