Ujung-ujung saat saya sebutkan kebutuhan, dikirim dengan nol pembayaran. Gratis. Menitik air mata ini, orang-orang baik di sekeliling saya.Â
Kepala Sekolah, Pak Susianto memberi izin untuk saya tidak ke sekolah, mendoakan segera melewati. Begitpun rekan kerja lain, Â memberi semangat.Â
Hanya doa yang melantun dari mulut ini untuk yang telah mendukung hidup saya. Lewat kata atau tindakan hingga harta yang mereka punya. Semoga Tuhan balas semua kebaikan itu  dengan lipatan tak terhingga
Tak ada kesulitan memenuhi kebutuhan isi perut, banyak doa saya terima saat story WA mengabarkan kondisi sakit ini. Undur pamit sementara dari grup-grup WA, FB juga, menghindari nafsu interaksi yang membuat mata enggan lepas layar, sungguh pusing sekali menatap screen gawai saat itu. Sebisa mungkin tidak menatap gawai.
Anjuran kawan untuk makan minum ini itu banyak saya turuti, ada yang membuat kondisi membaik ada pula yang memperburuk. Seperti saat saya menuruti anjuran minum jeruk nipis dan madu.
Sebetulnya, penjual jeruk nipis yang saya pesani sudah mengingatkan.
" Awas kena maag lho ya."
Bergeming, saya menyanggah," Ya nanti minumnya sehabis makan."
Antusias saya meminum jeruk nipis dan madu itu. Satu butir setiap usai makan saya konsumsi. Batuk reda namun lambung ini tak kuat.
Hari ke empat, bangun tidur saya terhuyung, mual sesudah minum air putih panas, muntah. Hampir pingsan, saya lemparkan diri ke kasur.
Menangis, saya telepon ibu kandung nun jauh di kota Bangil yang jarak tempuhnya 3 jam dari kediaman saya Pujon. Doa ibu, saya berharap besar pada hal itu untuk kesembuhan badan ini.