Mohon tunggu...
Siti Anifatul Zahrok
Siti Anifatul Zahrok Mohon Tunggu... Guru - Guru/guru kelas A/TK PKK GUNUNGGEDE 02

hobi memasak, kepribadian periang, konten yang saya sukai adalah permainan untuk anak usia dini

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kegiatan Bereksperimen Warna dengan Media Pohon Warna di TK PKK Gununggede 02

7 Desember 2022   08:50 Diperbarui: 13 Desember 2022   14:59 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arti warna di dalamm Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenainya; corak rupa, seperti biru dan hijau. Warna merupakan salah satu unsur seni rupa yang paling relatif, umpamanya warna merah cemerlang, diletakan diatas latar hijau tua akan memberikan kesan visual yang berbeda apabila warna merah itu diletakan di atas latar berwarna kuning (Darmaprawira, 2002). 

Menurut Wibowo (2013) warna merupakan salah satu unsur yang tidak bisa berdiri sendiri, warna merupakan tampilan fisik pertama yang sampai ke mata guna membedakan ragam sesuatu, baik benda mati atau benda hidup. 

Dari berbagai macam warna yang ada, yang paling dasar adalah warna merah, biru dan kuning. Dari ketiga warna tersebut dapat diubah menjadi beribu-ribu macam warna dengan mencampurkannya dalam perbandingan-perbandingan tertentu sesuai dengan macam warna yang diinginkan. 

Harun Rasyid, dkk dalam (jurnal Universitas Nurotama, 2017)  warna pada prinsipnya hanya terdiri dari tiga warna yaitu merah, kuning, dan biru. Sementara warna di luar ketiga tersebut merupakan gabungan dari ketiga warna itu. Sulasmi Darma Prawira (1989: 4) menyatakan warna merupakan unsur keindahan dalam seni, warna termasuk unsur yang nampak dan visual yang dapat membedakan sebuah bentuk dari sekelilingnya.

Nurafifah Sekar Pamuji dan Sodikin (2020:334) mengemukakan bahwa kegiatan mengkombinasikan warna pada anak prasekolah dapat mengungkapkan perasaannya, mengebangkan intelektual, fisik, persepsi, kreativitas, estetik dan sosialnya.

Mengkombinasikan warna juga salah satu produk kreatif yang dilakukan seorang anak dalam proses pembelajaran di sekolah atau keterampilan yang diberikan diluar jam sekolah tepatnya di rumah oleh orang tua, mengkombinasikan warna merupakan salah satu media yang dapat digunakan seseorang untuk menyalurkan ekspresi dan perasaan nya. 

Perkembangan anak dalam mengkombinasikan warna dilandasi oleh perkembangan dan dorongan anak untuk berkreasi sehingga proses belajar terjadi secara terus menerus dalam rangka menjadikan anak lebih kreatif dan mampu melakukan sesuatu. 

Dalam mengkombinasikan warna, warna-warna yang dimaksud adalah warna primer. Warna primer dapat menghasilkan warna baru ketika dipadukan atau dicampurkan. Pengkombinasian warna adalah memadukan warna primer (merah, kuning, biru) untuk mendapatkan semua warna yang diinginkan (Daggett 2008).

Menurut Aisyah dkk (2009:7.4) Seni adalah kesempatan, di mana anak dapat menggunakan untuk mengkomunikasikan dan menyampaikan tentang dirinya sendiri serta dunianya dan harapan untuk bekerja dengan cara mereka sendiri. 

Menurut Aisyah (2014) seni adalah kesempatan, dimana anak dapat menggunakannya untuk mengkomunikasikan dan menyampaikan ide-ide tentang dirinya sendiri. Sedangkan menurut Hasanah (2007) seni adalah suatu ekspresi yang ditunjukkan oleh manusia yang memiliki unsur keindahan kemudian diungkapkan dalam sebuah media yang nyata dan bisa dinikmati oleh seluruh panca indra manusia.

Sedangkan menurut Pamadhi (2015) seni bagi anak usia dini berfungsi sebagai media ungkapan perasaan, ide, gagasan dan pikiran anak. Karyanya sebagai alat bermain imajinasi, mengutarakan ide dan juga sebagai media komunikasi. Kreativitas seni sangatlah penting diberikan sejak usia dini, agar kita bisa mengetahuhi bakat-bakat yang dimiliki anak tersebut dalam dirinya.

Setiap anak adalah seorang seniman, yang diperlukan oleh anak adalah kebebasan untuk menggali kreativitasnya lewat seni. Seni sebaiknya lebih menekankan pada kesenangan anak dan proses kreasi seni daripada tentang hasilnya. Kualitas akhir dari karya seni anak-anak tidak sepenting proses yang digunakan dalam kreasi mereka (Yew, 2006: 42). 

Berdasarkan pengalaman pribadi guru, permasalahan seni yang sering terjadi pada anak usia dini yaitu kurangnya kemampuan mengkombinasikan warna dalam bentuk karya sederhana, seperti: 1) mewarnai gambar hanya dengan 1 atau 2 warna saja, 2) mengecap gambar hanya menggunakan 1 warna, 3) saat kegiatan finger painting anak tidak mau menggunakan warna selain warna yang disukainya seperti merah saja atau biru saja.

Selanjutnya, melihat dari permasalahan diatas untuk menigkatkan kemampuan anak dalam mengenal warna sehingga dapat mengkombinasikan berbagai macam warna dalam bentuk karya sederhana dapat dilakukan dengan menggunakan Metode Eksperimen. 

Menurut Roestiyah dalam (Rizema, 2013) metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya, kemudian hasil pengamatan ini disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. (Gunarti, 2011) Eksperimen atau percobaan adalah suatu kegiatan yang didalamnya dilakukan percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan tersebut. 

Menurut Djamarah (2002) Metode Eksperimen (Percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. 

Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu. 

Kemampuan mengenal warna melalui proses pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan kecakapan anak dalam mengenal warna melalui proses pembelajaran agar anak mampu mengetahui, menemukan dan memahami warna sehingga struktur kognitif anak dapat terbentuk berdasarkan temuan dan pengalaman sendiri yang kemudian dapat dituangkan dlam bentuk karya seni sederhana. Dalam pembelajaran ini, metode Eksperimen dilakukan melalui permainan Asyiknya membut tiruan kupu-kupu.

Asyiknya membuat tiruan kupu-kupu merupakan permainan yang disetting oleh guru menggunakan media 3D berupa pohon tiruan dan kepompong tiruan yang berisikan 2 kartu warna disetiap satuannya. 

Permainan ini bertujuan agar anak mampu memasang sayap kupu-kupu pada botol bekas minuman namun harus dengan melalui beberapa kegiatan sebelumnya, sehingga melalui permainan ini diharapkan seluruh aspek perkembangan pada anak dapat berkembang secara beriringan khususnya pada kemampuan mengkombinasikan berbagai macam warna dalam bentuk karya sederhana. Langkah-langkah permainan Pasang Sakuku (sayap indah kupu-kupu) yaitu:

  • Anak duduk sesuai dengan kelompoknya
  • Anak maju sesuai dengan urutannya
  • Setiap anak mengambil 1 kepompong yang menggantung dipohon dengan cara mengguntingnya
  • Anak membuka dan mengamati kartu warna yang ada di dalam kepompong
  • Anak melalukan percobaan mencampurkan 2 warna sesuai kartu warna yang didapatkannya
  • Anak kembali duduk dengan membawa hasil pencampuran warna yang dibuatnya
  • Dilanjutkan dengan kelompok lainnya (sampai semua anak sudah maju dan melalukan percobaan)
  • Anak bersama-sama diajak menempel bentuk sayap kupu-kupu dari kertas manila pada kardus
  • Anak mengecap sayap kupu-kupu dengan masing-masing warna hasil percobaannya (anak bisa belajar berbagi warna dengan teman 1 kelompoknya) menggunakan katembat
  • Anak memasang sayap dan antena kupu-kupu pada badan kupu-kupu dari botol bekas

Adapun alat dan bahan untuk membuat media POHON WARNA sebagai berikut:

  • Gunting
  • Lem, benang, jarum jahit
  • Penggaris, Spidol, Pensil, Penghapus
  • Ranting pohon
  • Kardus bekas
  • Kain flannel
  • Kertas manila putih
  • Kertas origami
  • Piring plastik
  • Katembat
  • Pasta warna
  • Botol bekas minuman

DAFTAR PUSTAKA

Citrowati, Endang. Farida Mayar. 2019. STRATEGI PENGEMBANGAN BAKAT SENI ANAK USIA Dini. Padang (Jurnal Pendidikan Tambusai Volume 3 Nomor 6). 1207-1211

Daggett, W.R. 2008. Color in an Optimum Learning Environment. International Center for Leader ship in Education Harvard Jolly, Inc

Fitri, Riskal. 2021. Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna melalui Metode Eksperimen pada Anak Usai 5-6 Tahun (Kelompok B). Makassar (DIDAKTIKA, Vol. 10, No. 2,)

https://kbbi.web.id/warna Di akses pada Senin, 19 September 2022. (pukul 00:39)

Pamuji, Nurafifah Sekar. Sodikin. 2020. Hubungan Jenis Kelamin, Usia, Dan Urutan Kelahiran Dengan Kemampuan Mengkombinasikan Warna Menggunakan Media Finger Painting. Surabaya (Jurnal Keperawata Muhammadiyah). 334

Pratama, Eric Andika. 2017. Alat Peraga Pengenalan Warna Bagi Anak Usia Dini (Studi Kasus : Tk Bhinneka Surabaya). Surabaya (jurnal Skripsi)

Suhayah. Titi Rahmi. 2017. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Sains. Tangerang (“Ceria” Jurnal Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 6 No. 1)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun