Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, sering dianggap sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah filosofi Barat. Meskipun ia tidak meninggalkan karya tertulis, ajaran dan metode filosofinya diketahui melalui karya-karya murid-muridnya, seperti Plato dan Xenophon. Socrates dikenal karena metode Socratic-nya, yaitu teknik bertanya yang dirancang untuk mengarahkan pemikiran kritis dan menemukan kebenaran.
Metode Socratic melibatkan serangkaian pertanyaan yang memaksa individu untuk mengeksplorasi dan menilai keyakinan mereka secara mendalam. Alih-alih memberikan jawaban langsung, Socrates lebih memilih untuk membantu orang lain menemukan jawaban mereka sendiri melalui dialog. Pendekatan ini tidak hanya berfokus pada menemukan kebenaran, tetapi juga pada pengembangan moral dan etika pribadi.
Socrates hidup di Athena pada abad ke-5 SM, sebuah periode yang ditandai oleh perubahan politik dan sosial. Dia dikenal karena sikapnya yang berani dalam mempertanyakan norma-norma dan kebijakan yang berlaku. Akhirnya, pendekatannya yang provokatif membawanya pada konflik dengan penguasa kota, yang berujung pada tuduhan korupsi dan penghujatan terhadap dewa-dewa Athena. Socrates dihukum mati dengan meminum racun hemlock pada tahun 399 SM.
Warisan Socrates terus hidup melalui kontribusinya terhadap metode berpikir kritis dan etika. Metode Socratic-nya tetap menjadi alat penting dalam pendidikan dan diskusi filosofis hingga saat ini, menegaskan pentingnya pertanyaan dalam pencarian pengetahuan dan kebenaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H