Di tepi jalan, di bawah langit kelabu,Â
Seorang hamba bernaung dalam debu.
Matanya kosong, tak ada sinar harap,Â
Mengaduh dalam sepi, terpenjara oleh kesepian yang rapuh.
Perutnya melilit, lagu keroncong tanpa nada,Â
Menggema di antara langkah kaki yang berlalu,Â
Tak seorang pun menoleh, tak ada yang peduli,Â
Sementara waktu terus berlari, menumpuk derita.
Kain usang menempel di tubuhnya,Â
Sisa-sisa cerita yang terbang di angin,Â
Dari malam kelam hingga pagi yang dingin,Â
Ia hanyalah bayang, tiada suara, tiada senyuman.
Tangan yang menggapai, harap yang sirna,Â
Di sudut kota yang tak pernah berhenti,Â
Seolah hidup adalah lembaran kertas,Â
Tapi ia, hanya puisi tanpa akhir, tanpa arti.
Oh, dunia yang berputar, dengan janji-janji palsu,Â
Di mana keadilan bersembunyi dalam bayang,Â
Semoga ada cahaya, semoga ada harapan,Â
Untuk jiwa yang terdampar, mencari tempat pulang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI