Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berbagi Optimisme, Antara Ramadan dan Waisak

7 Mei 2020   21:23 Diperbarui: 7 Mei 2020   21:21 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil Screen shoot dari MetroTV News.dom


 Ramadan adalah bulan ampunan, tak terbantahkan. Seluruh salah manusia berkesempatan mendapat maghfiroh, penebusan dosa atas salahnya selama sebelum Ramadan. 

Menjadi momentum pertobatan, merupa optimisme bahwa akan langkah ke depan lebih baik dari kemarin.Kesempatan memperbaiki diri itu ada pada bulan Ramadan. Siapapun muslim yang rela berlapar dan dahaga hanya untuk Tuhan lalu bersedia melaksanakan serangkaian amal shalih dia akan mendapatkan berkah ramadan. Tak terkecuali bagi kita, yang berlumur dosa, pertobatan menemukan peak-nya.

 Dengan semangat nasukha, tidak mengulangi lagi, maka optimisme menjadi insan kamil, manusia sempurna, insya Allah akan diperoleh. Dengan sederet tekad, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya. Bukan hanya berkaitan dengan ibadah vertikal, seperti sholat atau membaca qur'an, lebih dari mengamalkan isi Alquran dalam bentuk ibadah horisontal pula.

Berkaitan dengan muamalah, hubungan antara manusia dengan manusia agar tercipta kesalihan sosial. Terbentuk harmoni dengan seluruh penduduk bumi, tanpa memandang latar belakang, suku, ras, etnis bahkan agama.    Saling memghormati ini demikian pentingnya supaya damai kehidupan benar benar terasa. Tidak ada perselisihan, tak ada caci maki amarah. Yang ada tebar kasih sayang untuk seluruh umat manusia. Rahmatan lil Alamin.

Optimisme yang dirasakan kaum muslim saat Ramadan ini sama visi dengan yang di  dialami umat buda saat ini. Waisak mestinya dirayakan gebyar besar-besaran dalam satu area. Saling memberi ucapan selamat atas hari kelahiran sang Budha. Menyampaikan pesan damai, sejahtera untuk makhluk dunia, terkhusus manusia. Namun kali ini, perayaan itu cukup live streaming. Tidak bisa dilakukan di satu tempat.

Sama dengan umat muslim saat Ramadan kali ini. Tarawih tak bisa lagi seleluasa seperti Ramadan tahun-tahun sebelumnya. Jamaah fardhu bahkan sholat Jum'at di beberapa tempat ditiadakan, diganti duhur di rumah saja. Padahal sholat Jum'at identik dengan Jamaah. Juga kegiatan ritual ibadah lain, tadarus, sholat fardu. Lockdown membuat kami, umat muslim tidak bisa melaksanakan semua itu.

Demi apakah? Untuk usainya pandemi, agar segera berakhir penyebaran virus Covid-19. Kalau kami taat anjuran, Insya Allah segera usai hantu Corona ini. Diganti dengan kehidupan lebih baik. Udara bumi, tertutupnya Ozon, memberikan sinyal itu. Kami optimis sesudah pandemi, segalanya akan kembali normal, bahkan lebih indah untuk kita menjalani kehidupan ini.

Dengan latihan terus ini, saya yakin kondisi kesehatan masyarakat ke depan makin terjaga, kualitasnya makin baik. Cuci tangan, cuci kaki, rajin mandi, ganti baju, memakai masker, menghindari kontak dengan orang sakit, jaga jarak merupakan latihan yang sangat bagus untuk pembiasaan hidup bersih dan sehat. Salah satu parameter kualitas kehidupan yang bagus sebuah bangsa.

Hari Raya Waisak perayaannya setali tiga uang dengan Ramadan. Sungguh saya apresiasi keputusan untuk tidak merayakannya secara besar-besaran. Cukup live streaming juga saling ucap via media online.

Seperti dilansir TRIBUNTERNATE.COM - Perayaan Hari Raya Waisak tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Budha menyampaikan sejumlah Lembaga/Majelis Agama Budha memfasilitasi pujabakti dan meditasi detik-detik Waisak secara live streaming.

Sejumlah kanal digital bisa dimanfaatkan para umat Budha untuk mengikuti siaran rangkaian perayaan Waisak 2020. Itu dilakukan untuk mengurangi potensi pengumpulan massa selama pandemi Corona. Ini mengakibatan perayaan Hari Raya Waisak 2020  dijalankan di kediamaan masing-masing.

Saya yakin keadaan tersebut  tidak mengurangi esensi perayaan Waisak itu sendiri. Pasti umat Budha sudah faham betul tentang hal ini. Seperti kami memaklumi keadaan akibat pandemi ini.

Kita sama menahan diri, patuh dalam arti yang sesungguhnya pada anjuran.  Ini untuk kebaikan kita bersama. Tidak muslim tidak juga Budha, atau yang lainnya. Kita sama pula berkepentingan untuk menghirup udara sehat di bumi ini.

 Dengan optimisme, akan menuai hasil lebih baik bagi kelangsungan umat di dunia ini. Salam Waisak, Mari menahan segala keinginan beraktifitas di luar bila tak penting sangat. Untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya juga yang kita alami saat ini.

Ditulis Anis Hidayatie, untuk Kompasiana

Ngroto, 7/05/2020

Semangat Ramadan & Waisak membuat kita optimis (Label: Samber 2020 Hari 11 & Samber THR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun