Mohon tunggu...
Anilawati Nurwakhidin
Anilawati Nurwakhidin Mohon Tunggu... lainnya -

#1minggu1cerita di berbagiceritaceritaseru.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

"Dikepung" Zat Aditif Berbahaya pada Makanan (Pelatihan di SMP 48)

13 Februari 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:38 1355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_88773" align="alignright" width="300" caption="http://yusupzaelani.blogspot.com"][/caption] Dua hari yang lalu (11/02/2011) saat heboh-hebohnya berlangsung kuliah umum di ITB tentang  inovasi di bidang teknologi oleh 3 adik-adik SMP, tim YPBB berkesempatan berbagi tentang Bahaya Zat Aditif pada Makanan di SMP 48. Saya berangkat ke area Bandung Timur bersama Rikrik dan Ari.  Ini pengalaman pertama saya dan Ari datang ke sekolah yang luaaaas sekali. Yang tak lain dan tak bukan adalah sekolahnya Arrival Dwi Sentosa (inovator antivirus lokal terbaik ketiga di Indonesia. cerita lengkapnya silakan lihat di sini). Memang lumayan jauh dari pusat kota, tetapi jarak yang jauh itu dikalahkan dengan melihat semangat siswa-siswi yang mengikuti pelatihan tersebut. Di siang yang panas itu, pelatihan dibuka oleh Wakasek Kesiswaan yaitu Teti Yulianti. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan tim YPBB. Kemudian, mulailah materi dibawakan. Kegiatan diawali dengan melihat bahwa pada makanan favorit yang biasa dimakan sehari-hari, ternyata mengandung bahan makanan yang sehat dan tidak sehat. Pemahaman tentang baik atau tidaknya makanan tersebut kemudian diperkuat dengan pembahasan tentang zat aditif. Zat aditif adalah bahan-bahan yang ditambahkan pada makanan di luar tujuan memberikan gizi utama (karbohidrat, protein, dan lemak). Kemudian peserta diajak mengingat-ingat zat aditif tradisional untuk mulai membedakannya dengan zat aditif yang sekarang banyak digunakan. [caption id="attachment_88776" align="alignright" width="300" caption="beberapa guru menjadi peserta pelatihan juga"]

12974830431231314268
12974830431231314268
[/caption] Ow ow ow, ternyata sekarang banyak sekali zat aditif buatan dengan nama kimia yang asing dan tidak kita kenal. Banyaknya zat aditif buatan ini, ternyata salah satunya disebabkan oleh adanya kebutuhan dari industri untuk memproduksi makanan dalam jumlah besar yang akhirnya perlu disebarkan secara luas ke seluruh Indonesia. Industri tersebut saling bersaing menarik perhatian konsumen dan juga menghasilkan banyak kemasan yang sulit didaur ulang. [caption id="attachment_88777" align="alignleft" width="300" caption="peserta: anak OSIS & pramuka"]
12974828522084941432
12974828522084941432
[/caption] Wah bagaimana cara kita mengenal: manakah zat aditif yang aman? dan manakah zat aditif yang berbahaya? Sedangkan nama zat aditif itu banyak yang asing dan tidak dikenal.... Tim YPBB memberikan solusinya yaitu Kamus Zat Aditif :) Bila kita kesulitan dalam memahami sebuah kata dalam bahasa Inggris, maka yang kita lakukan biasanya adalah mencari artinya di dalam kamus bahasa Inggris. Nah, kamus zat aditif ini pun sama fungsinya. Setelah dilakukan penjelasan singkat tentang cara menggunakan kamus, kemudian setiap peserta mendapatkan 1 contoh kemasan makanan yang akan dianalisis: apakah sehat atau tidak. Selesai praktek menganalisis produk makanan, kemudian dilanjutkan dengan presentasi dari beberapa peserta. Ternyata semua produk yang dianalisis tidak sehat karena biasanya mengandung paling tidak satu atau dua zat aditif yang tidak sehat dan mengakibatkan macam-macam penyakit. Hmmm, jadi apa dong yang bisa kita lakukan? Sebelum pembahasan masuk ke solusi, sebelumnya dibahas dulu tentang berbagai jenis zat aditif. Yaitu adanya zat aditif yang jelas dilarang oleh pemerintah tapi masih tersebar cukup luas contohnya  boraks dan formalin; zat aditif yang diijinkan tapi beresiko seperti MSG dan siklamat; zat aditif yg berbahaya jika berlebihan seperti gula dan garam. Hmmm, ternyata kita "dikepung" oleh zat aditif berbahaya pada makanan :( Untunglah, dengan menggunakan kamus zat aditif kita bisa mengetahui makna di balik nama asing tersebut, otomatis memiliki informasi kesehatan dan juga kita jadi bisa memutuskan: apakah kita akan mengkonsumsi sebuah makanan atau tidak. Di akhir materi, diberikan pula beberapa contoh pola hidup pengganti untuk mengurangi kebutuhan bahan aditif yang berbahaya yaitu membeli makanan segar dan lokal, beralih ke pewarna alami, membiasakan diri dengan beragam rasa pada pemanis. Setelah materi bagian pertama selesai, kemudian peserta beristirahat dulu. Setelah badan agak segar, kemudian peserta diajak untuk duduk melingkar dan bermain kartu. Eit, tentunya bukan sembarang kartu. Setiap orang mendapatkan kartu bergambar. Dari kartu-kartu tersebut, setiap orang diminta untuk menghubungkan gambar yang didapat dengan materi yang telah didapatkan di 2 jam pertama tadi. Menarik! Ternyata kartu-kartu tersebut, bisa memanggil ingatan kita tentang materi yang telah didapatkan sebelum istirahat. Di akhir pertemuan, ada beberapa orang yang berbagi tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya. Wah, keren-keren loh komitmennya. Seperti Irfan seorang KM, dia akan melakukan obrolan kepada teman-temannya untuk mulai menghentikan konsumsi makanan yang mengandung banyak zat aditif berbahaya. Juga dia mulai mengurangi makan makanan yang berbahaya dan juga membawa bekal dari rumah. Sang ketua OSIS ternyata berencana untuk menginformasikan kepada teman-temannya yang lain. Ada juga seorang anak laki-laki (saya lupa namanya) yang akan membagi informasi tentang bahaya zat aditif ini melalui Facebook. Hmm, anak ini ternyata mau menjadi aktivis cyber heu2. Komitmen terahir datang dari Devia. Dia akan mulai mengurangi konsumsi mie goreng instan karena sekarang telah mengetahui bahayanya. Waaaaaah,,,,sore yang menyenangkan di wilayah Bandung Timur. Semoga berbagai komitmen tersebut bisa mulai dilakukan secara bertahap oleh seluruh peserta pelatihan.... *foto-foto lengkap kegiatan silakan lihat di sini - masih kesulitan memasukkan foto :(

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun