Mohon tunggu...
Anik Sajawi
Anik Sajawi Mohon Tunggu... Penulis - Alumnus Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Universitas Islam Negeri (UIN), Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Penulis lepas tinggal di Banyuwangi Jawa Timur, saat ini sedang mengelola Ranjang Puisi di Semesta Sastra Bumi Blambangan Banyuwangi. Aktivitas saya bisa disapa di Akun Instagram @aniksajawi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Harta dan Manusia

12 Oktober 2024   09:07 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin tak butuh kaya untuk jadi manusia, 

Tak butuh harta untuk menyentuh makna,

Baca juga: Pelukan Waktu

Karena yang terbang di puncak harta, 

Kadang tak lebih dari bayang tanpa jiwa. 

Kekayaan mungkin menghiasi dinding, 

Namun, jiwa yang kosong tak beriring rasa, 

Baca juga: Malam Kelam

Dalam gemerlap, manusia terasing, 

Baca juga: Kepingan Kenangan

Menggenggam semua, tapi tak menemukan cinta.

Masih terngiang jelas memori itu, 

Rekaman di mana sekam berubah abu, 

Membakar tubuh kenangan masa lalu, 

Yang terendap, berjuntai di altar hati, 

Api yang membara dalam sunyi, 

Membakar setiap jejak yang tertinggal, 

Menyisakan kepingan-kepingan rindu, 

Yang selalu datang, tak pernah mau hilang.

Kadang mencabik seperti sembilu, 

Memekakan pandangan, air mata bercampur, 

Kerinduan menjadi kata tak terungkap, 

Mendayu dalam sanubari, seakan terperangkap. 

Seperti gelombang, datang dan pergi, 

Hati ini terhanyut dalam arus waktu, 

Mencari bayangmu di balik senja, 

Di mana harapan dan kenangan bertaut.

Bayanganmu, lentik bulu matamu, 

Lekuk hidungmu, tirus pipimu, 

Menyudutkanku dalam kepiluan batin, 

Angan yang seperti fatamorgana dalam jiwaku, 

Setiap detik seakan menyiksa, 

Namun, indah dalam kesedihan, 

Satu senyummu, seolah menghidupkan, 

Dunia yang redup, terasa hangat kembali.

Bersama titisan mimpi, 

Mengubah ilusi menjadi kenyataan, 

Di antara harta dan manusia, 

Hati ini terus mencari makna, 

Dalam setiap detak yang terlewati, 

Dalam setiap luka yang terobati. 

Karena aku percaya, meski sepi, 

Di sanubari, ada cahaya yang abadi.

Kita adalah kisah tak tertulis, 

Penuh warna dalam setiap goresan, 

Meski tak sempurna, kita ada, 

Dalam cinta yang tak kenal batasan. 

Begitu banyak yang terlewati, 

Dalam derai tawa dan tangis yang tak terhindar, 

Di balik semua itu, ada harapan, 

Bahwa setiap jiwa dapat menemukan jalan.

Mungkin tak butuh kaya untuk jadi manusia, 

Karena dalam hati, terukir kisah kita, 

Di mana setiap peluk dan sapaan, 

Membawa kita lebih dekat, lebih dalam, 

Seperti senja yang menanti malam, 

Menciptakan keindahan dalam kesederhanaan. 

Di antara harta dan manusia, 

Aku memilih makna, 

Dalam setiap detak cinta yang terukir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun