Kalimantan Utara, sebuah provinsi yang kaya akan sumber daya alam, menghadapi tantangan serius dalam hal kesejahteraan masyarakatnya. Salah satu isu utama yang perlu segera diatasi adalah tingginya angka stunting dan tingkat kemiskinan yang masih menghantui daerah ini. Dalam opini ini, kita akan membahas faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting dan kemiskinan di Kalimantan Utara serta mengapa penanganan masalah ini memerlukan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait.
Angka Stunting yang Meningkat
Berdasarkan data yang disampaikan oleh hasil survei studi status gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, menunjukkan angka stunting di Kalimantan Utara (Kaltara) berada di atas rerata nasional. Yakni lebih tinggi 3 persen, di mana stunting Kaltara sebesar 27,5 persen sedangkan rata-rata nasional 24,5 persen.
Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Kaltara Agust Suwandy mengatakan, dari lima kabupaten dan kota di Kalimantan Utara, Nunukan menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi, sebesar 30 persen. Lalu, berturut-turut Tarakan 25,9 persen, Malinau 24,2 persen, Bulungan 22,9 persen, dan Tana Tidung 22,8 persen.
Angka stunting yang terus meningkat di Kalimantan Utara merupakan cermin dari tantangan serius dalam hal akses terhadap pelayanan kesehatan dan gizi yang memadai. Keterbatasan aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan yang berkualitas menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kondisi ini. Sebagian besar masyarakat, terutama di daerah pedesaan, masih menghadapi kendala dalam mencapai pusat-pusat kesehatan yang dapat memberikan layanan kesehatan dan informasi gizi yang cukup. Selain itu, minimnya pemahaman mengenai pentingnya asupan gizi yang seimbang dapat mengakibatkan pola makan yang tidak memadai, yang pada gilirannya menyebabkan stunting pada anak-anak.
Gizi buruk juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya angka stunting di Kalimantan Utara. Anak-anak yang kurang mendapatkan nutrisi yang cukup dalam masa pertumbuhan awal mereka dapat mengalami hambatan pertumbuhan fisik yang signifikan. Faktor ini tidak hanya terkait dengan keterbatasan akses, tetapi juga dengan permasalahan ekonomi yang membatasi kemampuan keluarga untuk menyediakan makanan bergizi. Oleh karena itu, penanganan masalah stunting di Kalimantan Utara perlu merangkul upaya bersama untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan kesehatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya pola makan seimbang bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak.
Penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Utara bertambah 8.370 jiwa dalam enam tahun terakhir. Angka ini terdata dari periode Maret 2016 sampai dengan September 2021.
Informasi yang Koran Kaltara himpun dalam Publikasi Data dan Informasi Kemiskinan Kaltara 2016 -- 2021, mencatat, penduduk miskin pada Maret 2016 sebanyak 41.120 jiwa. Kemudian jumlahnya melonjak hingga 49.490 jiwa pada September 2021.
Berdasarkan lokasi pemukiman, diketahui lonjakan penduduk miskin terjadi di daerah perkotaan.Dalam kurun waktu enam tahun tersebut, terdapat pertambahan penduduk miskin di kota sebanyak 9.670 jiwa atau dari 14.210 jiwa menjadi 23.880 jiwa.