Yang saya pahami dan saya lakukan selama ini ketika akan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, adalah dengan mengidentifikasi permasalahan yang harus diperbaiki, kemudian mencari akar permasalahannya. Â Fokus saya pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut. Â Pertanyaan yang sering muncul dalam benak saya antara lain adalah "Mengapa hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan?" atau "Siapa penyebab terjadinya kegagalan?".
Setelah mempelajari modul 1.3, banyak pengetahuan dan pemahaman baru yang saya peroleh. Â Sebagai seorang guru penggerak, saya harus memiliki visi pribadi sebagai bentuk komitmen saya untuk berkontribusi dalam proses perubahan untuk pendidikan di Indonesia yang lebih baik. Â Selanjutnya dengan berpijak pada rumusan visi tersebut, saya merencanakan prakarsa perubahan untuk mewujudkan visi saya. Dalam usaha mewujudkan visi dan melakukan proses perubahan, maka diperlukan sebuah pendekatan atau paradigma.Â
Dalam modul ini, saya juga mempelajari paradigma yang disebut Inkuiri Apresiatif . Inkuiri Apresiatif dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Konsep Inkuiri Apresiatif ini pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; McGrath, 2016). Inkuiri Apresiatif berfokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Â Konsep ini dimulai dengan menggali hal-hal positif keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki, sebelum menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan.
Inkuiri Apresiatif merupakan pendekatan manajemen perubahan di lingkungan pembelajaran yang penerapannya dilakukan melalui tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur Eksekusi). Proses BAGJA dimulai dengan filosofi dan visi yang berpusat pada kepentingan peserta didik. Dari visi ini kemudian diturunkan menjadi tujuan-tujuan rinci berupa prakarsa perubahan. Â Dalam prakarsa perubahan disusun pertanyaan-pertanyaan dan rencana-rencana yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi tersebut. Setelah memahami materi dalam modul 1.3 ini, saya dapat merumuskan visi pribadi saya sebagai guru penggerak, kemudian menjabarkan visi tersebut menjadi prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA.
Setelah mengikuti lokakarya 1, saya memahami tentang pengembangan komunitas praktisi, mulai dari tahap merintis, menumbuhkan dan merawat. Walaupun saya adalah penggerak komunitas belajar di SMK Negeri 2 Klaten, ternyata apa yang saya lakukan masih banyak yang harus diperbaiki, agar komunitas belajar SMK Negeri 2 Klaten menjadi lebih bermanfaat bagi semua anggotanya. Saya menjadi paham dan mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai penggerak komunitas belajar.
FUTURE Â (Penerapan)
Dalam setiap perubahan yang saya inginkan, saya akan memulai dengan merumuskan visi pribadi. Â Menurut saya dengan memiliki visi, tindakan saya akan lebih terarah, karena ada tujuan atau target yang akan dicapai. Â Untuk mewujudkan tujuan atau target saya tersebut, saya akan melakukan dengan menerapkan model Inkuiri Apresiatif sebagai pendekatan manajemen perubahan dengan tahapan-tahapan BAGJA. Â Saya akan menggali potensi dan kekuatan diri serta lingkungan, dengan menyusun pertanyaan-pertanyaan dan tindakan-tindakan yang relevan dengan visi pribadi saya.
Saya juga akan melakukan kolaborasi dengan Kepala Sekolah dan rekan sejawat untuk bersama-sama menerapkan paradigma Inkuiri Apresiatif dengan tahapan BAGJA sebagai model manajemen perubahan. Dengan demikian, semua warga sekolah secara bersama-sama dapat menggali potensi diri dan kekuatan sekolah untuk pijakan melakukan perubahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H