Nomor 53 antrian saya dari angka 13. Perkiraan saya sekitar 2 jam lagi. Tukang ojeg saya minta menyusul mengantar saat antrian saya hampir tiba.
Saat itu, anak saya yang kondisinya sudah  bagus menawarkan diri mengantar. Tentu saya larang. Belum 14 hari isoman, dia kondisinya baik tapi bisa menulari tho, meski pemeriksaan belum dilakukan atas dirinya, tapi saya putuskan tidak akan ambil resiko.
Saya minta tukang ojeg yang mengantar mengenakan masker, menganjurkannya mandi usai mengantar.
Sampai di tempat praktek dokter melakukan pemeriksaan tensi, saturasi oksigen, juga stetoskop untuk dada dan perut. Diketuk-ketuk perut ditekan.
"Sakit?"
"Iya."
"Saya suntik ya?"
Pantat saya buka sedikit. Suntik.
"Dokter saya tidak covid kan?"
"Enggak, saturasi oksigen bagus, tekanan darah rendah, asam lambung tinggi banget. Jangan makan asam, pedas, ketan dan jangan banyak pikiran."
Lega, pernyataan dokter kalau saya tidak terpapar Covid membuat saya lebih nyaman. Rp.55.000 saya keluarkan untuk periksa dan menebus obat. Pulang ngojeg lagi Rp. 20.000 PP.
