Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Rindu, Berat Betul Itu

5 Mei 2020   19:33 Diperbarui: 5 Mei 2020   19:31 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dahulu, suka banget naik KA--dokpri

Pernah mendengar dialog Dilan tentang Rindu? Begitulah adanya. Dia mungkin ngegombal pada Milea, tetapi nyatanya menahan rindu itu ya begitu. Berat, merongrong persendian. Ingin jumpa tapi tak bisa, ingin betemu terhalang banyak hal. Ya waktu, jarak, juga tempat.

Tapi kalau dia bilang jangan rindu. ini berat, kau takkan kuat,biar aku saja, full gombal abis. Kalau tak kuat gak bakal ada orang rela mengisolasi diri sendiri seperti saat ini. Lockdown, PSBB, membuat kesempatan meluahkan rindu terkendala tembok besar. Banyak orang menahan rindu untuk bertemu yang dituju, kecuali yang nekat menerobos palang larangan. Demi apa coba? Salah satu yang terberat ya memang rindu.

Ada yang kuat, ada yang setengah kuat, ada yang tidak kuat sama sekali. Lalu melakukan hal-hal tak masuk akal, termasuk bersembunyi di kontainer atau bak truk berisi dagangan. Agar lolos dari pantauan polisi, bisa lewat tanpa kendala. Bisa mudik demi bertemu keluarga. Anak, istri, ibu, adek, kakak, teteh, tante, dan seterusnya. Ah, jadi ingat iklan isuzu panther jaman dulu. Semua yang di kampung, saat Ramadan gini emang dirindui.

Tsah, saya juga begitu. Ingin sekali pulang, mudik ke kampung halaman -- eh, beda ya, biarin dah-- bertemu ibu terutama. Orang yang selalu kujadikan tempat menaruh kepala saat beban berat menyesakkan dada. Ini adalah Ramadan pertama baginya menjalani puasa tanpa belahan nyawa, pasti sedih rasanya.

Aku tahu apa yang ibu rasa, karena aku merasakan itu lebih awal, setahun yang lalu. Terbiasa ada pendamping, ngabuburit, berbuka, sahur dilakukan bersama. Romantisme yang tak kan ditemui selain Ramadan, sehingga ketika bulan penuh berkah ini tiba rindu suasana itu tak terhindarkan.

Untuk hari biasa, aku sering menjenguk, setidaknya 3 hari dalam seminggu kutemani di kediamannya, tidur di sana sekaligus jalan- jalan literasi. Kurang lebih 2 jam perjalanan naik motor lanjut kereta api untuk mencapai rumah Ibu di Bangil. Perjalanan yang sangat kusuka, naik Kereta Api, bisa menulis lega, duduk manis menatap jendela, biasanya pas sampai stasiun satu artikel jadi.

Dahulu, suka banget naik KA--dokpri
Dahulu, suka banget naik KA--dokpri
Kini, jangankan naik Kereta Api. Untuk naik motor keluar kampung saja sekarang susah minta ampun. Apalagi sejak kecamatan saya Pujon Viral, gegara ada yang meninggal satu orang sebab  Covid-19. Lalu ratusan orang harus menjadi ODP, karena pernah kontak dengan jenazah juga keluarga saat takziyah. Peluang pulang semakin tipis.

Jalan keluar kecamatan dijaga, Polisi siap memeriksa. Kabarnya untuk orang yang lewat, di daerah lain, begitu tahu dia dari kecamatan Pujon, langsung diminta balik kucing. Dilarang melintas bila tanpa surat darurat. Ini tentu menambah daftar kendala pulang.

Aku ingin memeluk ibu tentu saja, tapi untuk saat ini harus kutahan. Cukup telepon dan Video Call. Ibu sendiri juga melarangku pulang, tak berani nekat, bukan karena khawatir ditolak seperti adegan video viral yang menceritakan mahasiswa mudik tapi malah diusir sama orang tuanya, tapi karena ibu sudah sepuh. Rentan tertular virus, tidak ada jaminan ketika di perjalanan apakah  membawa virus atau tidak.

Bersama ibu akhir 2019 lalu--dokpri
Bersama ibu akhir 2019 lalu--dokpri
Semua kemungkinan bisa terjadi. Tidak berani berspekulasi untuk itu. Masalah nyawa, aku tak berani main-main dengan itu semua. Ngeyel akan sangat tidak baik. Maka kutahan rindu ini. Anteng, di rumah saja. Keluar bila terpaksa, dengan segala piranti kukenakan, masker terutama. Hand sanitazer kubawa serta. 

Menjaga jarak betul ketika di luar rumah dan bertemu orang. Social distancing kupatuhi.Harapan pandemi segera berakhir sangat besar. Aku ingin kembali seperti dulu, mendatangi rumah ibu. Sungkem, mencium tangan, memeluk dan berkata," Aku rindu sangat bu."

Ngroto, 5/5/2020

Ditulis Anis Hidayatie, untuk Samber Kompasiana.

Saatnya curhat; momen tersulit di Ramadan tahun ini  (Label: Samber 2020 Hari 9 & Samber THR)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun