Jalan-jalan berujung hingga ke sebuah goa. Sakera namanya. Tempat bersejarah yang konon pernah dijadikan Sakera, tokoh legendaris Pasuruan pernah bersembunyi.
Sebagai orang yang pernah menjadi warga Bangil saya kenal cerita Sakera. Seorang laki-laki yang hidup di zaman Belanda asal Madura, bekerja di pabrik tebu Kancil Mas Bangil, dipenjara karena membunuh orang Belanda.
Goa
"Ini akan kami jadikan destinasi juga. Sebagai wisata edukasi. Tapi sedang akan kami gali dulu sejarahnya. Untuk kami tulis, lalu kisahnya dipajang pada banner, supaya pengunjung bisa belajar juga," jelas Kades.
Lepas melihat-lihat kami kembali. Melewati belukar dan sungai. Rencana akan dibangun rumah-rumah pohon di atas pohon-pohon besar itu. Â Membayangkan duduk-duduk di rumah itu, rasanya bak relaksasi pikiran. Mau nih kalau sudah ada beneran. Wisata ramah alam yang menyenangkan.
Kembali ke tempat pintu masuk semula butuh perjuangan juga ternyata. Menaiki tangga berjumlah 121, napas ngos-ngosan karena jalan agak cepat. Mungkin kalau santai dengan tempo lambat tak akan terasa capek, apalagi bila gandeng tangan dengan pasangan, bisa kurang panjang nih tangga. Ahay
Akhirnya, sampai juga saya di tempat datar gerbang utama. Lega rasanya, istirahat sejenak menyelonjorkan kaki di kedai sederhana milik pendududuk yang menjual minuman dan makanan.
Dialek Madura kental menyambut. Saya pesan air putih hangat dan mie goreng. Sambil menunggu matang, nafas saya atur pelan-pelan hingga denyut kembali normal. Menatap hamparan persawahan nan hijau segar.
Jalan-jalan yang menyenangkan. Tujuan mendapat tempat aman dan nyaman untuk rekreasi saya peroleh. Bonus pengetahuan tentang destinasi yang tidak banyak orang tahu. Kades Yudi Siswanto telah memberi saya informasi berharga Sumber Pinang. Sayang kalau tidak saya bagi.
Untuk itulah maka saya tuliskan pengalaman jalan-jalan ini. Siapa tahu ada yang sedang butuh referensi tempat rekreasi dengan parameter seperti yang saya inginkan. Sumber Pinang, Desa Jati Gunting, Kecamatan Wonorejo Kabupaten Pasuruan, layak menjadi destinasi.
Anis Hidayatie, untuk Kompasiana.com