Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gara-gara Sambo

26 Agustus 2022   07:01 Diperbarui: 26 Agustus 2022   07:24 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sambo benar-benar viral, sampai-sampai kasusnya mempengaruhi image institusi Polri, ini yang saya cermati dari keputusan seorang ayah atas batalnya keikut sertaan sang anak untuk memakai kostum polisi saat akan gelar pawai peringatan HUT RI beberapa waktu lalu.

"Mah, besok si adek jangan dipake i baju polisi dong, ntar diteriaki orang Sambo, Sambo kan ngeri," tutur seorang ayah pada istrinya saat mempersiapkan baju karnaval untuk anaknya esok hari.

"Aduh Ayah, kenapa mendadak sih, kan mamah jadi repot nyari baju lagi," cetus istrinya.

"Udah gowsah repot, sini tak belikan."

Sejurus kemudian si suami menelepon toko baju seragam di pasar besar kota Malang. Minta dikirim kurir baju seragam tentara saja untuk sang anak lelaki yang masih kelas 3 SD itu dengan ukuran dideskripsikan pada pemilik toko.

Deal, baju dikirim sejumlah uangpun ditransfer pada pemilik toko yang tadi diajak bicara.

Tidak sampai 2 jam baju pesanan sudah datang, sebuah setelan celana dan baju doreng khas tentara dikirim kurir ke rumah si ayah tadi.

"Adek, cobain bajunya deh. Ini yang buat pawai karnaval besok," cetus Ayah pada anaknya di ruang keluarga yang terbengong melihat kelakuan Ayah.

"Kenapa sih yah kok gak pake baju Polisi saja. Kan sudah ada, tapi bagus juga sih baju tentara ini," jawab si Adek pada Ayahnya saat mematutkan baju tentara di badan.

"Gak papa Dek, Ayah cuma gak mau aja Adek diolokin orang gegara pake baju polisi."

"Kok bisa diolok yah, Polisi kan baik. Bajunya juga bagus. Adek tu loh kemarin suka pake baju polisi."

"Ini gara-gara Sambo. Ayah gak mau adek diteriakin orang gara-gara pake baju polisi kayak Sambo."

"Emang Sambo kenapa yah?"
Wajah polos si Adek mendongak pada sang Ayah yang telah selesai memantaskan baju tentara pada jagoannya.

"Sambo itu Nakal," jawab si Ayah tegas.

"Ooo jadi adek gak boleh pake baju polisi  gara-gara Sambo ya. Baik Ayah, adek gak nakal, adek gak mau pake baju kayak Sambo," tukas si Adek berlagak mengerti apa yang dikatakan Ayahnya.

Demi melihat hal demikian, sang istri manggut-manggut saja. Dia juga tidak suka dengan Sambo tapi bukan berarti mau begitu saja mencarikan baju lain untuk dipakai anaknya. Ribet dadakan itu yang ada di kepala. Mencari alternatif pakai dalam waktu 24 jam bukan perkara mudah, untung sang suami sigap mencarikan, kalau tidak dia juga akan terus protes pada suaminya perkara ganti pilihan kostum itu.

Cerita penolakan seorang ayah untuk memakaikan baju polisi pada seorang anak di atas nyata adanya, terjadi pas di depan mata kepala saya, meski terus terang dengan pengembangan imajinasi saya sendiri namun inti dan ending sama. Akhirnya si Anak tidak pakai baju polisi saat pawai karnaval.

Takjub, sebegitu besar pengaruh kasus Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, tersangka pembunuhan berencana Brigadir J atau Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat terhadap sendi kehidupan masyarakat.

Menjadikan institusi Polri tercoreng, menurun drastis popularitasnya. Sebuah prseden tidak baik tentu saja, mengingat lembaga itu adalah institusi penegak hukum terhormat, yang harusnya membagakan bisa mengenakan seragamnya.

Kenakalan --meminjam istilah si Ayah dalam cerita di atas--salah seorang  anggota menjadikan institusi berbaju coklat ini harus bekerja lebih keras lagi mengembalikan pamor kalau tak ingin dinilai makin buruk oleh masyarakat.

Kerja keras mengungkap sejelas-jelasnya perlu dilakukan untuk mengembalikan citra. Betul, Sambo sudah diberhentikan dengan tidak hormat, akan tetapi kecurigaan masyarakat ada permainan dalam kasus ini hendaknya dibuktikan gamblang, bahwa polisi tidak pula sedang main-main mengatasi kasus Sambo.

Sambo akan ajukan banding, inilah drama lanjutan yang sedang ditunggu masyarakat. Akan seperti apa kisahnya bergulir. Dinyatakan bersalahkah, dihukumkah, dikurangi hukumankah, bagaimana dia akan membela diri atau dibela. Semua itu sedang ditunggu-tunggu untuk kemudian masyarakat memberikan penilaian lagi.

 Apakah institusi polisi masih layak menjadi penegak hukum di negeri ini?

Jawabnya ada pada pengungkapan kasus Sambo. Semakin transparan, semakin tegas hukuman diberikan, saya yakin image polisi yang menurun gara-gara Sambo akan terbangun lagi, namun kalau masyarakat tidak puas bisa jadi tidak akan ada lagi harga profesi polisi di mata masyarakat tanah air, bahkan generasi berikut bisa-bisa bukan hanya dilarang pakai seragam polisi saat pawai lebih jauh lagi, mungkin dilarang pula jadi Polisi.

Kalau sudah demikian apa jadinya negeri tanpa polisi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun