Pembelajaran Differensiasi di Era Pandemi
Oleh Anik Silfiah
Guru SDN Pepelegi 2
        Masa pandemi akibat dari wabah Virus Corona 19 melanda seluruh dunia. Hal ini membawa dampak bagi semua sektor kehidupan. Tidak hanya di sektor perekonomian , namun sektor pendidikan juga mengalami krisis pembelajaran. Sistem pembelajaran yang dilakukan pada masa itu adalah secara daring (dalam jaringan). Dimana pembelajaran dilakukan secara jarak jauh dan terhubung oleh jaringan internet.  Antara siswa dan guru tidak bisa bertatap muka sehingga pendekatan interpersonal tidak bisa maksimal. Pembelajaran di masa pandemi Covid ini dilakukan dengan media handphone atau laptop, dimana semua siswa belum tentu memiliki media ini dan spesifikasi media antara siswa yang satu dengan siswa yang lain juga berbeda. Banyak siswa yang mengalami hambatan belajar dalam pembelajaran secara daring. Faktor penyebabnya bisa dari media, individu siswa, guru, dan orang tua. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menyediakan materi pembelajaran Belajar Dari Rumah (BDR) melalui siaran televisi mulai dari jenjang PAUD hingga Menengah Atas. Namun pembelajarn BDR hanya bisa diakses di stasiun TVRI yang mana sinyal TVRI di beberapa siswa banyak yang kurang jelas gambarnya. Untuk mengkondisikan hal itu pembelajaran BDR dapat diikuti melalui media sosial yaitu youtube.
        Melihat kondisi demikian, guru juga mengalami loncatan transformasi digital dalam melakukan pembelajaran. Bagaimana mengemas pembelajaran yang menarik minat siswa dan sesuai dengan kebutuhan siswa dengan kata lain bagaimana menerapkan pembelajaran differensiasi? Pertanyaan ini masuk di ruang utama  kerangka berpikir guru. Pembelajaran differensiasi merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk memenuhi  kebutuhan belajar setiap individu (Tomlinson 2001:45). Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda. Guru memahami karakteristik individu siswa dalam masa pandemi covid bisa dilakukan dalam berbagai cara. Guru dapat mengukir pengetahuan, sikap, dan ketrampilan siswa menjadi pribadi  seutuhnya yaitu pribadi yang mengembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab  sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Bagaimanapun kondisi sistem pembelajarannya fokus utama yaitu pada siswa dalam memberikan layanan pendidikan.
        "Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, bedanya, Guru mengukir manusia dari segala sisi sejak awal menapak bangku sekolah yang memiliki hidup lahir dan batin." (Ki Hajar Dewantara). Yang mengetahui  keadaan dan kondisi siswa adalah guru. Guru membuat ukiran, pahatan, dan menyempurnakan hasil ukirannya sehingga menghasilkan karya rupa yang  dari sisi kualitas. Selain itu Bapak Pendidikan Indonesia juga mengumpamakan seorang guru sebagai petani. Yang menyemai bibit, menyingkirkan gulma, menyiram, dan merawat tumbuh kembang padi adalah petani itu sendiri. Untuk menghasilkan bibit unggul dan padi yang berkualitas. Disinilah peran guru di masa pandemi menjadi pioner utama untuk menghasilkan siswa anak didik yang handal dan tangguh dalam segala situasi. Di era pandemi ini penting dilakukan pembelajaran differensiasi karena dapat mengakomadasi kebutuhan belajar murid, dapat mencapai tujuan pembelajaran, dan dapat meningkatkan kompetensi siswa secara aman dan nyaman.
Ditinjau dari ciri-ciri penerapan pembelajaran berdifferensiasi maka perlu dipahami guru adalah bagaimana membuat strategi dan metode pembelajaran secara :
- Proaktif, siswa aktif mengikuti atau merespon pembelajaran secara  daring setiap hari baik secara sinkronus (langsung dan interaktif malalui media online) maupun asinkronus ( secara tidak langsung dan interaktif malalui media online). Semua tugas dikerjakan tepat waktu dan bertanggungjawab.
- Lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif, diharapkan dalam pembelajaran secara daring ini lebih mengutamakan mutu pelajaran dari yang diserap siswa. Guru dapat melakukan tanya jawab secara langsung melalui pembelajarn sinkronus seperti konferensi video, obrolan langsung, atau streaming langsung. Contoh bisa menggunakan memalui zoom, google meet, video call, dan
- Berakar pada penilaian, Penilaian dalam pembelajaran daring di era pandemi dapat dilakukan secata online melalui google formulir, tes langsung, dan bisa dibuat kuis. Berakar pada penilaian siswa sehari-hari guru dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa.
- Menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. Pendekatan dalam pembelajaran daring di era pandemi dapat melalui konten yaitu materi yang disajikan dibuat menarik minat siswa. Konten ini bisa berupa video, PPT, dan aplikasi media online seperti youtube, Â flipbook, nearpod, html, aplikasi perangkat google, dan masih banyak lagi.
- Produk dari pembelajaran daring di era pandemi dapat berupa hasil karya siswa dan apa yang dapat dirasakan siswa. Sedangkan proses adalah bagaimana setiap siswa dapat mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan minat, profil, dan gaya belajar siswa.
- Berpusat pada murid, pembelajaran daring diutamakan berpusat pada murid, artiya murid menjadi subyek pelaku utama dalam melakukan proses pembelajaran.
- Perpaduan dari pembelajaran kelompok dan individual. Pembelajaran secara daring ini dapat dilakukan dengan memadukan secara kerjasama atau kolaborasi melalui kelompok atau bisa juga dilakukan dengan individual.
- Bersifat organik dan dinamis, artinya bahwa proses pembelajaran di era pandemi ini harus hidup dan berkelanjutan untuk menciptakan siswa yang semangat dalam mengikuti pembelajaran secara aktif sebagai bekal dijenjang pendidikan berikutnya.
        Di tinjau dari pemebelajaran berdifferensiasi berdasarkan kebutuhan belajar nurid ada tiga hal menjadi kebutuhan belajar siswa yaitu :
- Kesiapan belajar murid, guru dapat mengidentifikasi dari hal yang mendasar menuju ke transformatif, dari yang kongkrit menuju ke abstrak, sederhana menuju ke kompleks, tergantung menuju ke mandiri, terstruktur menuju ke terbuka, dan dari lambat menuju ke cepat.
- Â Minat murid, faktor ini dapat dilihat oleh guru dari cara guru dalam menyampaikan konten dilihat pada situasi dan penggunaan variasi media yang menarik bagi siswa.
- Â Profil belajar siswa.. Siswa memiliki profil belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang lebih senang secara audio dengan menyajikan beberapa konten yang terlihat menarik misalmya PPT interaktif. Ada siswa lebih condong ke visual yaitu dengan kita memberikan voice note, video pembelajaran dan tampilan suara yang menarik siswa. Ada pula siswa yang lebih ke kinestetik yaitu siswa yang aktif dalam bergerak dapat guru berikan game-game pembelajaran yang berdurasi waktu dan adu cepat jawab soal.
      Keputusan seorang guru dalam menerapkan pembelajaran berdifferensiasi di era pandemi dapat menerapkan beberapa instrumen yaitu tujuan pembelajaran harus didefinikan secara jelas, guru menanggapi dan merespon kebutuhan belajar murid, guru menciptakan suasana pembelajaran daring yang dapat mengundang murid untuk belajar, membuat manajemen kelas daring secara efektif, dan melakukan penilaian berkelanjutan. Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Guru secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu . Oleh karena itu semangat dalam membuat strategi dan metode pembelajaran secara daring di masa pandemi dapat menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H