Mohon tunggu...
Anik Silfiah
Anik Silfiah Mohon Tunggu... Guru - Guru

.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menciptakan Budaya Positif dalam Penerapan Profil Pelajar Pancasila

14 September 2022   10:29 Diperbarui: 14 September 2022   10:41 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menciptakan  Budaya Positif  dalam Penerapan Profil Pelajar Pancasila

Oleh : Anik Silfiah

Guru SDN Pepelegi 2

            Kurukulum Merdeka sejak tahun ajaran 2021-2022 mulai diterapkan melalui sekolah yang terdaftar sebagai Sekolah Penggerak. Pada tahun ajaran 2021-2022 Kurikulum Merdeka diterapkan di kelas 1, 4, 7, dan 10. Seiring bergantinya tahun ajaran,  Di tahun ajaran berikutntya yaitu tahun ajaran 2022-2023 untuk Seoklah Penggerak diterapkan di kelas 1,2,4, dan 5 untuk jenjang Sekolah Dasar. Pada tahun itu juga Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memberikan 3 opsi pilihan yaitu : 1. Masih menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh, 2. Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan,  3.Kurikulum Merdeka. Pada Kurikulum Merdeka juga diberikan tiga pilihan yaitu: 1.Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.

              Esensi dari Kurikulum Merdeka adalah menerapkan pembelajaran yang berpihak pada siswa yaitu sesuai dengan kebutuhan siswa yang disebut dengan istilah pembelajaran differensiasi. Tidak hanya berdasarkan kebutuhan siswa saja, namun guru juga menerapkan pembelajaran sosial emosional sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman, aman, dan menyenangkan.Dari penerapan sistem pembelajaran muaranya mengacu pada Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum Merdeka merujuk pada Profil Pelajar Pancasila sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024: Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

           Ada enam dimensi Profil Pelajar Pancasila yang bisa diterapkan di sekolah sebagai kegiatan kokurikuler untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Adapun  ciri dimensi Profil Pelajar Pancasila dijabarkan sebagai berikut:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia

Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara. Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan disiplin dalam waktu ibadah, menjaga kebersihan, dan motivasi internal yang kuat, serta meningkatkan jiwa cinta tanah air.

2. Berkebinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan meningkatkan komunikasi yang positif untuk hidup bersama saling menghargai perbedaan dan jiwa yang bertanggungjawab dalam mengatasi persoalan.

3. Bergotong royong

 Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan piket kelas, Jumat bersih, dan berbagi ke orang lain yang membutuhkan bantuan.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan disiplin dalam menyelesaikan tugas-tugas siswa dan dapat merencanakan sebuah aktifitas sesuai dengan tujuan.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.

Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan diskusi kelompok tentang persoalan-persoalan yang konstektual, melakukan refleksi, dan bersikap tegas dalam mengambil keputusan.

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Budaya positif dimensi ini bisa dilakukan sekolah dengan disiplin dalam berkarya yang dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang lain..

                  Dari uraian diatas bahwa penerapan budaya positif harus dimulai dari sikap kedisiplinan. Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Bagaimana menjaga dan menanamkan terus menerus nilai-nilai Pancasila yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari dunia pendidikan di Indonesia. Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa

"dimana ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun disiplin itu bersifat "self discipline" yaitu kita sendiri yang mewajibkan kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam suasana yang merdeka.
(Ki Hajar Dewantara, pemikiran, Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka, Cetakan Kelima, 2013, Halaman 470)

Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.

Anak-anak kita harus menemukan Pancasila sebagai ajaran yang hidup dalam lingkungan pendidikan mereka. Bahwa Pancasila adalah kebaikan yang terasa yang tidak hanya menjadi hafalan semata, namun tertanam kuat dalam jiwa dan sanubari mereka. Sehingga mereka akan menjadi jiwa yang kuat dalam menempuh jaman yang mungkin kita tidak akan menjumpainya sekarang. Hal inilah yang menjadi misi utama dunia pendidikan kita, mempersiapkan manusia Indonesia yang seutuhnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun