Check up payudara sering terlewatkan oleh sahabat-sahabat perempuan, tidak terkecuali dokter yang menulis ini. Padahal yang namanya kanker masih belum jelas asal penyebabnya, bisa tiba-tiba muncul secara mengagetkan. Sering pasien/keluarga pasien menanyakan penyebabnya apa ya dok? Berharap kalau ada faktor yang bisa dihindari untuk mencegah. Meskipun pada umumnya dokter mengatakan jangan makan-makanan cepat saji, banyak pengawet, hmakanan yang disuntik hormon... tetap saja itu bukan penyebab kanker.
Oleh karena itu yang terpenting adalah mendeteksi sedini mungkin. Perempuan dituntut peka terhadap tubuhnya sendiri. Masalahnya, kehidupan perempuan yang sudah sibuk sebagai penjaga keluarga ditambah dengan karier di luar, sering menjadikan mereka mengabaikan tubuh mereka sendiri, ibaratnya kalo sakit ga berasa... berasa sakit kalau sudah parah.
Dulu kita mengenal istilah SADARI... kependekan dari periksa payudara sendiri. Pemeriksaan itu dilakukan dengan meraba payudara dan ketiak, adakah benjolan yang mencurigakan. Pemeriksaan itu dilakukan di pertengahan siklus haid supaya tidak rancu dengan pembesaran kelenjar payudara menjelang dan saat haid. Keakuratannya? Ya pasti kecil yaa..., tergantung kepekaan masing-masing orang.
Oleh karena itu, beberapa pusat kesehatan mengembangkan pelayanan check up payudara, ada yang melalui pemeriksaan USG, mammografi dan MRI payudara. Jadi, pemeriksaan apa yang sebaiknya dilakukan? Kapan kita melakukan? Apakah pemeriksaan itu harus diulang?
USG (Ultrasonografi)
[
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Rekomendasi dari American Cancer Society, pemeriksaan fisik rutin oleh diri sendiri dianjurkan sejak umur 20 tahun. Untuk masalah ini, penulis ingin menekankan bagusnya program SADARI yang dapat dilakukan kapan saja dan sesering mungkin, jadi tidak harus ke dokter. Pemeriksaan fisik oleh dokter dilakukan sejak perempuan berumur 20 tahun, dilakukan tiap 3 tahun sekali.
Perempuan usia 30 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan rutin ke dokter 1x setiap tahun. Pada umumnya, hal ini sama dengan perlunya pemeriksaan USG payudara 1x/tahun.
Pada wanita umur 40 tahun ke atas, disarankan untuk dilakukan mammografi selain dilakukan USG. Hal ini disebabkan prevalensi kanker payudara yang paling banyak ditemukan pada umur tersebut dan keakuratan pemeriksaan akan bertambah. Kalsifikasi maupun lesi kecil yang mungkin terlewatkan pada pemeriksaan USG dapat terlihat pada mammografi. Meskipun demikian, mammografi tidak dapat membedakan lesi tersebut adalah lesi padat atau kista. Hal inilah yang dapat diatasi dengan pemeriksaan USG.
Perempuan-perempuan yang memiliki risiko tinggi untuk terkena kanker payudara, pada kondisi tertentu mungkin memerlukan pemeriksaan MRI dan mammografi. Yang dimaksud dengan risiko tinggi diantaranya adalah memiliki mutasi gen BRCA1 atau BRCA2, memiliki keluarga 1st degree (orang tua, saudara kandung, anak) yang terkena kanker payudara, atau memiliki riwayat radioterapi di daerah dada. Hal ini sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter ahli, yaitu dokter-dokter yang memiliki kompetensi tersebut berdasarkan penunjukan Rumah Sakit, dokter ahli bedah umum atau dokter ahli bedah onkologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H