Sangat wajar jika kemudian satu persatu paramedis tumbang. Tekanan fisik dan psikis memungkinkan itu semua terjadi. Tidak hanya menjadi penderita bahkan beberapa hingga meregang nyawa, ada dokter ada juga perawat. Terkini satu perawat yang sedang hamil Ari Puspitasari asal Surabaya meninggal.
Mereka gugur sebagai pahlawan, setelah tak mampu lagi berjuang. Penghormatan terakhir diberikan laiknya pahlawan, menimbulkan duka sangat dalam. Kami kehilangan, sesuatu yang tak hanya meruntuhkan psikis paramedis, juga kami masyarakat peduli yang empati.
Untuk hal ini Gubernur Khofifah, Â tak ketinggalan menunjukkan empatinya. Seperti dilansir detic.com. 19/5/2020 lalu.
" Doa terbaik dari kami, semoga almarhumah dan janin yang dikandungnya syahid dan diganjar oleh Allah SWT dengan surga. Pun semoga Allah memberikan ketabahan dan keikhlasan bagi keluarga besar yang ditinggalkan," kata Khofifah.
"Almarhumah merupakan salah satu perempuan yang menjadi sosok kartini masa kini di tengah pandemi COVID-19. Jadi mohon jangan sia-siakan pengorbanannya, mari kita ikut menjaga kesehatan kita dengan disiplin mencegah penyebaran COVID-19," pinta Khofifah.
Melihat perjuangan tenaga medis itu, kebangetan rasanya kalau kita enggan ikut berjuang. Nyawa dipertaruhkan untuk kelangsungan hidup kita, masihkah kita menutup mata atas apa yang telah mereka lakukan?
Maka, meskipun lebaran di hadapan, walau mudik membuncahkan kerinduan, marilah kita tahan. Empati pada mereka yang tak bisa merayakan. Yang harus piket demi mewaspadai persebaran Covid-19.
"Kami juga ingin lebaran," tutur salah satu diantara perawat dengan suara memelas.Â
Satu kemungkinan yang tipis dari perwujudan. Mereka harus piket, tetap waspada. Lebaran di area Puskesmas, atau Rumah Sakit saja.
Mereka berjuang untuk kita, hingga ada yang tumbang pula. Menyaksikan itu semua, tidak tersentuhkah seditkitpun hati kita untuk ikut berjuang? Seperti yang mereka himbaukan. Agar kita turut berjuang. #dirumahsaja.