Mohon tunggu...
Ani Mariani
Ani Mariani Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Middle Eastern Studies | International Relation Analysis | Political, Economic, Religion, Social, Religion, Feminism Enthusiast | Research | Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obat untuk Penyakit "Saya Akan Mulai Besok"

29 Maret 2024   10:00 Diperbarui: 29 Maret 2024   10:01 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Nik on Unsplash

Tulisan ini lahir karena selama lebih dari 1 bulan ini, saya telah melakukan kebiasaan menunda suatu hal yang sangat sederhana. Dan hal ini menjadi penyakit yang tak terelakkan. 'Saya akan menelpon ayah saya besok', 'saya akan menulis satu halaman setiap hari', 'membaca satu artikel per hari', 'belajar IELTS tiga puluh menit per hari'.

Namun yang terjadi adalah, saya tidak pernah menghubungi ayah saya, padahal sangat merindukannya. Menjelang dua bulan ini hanya menerbitkan tiga artikel dan tidak pernah menyentuh buku ataupun belajar IELTS.

Mengapa saya begitu menahan diri dan tidak melakukan apapun?

Hal ini juga terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada 2021, menunda mengerjakan tesis dengan alasan 'akan mulai besok' tidak terasa memakan waktu selama 1,5 tahun. Lalu, awal pada 2022. Ibu saya drop dan mengharuskan bolak-balik rumah sakit. Ego saya berkata, 'saya akan menjenguk ibu saya dirumah sakit besok', 'saya akan menelponnya', 'besok saya akan menenami ibu saya'. Hingga dalam beberapa hari, ibu saya meninggal, tanpa banyak menghabiskan banyak waktu bersamanya di saat-saat terakhir.

Saya terlambat. Saya kehilangan ibu saya. Dan saya tidak berbuat banyak untuknya. Karena menurut ego saya pada saat itu, masih ada 'hari esok', masih banyak waktu untuk bersama ibu saya. Sayangnya, 'hari esok' itu tidak pernah datang. Ibu saya telah pergi untuk selamanya. Hanya meninggalkan luka dan rasa penyesalan yang amat dalam.

Memasuki 2024, saya mulai bangkit. Sembuh dari depresi dan memulai resolusi baru. Karena pada tahun-tahun sebelumnya telah banyak penundaan yang berdampak buruk pada kemajuan dan kesehatan mental. Saya bertekad untuk tidak lagi nurutin ego dan membohongi diri sendiri dengan sembunyi dibalik kata 'mulai besok aja'.

Saya mulai membuat jadwal harian, journaling dan segudang afirmasi positif. Tentu dengan percaya diri bahwa jadwal terperinci ini akan berjalan mulus tanpa alasan. Saya pikir, menulis adalah hal yang baik untuk saya. Karenanya, menulis akan menjadi fokus utama pada tahun ini. Mulai dengan sebuah afirmasi, 'Saya akan mulai tanggal 1 januari', 'mulai menulis pada jam 10 pagi', 'saya tidak akan menunda apapun lagi'.

Kenyataan pahitnya adalah, sampai saat ini saya hanya mampu menyelesaikan 3 artikel saja. Lagi-lagi, selalu bersembunyi di balik kata, 'saya akan mulai besok'. Besok lagi. Dan lagi. Selalu besok. Saya selalu berbohong pada diri saya sendiri.

Perasaan nyaman namun tidak tenang menemani keseharian jiwa pembohong ini. Hingga pada titik saya menyadari sesuatu tentang diri saya. Bahwa saya adalah seorang prokrastinasi. Ketika menyadarinya, saya mencoba untuk melawannya. Selama proses itu juga, saya menemukan tamparan baru tentang diri saya. Orang yang suka menunda-nunda sering kali bersifat impulsif.

Orang impulsif ini seringkali mempunyai banyak ide bagus dan antusias pada awalnya. Namun belakangan, kurangnya disiplin diri membuat mereka berhenti memulai atau menyelesaikan tugas. Mereka akan beralih dari ide baru ke ide baru. Setiap kali melaksanakan proyek, proyek baru akan menarik perhatiannya.

Yaa, saya adalah prokrastinasi yang impulsif. Saya telah gagal memulai sesuatu ratusan kali. Saya juga telah berhenti ratusan kali. Saya memulai sesuatu dan kemudian membiarkan hal-hal itu terhenti dan menghilang. Saya bersemangat membicarakan proyek baru yang sedang saya kerjakan dan kemudian tidak pernah tertarik dengan proyek itu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun