Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Yajid, Jejak Baik yang Terus Mengalir di Cafe Laut Semare

21 November 2020   22:59 Diperbarui: 21 November 2020   23:38 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yajid, Baju putih. Makan malam terakhir dengan kami

Tentang kafe , pria yang pernah memimpin desa Semare selama dua tahun berturut- turut  itu mengatakan, " Saya tidak mau, penduduk  hanya menjadi  penonton. Ingin saya mereka juga terlibat,  ikut merasakan geliat dan keuntungan dari adanya lokasi wisata  itu.  Maka dari itulah saya menolak  investor yang ingin menguasai 100% pengelolaan wisata  di daerah Semare ini".

Digandeng Universitas  Brawijaya melalui program  Doktor Mengabdi yang diketuai Prof. Maftuch serta Doktor Adam sebagai pandega di lokasi, Pak Yajid mulai beraksi  mewujudkan  mimpi, menjadikan  Semare sebagai destinasi  wisata.

3 tahun rintisan  itu dilakukan. Cukup lama untuk diwujudkan. Tak semudah  membalikkan telapak  tangan  memang, perlu kerja ekstra keras. Yang paling sulit adalah merubah mind set.  Menumbuhkan  percaya diri pada masyarakat hingga muncul antusias melakukan sesuatu, bekerjasama,  bahu membahu, menjadikan  desa itu layak menjadi  tujuan  wisata.

Pak Inggi Pak Yajid, begitu biasa dipanggil telah melakukan banyak upaya di tahun pertama pencanangan Kafe Laut itu. Selain merubah mind set, upaya kongkrit lain yakni meningkatkan  Sumber daya masyarakat  agar siap mengelola Kafe di pantai tersebut.  Dana desa dikucurkan pada tahun pertama. Berbagai program meningkatkan kemampuan warga menjadi pegiat wisata diusahakan lewatn pelatihan.

Mengupayakan pula CSR, Corporate Social Responsibility dari perusahaan terdekat. Memberdayakan  BUMDES, Badan Usaha Milik Desa, pun melibatkan  perguruan  tinggi yang notabene adalah universitas  Brawijaya,  sebagai pembimbing utama.

Yajid juga memanfaatkan media sosial, Instagram  dan Facebook serta media massa. Baik on line maupun cetak sebagai alat promosi juga menyebarkan informasi,  disamping untuk memperoleh feed back apa saja yang harus  dibenahi.

Maka tak heran jika kerja keras dan cerdas  itu membuahkan hasil. Cafe Laut Semare berhasil meraih  juara 1 Community Service Award dari Universitas Brawijaya Malang. Sebuah penghargaan untuk kategori Inovasi Rekayasa Sosial. Dari program Doktor Mengabdi. Yang di dalamnya melibatkan nama Prof. Dr. Ir. Maftuch, MSi,  serta DR. Moh. Awaludin Adam, SPi, MP, sebagai tangan dingin yang ikut mengembangkan Semare hingga mempunyai Kafe Laut.

Yajid, Baju putih. Makan malam terakhir dengan kami
Yajid, Baju putih. Makan malam terakhir dengan kami
Pak Yajid, sosok itu begitu  humble. Dekat dengan  rakyat, tak pernah berhitung  biaya bila itu untuk kepentingan rakyatnya. Jauh dari mementingkan diri sendiri. Ini saya dapati ketika pertama menginjakkan kaki di CLS. Tak satupun gerai usaha dimiliki keluarganya. Dia pentingkan  rakyatnya dahulu. CLS Bisa hidup, ramai, itulah hal yang menjadi tujuan.

Saya terkagum dengan sosoknya, dipercaya untuk membuat buku tentang CLS merupakan anugerah. Ada kesempatan lebih dekat dengannya pada masa dia hidup. Mendapatkan materi untuk menyelesaikan buku, meliput peristiwa  disana sekaligus mengamalkan sedikit  ilmu yang  saya punya. Berbagi kebisaan menulis pada Pokdarwis, Kelompok Sadar Wisata. Yang kemudian salah satu dari mereka, Munawir ternyata bisa menyelesaikan buku pula. Tentang profil desa Semare.

Munawir, Sang penulis buku
Munawir, Sang penulis buku
Free, tidak ada biaya untuk proses berbagi ilmu juga penerbitan buku itu. Saya lakukan dengan senang hati saja,  terinspirasi oleh kegigihan, semangat  berjuang dari  Kades Yajid tersebut. Dia tak pernah memperhitungkan  finansial ketika sedang melakukan  sesuatu untuk masyarakatnya. "Biar Allah  saja yang  menghitungnya, " begitu  katanya.

Sungguh tergetar hati ini karenanya. Maka saya mantapkan hati dan kawan seiring dari Komalku  Pasuruan. Semare adalah project jihad. Kami sering datang, memberi bimbingan, hingga jadi buku. Belajar dan berjuang. Sebagaimana  motto Komalku, Komunitas Menulis Buku,  Berjuang untuk  Bangsa Lewat Kata-Kata.


Uang memang sesuatu tapi berbuat tidak demi uang ternyata sungguh membahagiakan. Bisa melihat tawa lepas kawan saat berhasil merangkai kata, membuat kalimat menjadikan satu paragraf hingga menyelesaikan akhir adalah kehebohan tersendir. Toss tangan, gelak canda, minum bersama, menjadi pelipur tiada tara.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun