Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saatnya Pengajar Kembali Belajar Mengajar

3 Januari 2021   23:54 Diperbarui: 4 Januari 2021   00:24 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bapak Ibu, tolong disiapkan untuk anak-anak belajar online ya."

"Mohon para guru segera mempelajari dan menerapkan RPP 1 lembar yang dianjurkan menteri Nadim Makarim."

2 perintah dari Kepala Sekolah dan Pengawas itulah yang berputar terus menerus di otak kepala sebagai kesan tak terlupa meninggalkan 2020 ini.

Sebagai guru yang puluhan tahun mengampu mata pelajaran agama, baru kali ini kegagapan saya alami. Pandemi covid-19 betul-betul memorak moramdakan segala sendi aktifitas belajar mengajar di sekolah.

Bukan gagap menguasai materi pembelajaran, tetapi bagaimana cara menyampaikan kepada anak didik supaya bisa menyerap maksimal. Tanpa tatap muka,  lewat virtual saja. Hal tak terduga yang harus saya dan kawan-kawan guru lain alami se jagad bumi ini.

Zoom meeting, google meet, google class room dan sejenisnya tetiba menjadi barang baru yang wajib menemani. Untuk anak-anak, kami para guru mau tidak mau harus mengunduh aneka aplikasi itu agar tetap bisa menyampaikan materi meski online.

Apakah mudah? Tidak. Mengenang medio maret tahun lalu, sayapun kesulitan menerapkan. Maka tidak ada jalan lain kecuali belajar, terutama belajar menggunakan berbagai model aplikasi tatap muka virtual. Agar pembelajaran tetap bisa dilaksungkan normal meski dalam situasi jauh dari normal. Sesuatu yang tidak mudah saya lakukan, mengingat hal yang asing sama sekali tetapi harus kami laksanakan.

Belajar mengunduh, belajar memilih yang paling tepat sasaran melalui serangkaian ujicoba tatap muka daring dengan anak didik  pun belajar pula menguasai beragam media yang bisa saya terapkan dala mengajar online. Bukan hanya agar bisa menyampaikan materi secara efektif namun juga agar siswa mudah menerima materi lewat aplikasi yang saya pilih itu.

Zoom meeting dan google class room menjadi pilihan yang paling populer untuk kami laksanakan. Disamping tentu saja  grup Whats App untuk hal-hal yang merlukan sajian dengan video dari penampilan guru sendiri.

Bukan tanpa kendala, jaringan menjadi barang mahal yang harus kami miliki. Untuk kondisi lokasi gunung seperti sekolah saya ketersediaan jaringan  terkadang tak mampu menjangkau seluruh lokasi peserta didik, itu menjadi kendala utama. Sehingga seringkali hanya sekian persen siswa yang bisa ikut tatap muka langsung virtual. Eksesnya, tugas yang dibebankan pada siswa tak mungkin berharap segera dikumpulkan tepat waktu.

Belum usai berkutat dengan cara efektif mengadakan pembelajaran online, kami para guru juga kewalahan membuat RPP, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai. Rombak menjadi keniscayaan, karena RPP yang telah kami buat tidak untuk situasi online tetapi offline.

Menyesuaikan konsep agar sesuai dengan situasi. Mulai dari menetapkan tujuan hingga penilaian. Hal yang sulit lakukan, mengingat tidak acuan atau referensi sebagai patokan. Bila biasanya MGMP, musyawarah guru mata pelajaran bisa diandalkan memecahkan permasalahan untuk membuat RPP, kini tidak mungkin. Agenda pertemuan online terhalang untuk dilaksanakan. Satu-satunya petunjuk hanya dari pengawas. Dia yang membimbing guru untuk melakukan langkah tepat menjalankan pembelajaran online termasuk membuat RPP.

Dalam hal ini anjuran menggunakan RPP satu lembar menjadi kegagapan saya lagi. Harus belajar lagi, bagaimana membuat untuk bisa diterapkan dalam pembelajaran.

Kalau hanya 1 lembar dan berisi komponen tujuan, skenario, dan penilaian, itu hanya sekedar penyederhanaan, belum menyiratkan pemecahan masalah yang sesungguhnya.

Akan tetapi itu juga menyenangkan saya, karena telaah atas penggunaan RPP satu lembar itu memerdekakan guru. Hanya saya harus belajar lebih dalam agar substansi kehadiran RPP satu lembar itu mampu memecahkan masalah pembelajaran guru.

Berdasar yang saya pelajari, target pembelajaran dapat dinaikkan dan diturunkan sesuai konteks riil siswa. Yang penting rujukannya adalah kurikulum khusus KD, Kompetensi Dasarnya. Begitu juga guru dapat secara merdeka menentukan skenario pembelajaran yang menurutnya lebih efektif.

Itu menyenangkan dan menguntungkan bagi saya. Sehingga belajar membuat lalu menerapkan untuk proses pembelajaran menjadi antusiasme tersendiri.

Sebagai guru, sepanjang 2020 2 hal itulah yang menjadi fokus utama belajar saya. Mengajar virtual dengan benar dan membuat RPP 1 lembar untuk diterapkan maksimal.

Kini di awal tahun 2021, semester genap akan saya hadapi. Masih belum ada kebijakan baru yang harus saya sikapi terkait pelaksanaan pelajaran. Offline atau bakal online lagi mengingat catatan korban covid-19 masih saja terus berjatuhan. Ada tenggat 14 hari di awal Januari untuk saya bersiap diri, sementara masih melaksanakan pembelajaran online sampai lewat 14 hari hingga pemerintah menurunkan kebijakannya. Apakah terus onnline atau sudah boleh onffline sebagaimana rencana pada 2021 lalu.

Sebagai pengajar, momentum pergantian tahun saya gunakan evaluasi dan refleksi. Apapun yang terjadi saya siap untuk belajar lagi, misal ada hal-hal baru dianjurkan untuk kami, para pengajar melaksanakan. Bagi saya, awal tahun ini adalah saatnya pengajar kembali belajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun