Mohon tunggu...
Humaniora

Pola Pengasuhan Anak

17 Oktober 2018   20:19 Diperbarui: 17 Oktober 2018   20:30 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita telah mengetahui bahwa orangtua mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pengasuhan anak. tanpa disadari orangtua bisa dikatakan sebagai guru pertama bagi anak, karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan anak, yang memberikan pengetahuan pertamakali kepada anak sekaligus orang yang memiliki ikatan batin juga dengan anak sehingga apapun yang mereka lakukan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. termasuk pola pengasuhan yang mereka terapkan kepada anak. sebelum membahas lebih jauh, kita harus mengerti terlebih dahulu model pengasuhan yang kebanyakan orang terapkan dalam mengasuh anak. ada tiga model pengasuhan yang paling umum di terapkan oleh para orangtua, yang pertama adalah pengasuhan otoriter. 

Pada pola asuh ini semua kendali berada di tangan orangtua, artinya orangtua cenderung dominan dalam mengatur, melarang dan juga membatasi kegiatan serta hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh anak. dalam pengasuhan ini orangtua memberikan batasan (larangan) kepada anak namun mereka tidak memberikan alasan mengapa anak tidak boleh melakukan itu. kebanyakan pada pengasuhan ini ketika anak melakukan sebuah kesalahan atau melanggar apa yang tidak dibolehkan orangtua cenderung akan memberikan hukuman berupa hukuman badan (memukul,mencubit, dsb). 

Ketika anak sukses melakukan suatu hal orangtua cenderung cuek atas tindakan yang telah dilakukan anak, misalnya ketika anak sudah bisa memakai kaos kaki dan sepatu sendiri, orangtua enggan memberikan hadiah entah berupa ucapan (pujian) kepada anak namun menganggap bahwa hal itu merupakan sesuatu yang biasa dan tidak perlu untuk diberikan pengahrgaan. 

Dilihat sekilas mungkin anak yang memperoleh pengasuhan model ini akan tampak baik-baik saja dan di pandang orang lain sebagai anak yang anteng (dalam bahasa jawa) dan bahkan ada orangtua yang beranggapan bahwa enak sekali punya anak seperti itu, penurut, dsb. Namun perlu diketahui bahwa anak yang terlihat anteng seperti itu belum tentu kondisi batin dan pikirannya baik-baik saja, justru anak dalam pengasuhan itu memiliki tekanan yang sangat luar biasa karena mereka tidak diberikan kebebasan dalam melakukan apa yang mereka senangi sehingga anak cenderung akan mudah marah dan stres. 

Pola asuh yang kedua adalah pola asuh demokratis, pada pola asuh ini orangtua memberikan kebebasan kepada anak dan memberikan alasan ketika anak tidak diperbolehkan melakukan suatu hal. Ketika anak melanggar aturan yang diberikan oleh orangtua, maka orangtua memberi kesempatan kepada anak untuk menjelaskan alasan mereka melanggar aturan tersebut. 

Dan hukuman yang diberikan kepada anak ketika melanggar larangan bukanlah hukuman fisik namun hukuman yang sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang anak lakukan dan tentunya hukuman yang sekaligus dapat mendidik anak (tidak menimbulkan trauma). 

Pola pengasuhan ini sangat berbeda dengan pola pengasuhan otoriter, jika pengasuhan otoriter ketika anak sukses melakukan suatu hal anak tidak diberikan pujian, namun pada pengasuhan demokratis ini ketika anak dapat melakukan suatu hal orangtua akan memberikan hadiah kepada anak baik itu berupa pujian ataupun bentuk lainnya, namun tidak terlalu sering agar anak tidak memiliki sifat manja. Pengasuhan otoriter sendiri lebih kepada memaksakan kehendak orangtua terhadap anak tanpa mau memberikan sedikit kebebasan anak dalam bertindak sesuai dengan keinginan anak. sedangkan demokratis, orangtua memberikan kebebasan kepada anak namun orangtua tetap memantau segala tindakan anak dan orangtua memberikan batasan tindakan yang tidak boleh dilakukan oleh anak berikut dengan alasan yang jelas sehingga anak paham mengapa mereka tidak boleh melakukannya. 

Dan pola pengasuhan yang terakhir adalah pola pengasuhan permisif. Pada pola asuh ini orangtua memberikan kebebasan penuh kepada anak tanpa adanya aturan sama sekali, anak dapat dengan bebas melakukan apapun yang ingin mereka lakukan. Pola asuh ini juga tidak ada hukuman karena dari awal orangtua tidak menerapkan adanya aturan yang memerlukan konsekuensi ketika anak melanggar hal itu. jadi tidak ada konsekuensi (hukuman) untuk anak. orangtua yang menggunakan model pengasuhan permisif ini mempunyai anggapan bahwa anak tidak diberikan batasan (aturan) karena anak diharapkan akan dapat belajar dengan sendirinya ketika mereka melakukan tindakan yang salah. Jika dilihat dari fakta yang ada dilapangan, pola pengasuhan jaman dulu kebanyakan orangtua menggunakan pola pengasuhan otoriter dan masih jarang orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis. 

Sedangkan pada jaman sekarang ini sudah banyak yang menggunakan pola pengasuhan demokratis dan juga permisif, pada jaman sekarang banyak orangtua yang sibuk bekerja yang kemudian membuat anak dapat dengan bebas melakukan apa yang mereka sukai tanpa adanya pantauan dari orangtua, ini termasuk dalam pengasuhan permisif. Dalam pengasuhan permisif ini anak akan menjadi pribadi yang sulit diatur, bertindak semaunya sendiri dan sulit  

Sedangkan pengasuhan demokratis biasanya dilakukan oleh orangtua yang paham betul tentang kondisi dan perkembangan yang anak butuhkan, karena bagaimanapun juga anak merupakan tanggungjawab orangtua dan sudah menjadi tugas orangtua untuk mengarahkan anak dengan memberikan batasan dengan menjelaskan alasannya. Anak yang mendapatkan pola pengasuhan ini akan menjadi pribadi yang bertanggungjawab, taat pada aturan dan norma, disiplin dan juga mandiri. Pola pengasuhan otoriter biasanya tidak dilakukan oleh orangtua sendiri, namun orang lain misalnya seperti diasuh oleh nenek dan kakeknya. 

Anak akan mendapatkan bebarapa larangan tanpa disertai dengan alasan yang jelas, namun biasanya jika diasuh oleh nenek dan kakek anak cenderung akan di manja sehingga anak tidak di perkenankan untuk melakukan hal apa yang mereka sukai, nenek akan berusaha memberikan apapun untuk si anak. misalnya ketika anak bermain bola dengan temannya di siang hari, biasanya nenek lebih sensitif kemudian akan melarang anak melakukan hal itu dengan alasan nanti anak akan kotor, kepanasan, dsb. Gaya pengasuhan seperti inilah yang dapat menghambat perkembangan anak dan akan membuat anak menjadi pribadi yang tidak mandiri. Intinya setiap pola pengasuhan yang diterapkan oleh orangtua selalu memiliki dampak baik dan buruknya. 

Lantas jika ada yang bertanya sebaiknya cara yang efektif digunakan untuk mengasuh anak menggunakan pola pengasuhan yang mana? Maka jawabannya adalah semua pola pengasuhan itu baik dan sebenarnya tidak ada pola pengasuhan yang efektif karena semua pola pengasuhan tentu memiliki kekurangan dan kelebihan dalam penerapan dan juga dampaknya, namun ada baiknya jika orangtua menggunakan pola asuh ketiganya dengan menyesuaikan keadaan yang ada. Jadi penerapan itu di sesuaikan dengan kebutuhan pada saat itu, jadi tidak melulu menggunakan otoriter saja, demokratis saja atau permisif saja. adakalanya orangtua menggunakan pola asuh otoriter, demokratis dan permisif dalam hal-hal yang berbeda. 

Misalnya menerapkan pola asuh otoriter dalam hal spiritual (agama), menggunakan pola asuh demokratis dalam hal bersosial dengan oranglain, dan menggunakan pola asuh pemisif dalam hal memilih kegiatan bermain anak, dsb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun