Memenuhi panggilan hati, berbuat sesuatu lagi, untuk warga sekitar yang menganggap saya ibunda mereka. Tidak ada tujuan lain, apalagi ingin mendapatkan uang. Dam Licin Bangkit, itu cukup bagi saya.
Meminggirkan tuduhan, menjelaskan sepenuh tenang kalau ada yang menyangka saya dapat sesuatu.
"Kalau saya jadi sampean ya mau buk. Cuma nulis berita, ulasan, mendatangkan orang penting trus dapat uang. Sampean kan dapat bayaran dari orang-orang itu."
Senyum saya terkembang meski gusar memenuhi kepala.
" Coba sampean tanya ke beliau-beliau, berapa saya dibayar, apa saya dapat uang bayaran?"
"Ya gak tahu buk, wongan yang nerima uang sampean."
Seorang tokoh menuduh terang-terangan begitu, mengatakan di depan khalayak. Sebetulnya amarah saya menggelegak, tapi urung menangkis membela diri. Di depan orang banyak, ini kesempatan menjelaskan yang sesungguhnya.
Video call saya lakukan dengan salah satu orang penting yang pernah saya datangkan untuk membantu, konfirmasi berapa uang yang saya dapat, nol. Memberi motivasi untuk membangun kembali, dia siap mendanai.
Saya tidak peduli lagi dengan fitnah, gunjingan atau tuduhan. Biar saja mereka percaya atau tidak, toh malaikat tidak pernah keliru mencatat. Saya hanya peduli pada yang mau saja, yang menghiba minta dibantu meramaikan kembali agar Dam Licin kembali bisa jadi  sumber penghasilan.
Saya membuat rencana, menyusun konsep, eksekusi dengan biaya seadanya. Saya carikan pinjaman untuk memulai bersih-bersih dan melakukan sesuatu. Membuat spot dan titik duduk mulanya, hingga layak pengunjung ditarik parkir, ikut mengisi kas untuk biaya perawatan dan perbaikan.
Bantuan dari orang penting itu sebetulnya ada tapi butuh dukungan orang nomor satu desa yang telah enggan menyentuh Dam Licin kembali. Ini yang tidak saya dapatkan, sehingga step awal demi mulai lagi, nekad saya cari pinjaman.
Padahal, kalau kades mau tanda tangan, ikut terlibat mengajukan bantuan atau menyediakan anggaran, bukan hal sulit membangkitkan Dam Licin. Salah seorang  pejabat dewan telah sanggup membantu, begitupula dari unsur perguruan tinggi, komunikasi dengan seorang rektor menyatakan kesanggupan memenuhi ajuan program saya. Tapi semua itu butuh MOU, hanya Kades yang bisa melakukan. Zero.