Mohon tunggu...
Anik Setyani Rahayu
Anik Setyani Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Emang yang Baik di Dunia Ini Cuma Mama, Sisanya Jahat-Jahat Semua

1 November 2024   16:13 Diperbarui: 1 November 2024   16:31 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang, di tengah kerasnya kehidupan dan interaksi dengan banyak orang, kita jadi sadar: nggak semua orang punya niat tulus. Ada kalanya kita dikecewakan, diperlakukan nggak adil, atau bahkan dimanfaatkan. Di saat semua kelihatan jahat, cuma satu sosok yang tetap bertahan dan selalu ada di sisi kita, yaitu mama. Sosok ini seakan jadi satu-satunya yang benar-benar tulus dan rela berkorban, apa pun kondisinya.

Mama itu nggak pernah minta balasan. Mulai dari merawat sejak kecil, mendampingi tumbuh besar, sampai saat kita dewasa dan punya kehidupan sendiri, mama selalu siap mendukung tanpa meminta imbalan.

Kalau orang lain baik biasanya ada maunya, mama beda. Kasih sayang dan perhatian yang diberikan mama itu nggak pernah bersyarat, dan itu yang bikin hati kita tenang. Cuma mama yang rela ngorbanin kebahagiaan pribadinya demi kita.

Ketika banyak orang di luar sana cuma mendekat pas butuh atau ketika kita lagi "di atas," mama adalah sosok yang selalu menerima kita, baik dalam senang atau susah.

Dunia mungkin keras, penuh orang yang nggak peduli atau malah sengaja menjatuhkan, tapi mama nggak pernah begitu. Dalam keadaan seburuk apa pun, dia tetap ada dengan pelukan hangat dan nasihat bijak. Mama adalah tempat pulang yang aman, tanpa harus takut dihakimi atau dikecewakan.

Dunia bisa bikin kita merasa lelah, terutama saat berurusan dengan orang-orang yang egois, manipulatif, atau cuma baik pas lagi ada maunya. Pas jatuh atau lagi butuh bantuan, tiba-tiba mereka menghilang. Tapi mama? Dia tetap di situ, tetap jadi orang pertama yang panik kalau kita kenapa-kenapa. Mama nggak akan ninggalin kita walaupun semua orang menjauh, dan ini adalah bukti nyata kalau kasih sayangnya nggak kenal kondisi.

Dari mama, kita belajar apa itu sabar dan ikhlas, bahkan ketika menghadapi orang-orang yang nyakitin. Dia selalu mengajarkan buat nggak membalas jahat dengan jahat, dan selalu memberi contoh buat tetap baik meski dunia di luar sana keras. Nasihatnya sederhana, tapi penuh makna, dan sering kali jadi pegangan buat kita di saat-saat sulit. Di tengah dunia yang sering bikin frustrasi, cuma mama yang mengingatkan kita buat tetap jadi orang baik.

Saat dunia menilai kita berdasarkan prestasi, kekayaan, atau hal-hal material lainnya, di mata mama kita tetap anaknya yang paling berharga. Nggak peduli sebesar apa kegagalan atau kesalahan yang kita buat, dia nggak pernah mencintai kita kurang dari sebelumnya. Di sini lah bedanya, karena mama mencintai kita bukan karena kita "sempurna," tapi karena kita adalah bagian dari hidupnya.

Mama selalu bilang, "Hati-hati di luar sana." Dan seiring waktu, kita sadar bahwa ucapan itu benar. Dunia memang nggak seaman yang kita kira. Tapi mama selalu siap jadi pendukung utama dan motivator, meski dia sendiri sering lelah atau punya masalah. Dia tetap menguatkan, memberikan doa terbaiknya, dan memastikan kita tahu bahwa selalu ada seseorang yang siap jadi penopang di saat kita goyah.

Ketika rasanya dunia ini cuma berisi orang-orang yang jahat, yang memanfaatkan atau cuma datang pas butuh, mama tetap jadi bukti bahwa kebaikan sejati masih ada. Mama mungkin satu-satunya orang yang selalu tulus, nggak ada maunya, dan benar-benar menginginkan yang terbaik untuk kita tanpa pamrih. Di tengah dunia yang keras dan penuh kepalsuan, dia adalah pelipur lara dan pengingat bahwa kasih sayang sejati itu nyata.

Jadi, kalau kita merasa dunia ini nggak adil dan semua orang di sekitar terlihat jahat, jangan lupa: ada mama yang selalu baik dan selalu ada buat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun