Penerapan Model TIRTA dalam Coaching
Oleh : Anik Silfiah
Guru SDN Pepelegi 2
Dalam dunia mendidik murid tentunya banyak dijumpai banyak kasus dan tantangan yang terkait dengan potensi murid. Setiap murid mempunyai potensi yang berbeda-beda. Ada yang nampak potensi murid itu dengan jelas, ada pula yang masih belum sepenuhnya nampak, dan ada pula yang belum sama terlihat sekali.Â
Sebagai guru tentunya perlu mengidentifikasi potensi murid dan melakukan tindaklanjut bagaimana potensi itu dapat dikembangkan dengan pembinaan yang intensif agar tantangan dapat diatasi. Kasus dan tantangan tersebut seringkali menjadi penghambat kemajuan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan seutuhnya di sekolah.Â
Oleh karena itu perlu respon cepat dari  guru. Potensi murid yang dapat dikembangkan oleh guru akan menjadi nilai perubahan bagi murid dengan perubahan yang positif. Wadah, sarana, dan prasarana menjadi aset yang dapat menuangkan potensi murid. Melalui wadah kegiatan pengembangan diri maka murid dapat mengeksplore potensinya dan menuangkan dalam pertunjukkan atau kegiatan unjuk bakat lainnya dengan menyingkirkan hambatan dan tantangan yang ada.
Menjalin komunikasi yang efektif merupakan sarana untuk membangun hubungan antara guru dan murid dalam mengidentifikasi potensi murid. Komunikasi ini dapat berupa coaching.Â
Komunikasi disini adalah sebuah komunikasi yang memberdayakan yang merupakan salah satu ketrampilan dasar coaching dengan model TIRTA yaitu model coaching yang dapat membantu peran coach (guru) Â kepada coachee (murid) dalam membuat alur percakapan menjadi lebih efektif dan bermakna.Â
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.Â
Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. 4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankan.Â
Model TIRTA ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan pendampingan kepada murid melalui pendekatan coaching di komunitas sekolah dengan lebih mudah dan mengalir.