Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga yang berlokasi di Kota Bandung, terletak di Jalan BKR Tegalega yang didirikan pada tahun 1974, museum ini diresmikan pada tahun 1980 dengan nama Museum Negeri Provinsi Jawa Barat, lalu pada tahun 1990, Museum ini berubah nama menjadi Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga. Museum ini didedikasikan untuk memamerkan dan melestarikan sejarah serta warisan budaya masyarakat Sunda, khususnya yang berkaitan dengan sejarah kerajaan di Jawa Barat.Â
Di dalam Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga ini terdapat banyak sekali koleksi kebudayaan sunda dengan berbagai macam benda bersejarah dan benda-benda antik yang memiliki nilai luhur dan nilai seni yang tinggi. Budaya sunda memiliki banyak beragam adat dan tradisi yang diturunkan oleh leluhur. Mulai dari acara tradisi, tarian, alat musik, hingga busana daerah atau pakaian adat. Dari beragam kebudayaan tersebut, pakaian adat merupakan hal yang sangat menarik untuk dibahas, karena masing-masing daerah memiliki ciri khas untuk busana daerahnya masing-masing.Â
Pakaian adat sunda biasanya digunakan untuk bermacam-macam kegiatan, mulai dari acara kebudayaan atau tradisi hingga dapat dipakai sehari-hari. Pakaian adat dari sunda sendiri memiliki banyak jenisnya, yang akan kita bahas kali ini yaitu pakaian adat dengan nama "Menak". Replika dari Busana Menak ini dapat dilihat di Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga.Â
Sejarah Busana Menak
Dalam bahasa sunda kata "menak" sendiri menggambarkan sebuah tingkatan sosial atau kelas sosial atau golongan bangsawan dalam kebudayaan sunda. Kata "Menak" juga bisa memiliki arti terhormat. Menak dalam masyarakat sunda konon merupakan keturunan dari Raja Pajajaran, karena hal tersebut lah pada tahun 1900-an masyarakat sangat menghormati sekali keluarga Menak karena telah membawa pengaruh baru untuk rakyat pasundan. Terjadinya pertukaran budaya antara jawa barat dan belanda, pada masa itu terjadi perpaduan budaya lokal dan budaya luar, khususnya pada masa pemerintahan hindia-belanda yang menciptakan politik Devide et Impera dengan strata sosial 3 golongan yaitu Menak, Santana, dan Somah. Karena adanya strata sosial itu lah terdapat perbedaan gaya berbusana.Â
Busana Menak ini juga memiliki sejarah dengan berbagai pengaruh, antara lain:
1. Pengaruh Hindu-Buddha: Sejarah Indonesia mencatat periode kunonya yang dipengaruhi oleh budaya Hindu-Buddha, di mana tradisi pakaian dan gaya hidup masyarakat Jawa Barat, termasuk Sunda, terbentuk. Pengaruh ini dapat dilihat dalam beberapa elemen pakaian adat Menak, seperti hiasan kepala dan aksesoris.
2. Pengaruh Islam: Dengan masuknya Islam ke wilayah Indonesia, terjadi perubahan dalam budaya dan pakaian. Pakaian adat Menak mencerminkan perpaduan antara elemen-elemen tradisional Sunda dan nilai-nilai Islam.
3. Pengaruh Kolonial Belanda: Selama masa penjajahan Belanda, terjadi perubahan dalam pola pakaian masyarakat. Beberapa elemen busana adat Menak mungkin mengalami modifikasi atau perubahan untuk mengakomodasi pengaruh Belanda pada saat itu.
4. Evolusi Seiring Waktu: Pakaian adat Menak terus mengalami evolusi seiring waktu. Beberapa perubahan mungkin terjadi sebagai respons terhadap perkembangan sosial, ekonomi, dan politik di masyarakat Sunda.
5. Simbolisme Budaya: Setiap elemen pakaian adat Menak memiliki makna dan simbol yang mendalam, mencerminkan nilai-nilai dan kepercayaan masyarakat Sunda. Warna, motif, dan jenis kain yang digunakan sering kali memiliki signifikansi tertentu.
Penting untuk diingat bahwa perkembangan pakaian adat Menak adalah proses panjang yang melibatkan banyak pengaruh dari berbagai budaya dan periode sejarah. Pakaian adat ini tidak hanya mencerminkan identitas budaya masyarakat Sunda, tetapi juga menunjukkan dinamika keberagaman budaya di Indonesia.
Mengenal Lebih Busana Menak
Memiliki arti untuk golongan bangsawan dan terhormat, dapat tercermin dari desain busananya yang memiliki tampilan elegan dan mewah. Dengan perpaduan warna emas dan dipadukan dengan aksesoris yang mendukung tampilan elegannya. Busana Menak juga dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Menak untuk laki-laki hampir sama dengan pakaian adat sunda lainnya, yang membedakan yaitu bahan atasan yang biasanya menggunakan kain bahan beludru berwarna hitam dengan tambahan benang emas yang disulam. Motif-motif yang disulam tersebut biasanya terdapat pada bagian ujung lengan, kerah, dan juga di sekitar kancing. Menak untuk laki-laki biasanya juga dilengkapi dengan aksesoris Bendo sebagai penutup kepala dan alas kaki. Serta menggunakan arloji yang rantainya dikaitkan pada saku baju atasan dan menggunakan tambahan lilitan jarit dari pinggang sampai dengan lutut.Â
Untuk Menak pada perempuan sendiri menggunakan bahan, motif, dan warna yang serupa, yaitu pakaian berbahan kain beludru warna hitam dengan motif sulaman emas dan juga terdapat tambahan manik-manik emas yang semakin menambahkan kesan elegan. Lalu untuk bagian bawahan atau rok, Busana Menak untuk perempuan menggunakan kain kebat batik yang disarungkan atau dililitkan pada bagian pinggul. Untuk mempercantik tampilan Busana Menak untuk perempuan juga menggunakan alas kaki berupa selop hitam berbahan beludru. Untuk menambah kesan elegannya, perempuan yang menggunakan Busana menak biasanya dilengkapi dengan riasan rambut berupa sanggul dan tusuk konde. Serta menggunakan perhiasan berupa cincin, anting, ataupun bros yang berwarna emas atau berlian.Â
Meskipun Busana Menak ini adalah busana tradisional, namun pada masa kini Busana Menak sudah banyak digunakan untuk acara-acara formal seperti pernikahan, pertunjukan, dan acara lainnya. Tetapi saat ini sudah banyak designer yang memodifikasi atau menggabungkan dan menambahkan elemen atau aksesoris lainnya agar terlihat lebih modern. Walaupun banyak menambahkan elemen atau aksesoris baru tetapi tetap memperlihatkan unsur kebudayaan yang kental.
Pentingnya Melestarikan Pakaian Adat
Setelah mengenal lebih baik mengenai Busana Menak Adat Sunda ini, dapat diketahui bahwa pakaian adat yang ada di Indonesia sangat beragam, unik, dan memiliki ciri khas masing-masing daerah yang menambah kesan kebudayaan yang kental. Mulai dari Busana Menak yang menggambarkan kelas sosialnya yang terlihat dari desain baju dan aksesoris yang dipakai menambahkan kesan yang elegan. Masih banyak lagi pakaian adat yang dapat kita pelajari dan berbagai keunikan yang ada. Di Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga sendiri adalah salah satu tempat yang sangat di rekomendasikan apabila ingin melihat beragam kebudayaan, karena disana bukan hanya ada pakaian adat tapi alat musik, alat perkakas zaman dahulu, kain, dan peninggalan peninggalan lainnya banyak terdapat di Museum Negeri Provinsi Jawa Barat Sri Baduga.Â
Perlu disadari bahwa pentingnya melestarikan kebudayaan negeri kita salah satunya pakaian adat. Saat ini sudah banyak influencer yang memakai pakaian adat atau batik untuk berpakaian sehari-hari baik di Indonesia sendiri maupun di luar negeri. Kita pun juga harus bangga dan mulai menggunakan pakaian adat agar dapat ikut serta melestarikan kebudayaan yang ada. Melestarikan pakaian adat memiliki banyak nilai dan dampak positif bagi masyarakat dan budaya. Berikut adalah beberapa alasan mengapa melestarikan pakaian adat dianggap penting:
1. Pemeliharaan Identitas Budaya
2. Pendidikan dan Informasi
3. Perkembangan Ekonomi Lokal
4. Penguatan Komunitas
5. Penghormatan terhadap Upacara Adat
6. Peninggalan Untuk Generasi Mendatang
Dengan menjaga dan melestarikan pakaian adat, kita dapat memberikan kontribusi positif terhadap keberlanjutan budaya dan memastikan bahwa aspek-aspek berharga dari warisan kita tidak hilang atau terlupakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H