Dalam perjalanan hidup ini, kita sering mengalami kehilangan yang mengganggu ketenangan jiwa dan keseimbangan spiritual. Kehilangan bukan hanya berhubungan dengan hal-hal fisik, tetapi juga aspek-aspek penting dalam kehidupan kita, terutama dalam hal ibadah. Dalam refleksi ini, saya ingin berbagi tentang kehilangan-kehilangan yang telah saya alami, dan bagaimana hal itu membuat saya merasa berantakan.
Kehilangan Al-Waqiah
Surah Al-Waqiah adalah surah yang penuh makna dan keutamaan. Banyak yang meyakini bahwa membaca surah ini dapat membawa keberkahan dalam hidup. Namun, seiring berjalannya waktu, saya merasa kehilangan konsistensi dalam membaca dan menghayati maknanya. Keberangkatan ini menyebabkan saya kehilangan salah satu sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan perlindungan-Nya.
Kehilangan Sepertiga Malam
Sepertiga malam adalah waktu yang sangat berharga untuk bermunajat kepada Allah. Saya merindukan momen-momen hening di tengah malam, ketika hanya ada saya dan Sang Pencipta. Namun, kebiasaan ini mulai tergeser oleh rutinitas harian dan berbagai kesibukan. Kehilangan waktu ini membuat saya merasa jauh dari-Nya, kehilangan momen yang seharusnya menjadi sumber ketenangan jiwa.
Kehilangan Dhuha
Shalat Dhuha adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak keutamaan. Ketika saya meninggalkan shalat ini, saya merasa kehilangan sebuah peluang untuk memohon rahmat dan keberkahan di pagi hari. Kehilangan Dhuha memberi dampak pada suasana hati dan energi saya. Rasanya, pagi hari yang seharusnya cerah menjadi suram dan penuh kegelisahan.
Kehilangan Dzikir
Dzikir adalah bentuk pengingat yang indah untuk selalu ingat kepada Allah. Namun, di tengah kesibukan dan berbagai masalah yang dihadapi, saya sering melupakan dzikir. Kehilangan dzikir ini membuat saya merasa kosong dan tidak berdaya, seolah kehilangan pegangan di tengah badai kehidupan.
Kehilangan Puasa Senin Kamis
Puasa Senin Kamis memiliki keutamaan besar dalam agama Islam. Ketika saya mulai melewatkan puasa ini, saya merasakan dampaknya secara spiritual. Kehilangan kesempatan untuk memperbanyak amal ibadah membuat hati saya terasa lebih berat. Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menahan diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat.
Kehilangan Qabliyah Shubuh
Shalat qabliyah sebelum shubuh adalah waktu yang indah untuk berdoa dan bermunajat. Namun, saya sering melewatkannya karena berbagai alasan. Kehilangan waktu ini mengakibatkan kehilangan momen-momen berharga yang seharusnya menjadi sarana untuk memohon kepada Allah.
Semua kehilangan ini membuat saya menyadari betapa berharganya setiap ibadah dan momen dalam hidup. Rasanya kini segala sesuatunya berantakan, dan saya merasa telah jauh tersesat. Namun, kesadaran ini juga memberikan harapan. Setiap detik adalah kesempatan baru untuk memperbaiki diri, untuk kembali pada jalan-Nya.
Saya ingin kembali menemukan kedamaian dan kebahagiaan melalui ibadah-ibadah yang mungkin telah saya lupakan. Kehilangan ini menjadi pengingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk kembali pada-Nya. Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk memperbaiki diri dan mengisi kembali kekosongan yang ada dalam jiwa kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H