Masih tergambar jelas tahun lalu Kompasianival digelar offline besar-besaran. Saya datang, demi sebentuk kehangatan. Yang dalam bayangan saya pasti menyenangkan.
Euforianya masih terbayang jelas hingga kini. 23 November 2019 lalu mengusung tema Reunite Kompasianival digelar. Sorai tepuk, sahut panggilan membahana. Saya naik panggung 2 kali kala itu. Sebagai salah satu pemenang Lucky Draw pun sebagai nominee untuk specific in interest.
Bertemu "koki dapur" Kompasiana dan kompasianer dari berbagai daerah di Indonesia. Benar-benar kehangatan reunite. Pas betul dengan tema. Seperti yang dituturkan Nurulloh, sang COO dari atas panggung. Perbedaan untuk semangat persatuan.
Terpesona dengan tampilan panggung yang begitu lebar, saya memilih duduk di deretan paling depan, mbak Aliz menemani jejer dengan Dokter Postma Siahaan. Memaku mata saya lepas shalat maghrib hingga usai acara sekitar pukul 10 malam.
Sajian acara nan memikat membuat saya tak ingin beranjak. Beberapa tokoh ditampilkan. Ingatan saya langsung bertumpu pada Menteri Ignasius Jonan, otak  perkereta apian yang kenyamanannya hingga kini masih saya rasakan. Talk show yang megesankan.
Meski hampir ada yang bikin nangis, sepatu saya. Dia harus saya cari dengan meminggirkan malu mengibas-ngibas pantat orang. Baru bertemu sesudah satu orang lelaki dengan gagah berani mengatakan telah menduduki benda keras di pantatnya. Di bawah karpet yang dia duduki. Sepatu saya dalam pendudukannya.
Ya Tuhan leganya, "Inikah bu sepatunya?"
Berbinar mata saya, sepatu itu baru dibelikan kakak sepupu buat acara ini. Katanya hadiah, biar pantas kalau naik panggung. Iya, saya memang memakai sepatu. Kets kain seperti biasa yang kalau kena hujan wassalam. Tidak mungkin saya pakai karena basah. Akhirnya sepatu itulah yang menyelamatkan kaki saya dari ketelanjangan.
Ternyata, pelaku pendudukan sepatu saya itu adalah pak FW, master populer dengan nama panjang Fery Widianto. Itu baru saya ketahui sesudah sama-sama bersapa satu komunitas khusus Kompasianer. KPB yang waktu itu masih bernama Penuli Puisi Berbalas.
Bisa jumpa lagi dengan beliau saat kali kesekian saya ke Jakarta. Menyempatkan berkunjung ke markas Kompasiana. Ketemu langsung dengan Kevin dan Nurulloh. Berbincang, sharing tentang komunitas dan rencana-rencana pengembangan Kompasiana untuk Kompasianer. Nice meeting. Tak menyangka, petinggi Kompasiana bukan di menara gading.
Kini, setahun mengulang waktu itu. Kompasianival akan digelar kembali. Meski masih pandemi, sepertinya kemeriahan bakal tetap bisa dirasakan. Saya sudah mendaftarkan diri sebagai peserta. Juga beberapa acara yang bisa dipilih berdasar jam kebisaan. Ingin ikut semua, sayang kekadang ada yang tabrakan jadi harus milih satu saja.
Saya ingin ambil bagian dalam Kompasianival penghujung tahun 2020 ini. Online itu menguntungkan, hemat biaya, efektif dan efisien. Apalagi musim hujan begini. Ngumpet di kamar, berselimut sambil menatap gawai atau laptop pas banget. Atau kalau mau sambil ngemil juga boleh, duduk di kursi, awasi laptop di meja, siapkan pula teh atau kopi hangat pasti suasana kafe terasa.
Jadi apalagi yang anda tunggu, bagi yang belum daftar silahkan daftar. Bagi yang sudah daftar jangan lupa lingkari kalendernya, bunyikan alarm pengingat. Agar tak sampai terlewat.
Khusus bagi saya, sepatu kenangan bakal saya rawat lagi. Merapikan, meletakkan di kaki meja laptop. Atau kalau perlu bakal saya pakai saat ikut event onlinenya. Agar suasana Kompasianival tahun lalu terasa kembali. Mengenang saat resah kala sepatu dalam pendudukan. Ah pak Fery, kenapa sih milih sepatu untuk diduduki, bukan yang lainnya saja. Ahay
Kompasianival 2020 Mulai Dari Kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H