Usaha tambak udang windu yang dulu merajai pasar Desa Cangkring, Jawa Barat, dan membawa kesejahteraan bagi petambak, kini kian redup seiring ganasnya virus yang mematikan.Hanya kemiskinan menyeruak dari setiap rumah nelayan yang sederhana. Hal ini mengusik hati Wahudin hingga sebuah kesempatan menghampirinya delapan tahun yang lalu untuk mengembangkan rumput laut. Sekalipun sebagian orang menganggapnya gila, dan kendala pasar yang tak henti menghampiri membuatnya tak kian juga menyerah.
Ia memanfaatkan koneksi dan jaringannya yang dulu aktif dalam program apapun, ke Dinas Perikanan dan Kelautan Jabar. Termasuk menghubungi PT Agarindo, produsen agar-agar.
Dengan menyewa lahan kosong yang tak terurus, usaha Wahudin membawa keuntungan bagi pemilik tanah yang tak punya penghasilan. Ia pun mengolah usahanya dengan lahan seluas 10 hektar. Ia juga mengetahui bahwa lumut sutra akan mengancam jika dibiarkan saja, maka itu rumput laut harus telaten diawasi dan “dicuci” setiap sore.
Ketekunannya inilah yang menjadi awal kesuksesannya dan membawa angin segar bagi warga pesisir hingga pada tahun 2012, sehingga Gubernur Jabar menjanjikan dana APBD Perubahan 2012 senilai Rp 2 miliar untuk perkembangannya.
Kini, para mempunyai harapan baru memandang kehidupan esok yang lebih baik berkat perjuangan yang dilakukan Wahudin, menjadikannya cerminan dari sosok Mutiara Bangsa BerHasanah, yang berani menjawab kesulitan masyarakat.
Jika Anda ingin mengetahui lebih dalam mengenai sosok Mutiara Bangsa BerHasanah, dan ingin belajar secara mendalam dari mereka, silakan menghubungi email ke mbb@kraftigadvertising.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H