Komunikasi dengan kades tersendat, saya hanya didukung kalau datang sebagai relawan lingkungan, -passion lain saya- misal membuat bank sampah dan berkegiatan untuk itu.Â
Mengedukasi nasabah bank sampah mendayagunakan sampah. Baik menjual atau mengolah sampah agar tak dibuang begitu saja oleh warga. Seperti memanfaatkan pampers menjadi media tanam yang sempat menarik Radar Bromo Jawa Pos untuk meliputSupport diberikan penuh ruang gerak, fasilitas mobil angkut disediakan. Namun kalau saya membicarakan pengelolaan dam licin, dia speachless, diam seribu bahasa.
Terseok langkah membangkitkan kembali. Warga selalu menuntut biaya, padahal kalau kucuran awal kemarin sudah direalisasikan saya yakin pengunjung tidak keberatan ditarik parkir lagi. Bisa menjadi modal awal mengumpulkan biaya membuat sesuatu.
1 bulan lebih saya isoman, hanya chat grup yang menghubungkan dengan Dam Licin, lalu beberapa hari lalu saya datang berkunjung. Terbiar, nyata tak ada perawatan, ini menggerimiskan miris. Pantas salah seorang menulis di FB,
"Mbak, Dam Licin Jelek, kotor, tidak bersih dan indah seperti yang mbak Daya liput kemarin."
Semangat pudar rupanya, sehingga tempat itu jauh dari sentuhan. Aksi modalnya hanya semangat, kalau redup ya begini ini.
Hanya Shodiq pemuda yang masih peduli, dia ingin ada lagi Dam Licin, yang lebih tua RW, Kasun, Pak Misdar mendukung asal tenaga yang notabene pemuda siap sedia. Chattingan di grup ramai oleh obrolan saya dan dia, yang lain menonton, sesekali bersorak. Canda mewarnai hingga saya terbersit terinspirasi menulis dalam cerita tayang.
Saya memilih fiksi cerpen karena membebaskan imajinasi. Mengikuti trending berita wanita tua dinikahi perjaka. Judul yang menghentak bakal diperhatikan "Ditembak Bujang Dam Licin" memicu banyak komentar. Dam Licin dan tentu kisah Shodik dan saya menjadi perhatian orang. Konfrontasi, konfirmasi saya terima.
"Kalau mau tahu sosok Shodiq ya silahkan datang ke Dam Licin, minta dia memandu, pasti senang hati melakukan," cetus saya pada salah seorang yang kepo dengan lawan main saya di cerpen itu.
Mereka menggoda, tergelak dengan cerpen saya. Biarin, ini bagus membuat nama Dam Licin diingat lagi. Tujuan utama satu, mengingatkan orang akan Dam Licin lewat cerpen. Kalau tulisan reportase sudah biasa, kalau cerpen ini belum pernah. Pasti akan menarik.
Buktinya, berhasil membuat beberapa orang terpantik konfirmasi.