PSBB telah diterapkan, meski tidak total tetapi cukup mengunci sendi kehidupan bersosial. Selain tentu saja perekonomian. Pada tataran ini perhatian lebih ditujukan pada mereka yang terdampak ekonomi. Beberapa profesi utama yang mengandalkan upah harian seperti buruh, kuli, tukang becak, ojeg konvensional atau online menjadi primadona.
Profesi mereka tetiba populer. Duka lara akibat Corona beserta kesusahan penghidupan banyak yang viral menghisi media cetak, sosial atau layar kaca. Ini bagus untuk menumbuhkan kepedulian. Bantuan mengalir, dengan harapan cukup dijadikan sebagai penyambung hidup beberapa hari ke depan, atau mungkin minggu bahkan bulan. Sungguh, saya berharap untuk itu.
Jujur, saya ngeri mengetahui ada bapak menjual Hape untuk beli beras, atau lelaki digebuki massa gegara mencuri bahan pengisi perut itu. Belum lagi ibu-ibu yang rela berpuasa dengan anak-anaknya karena tak ada penghasilan. Semua ujung-ujungnya urusan memenuhi kebutuhan ekonomi. Yang paling dasar. Makan.
Maka ketika bantuan diberikan untuk mereka saya turut bahagia. Meski tak bisa turut serta memberi ke sana, melihat orang lain melakukan hal itu ada iri juga empati. Mestinya saya bisa ikut berperan pula. Selalu begini tiap kali saya mengetahui ada kabar orang, instansi, atau siapa saja memberikan bantuan. Bahagia, haru menyeruak di dada.
Bantuan kepada banyak orang dengan profesi beragam telah saya ketahui. Bersyukur, di tengah pandemi rasa kemanusiaan tumbuh bersemi. Penerima bantuan adalah mereka yang sangat berhak. Sesuai kriteria, sesungguhnya penerima sedekah itu adalah fakir dan miskin. Ya, mereka menjadi kelompok itu akibat pandemi ini.
Pun ketika kemarin saya baca kabar berita, ada organisasi kemasyarakatan memberi bantuan pada guru ngaji. Berlinang air mata ini. Saya menjadi bagian dari profesi itu. Rutinitas yang terpaksa berhenti akibat pandemi.
Padahal ini jelang Ramadhan. Guru ngaji tak lagi bisa mengajar ngaji. Jarang yang bisa memberikan pengajaran online. Kalah dengan tugas sekolah. Kami mengerti, sehingga wanti-wanti kepada santri, kepada wali kami tekankan. Agar anak tetap belajar di rumah dengan bimbingan orang tua.
Sebagai guru ngaji saya berterima kasih ada yang memperhatikan nasib kami. Pamali kami meminta bantuan, meski tak menampik bila ada yang memberikan. Banyak diantara kami yang tetiba tak punya penghasilan, secara kehilangan pekerjaan. Guru ngaji bukan profesi utama, itu kami lakukan lillaah. Tetapi pekerjaan utama kami lain yang tak  berjalan seperti biasalah yang membuat keadaan kami juga kesulitan dalam hal  ekonomi.
Ada yang mengategorikan kami di level kelas menengah, karena biasanya cukup bisa memenuhi kebutuhan rumah sehari-hari. Sebagai pedagang kecil, atau memiliki usaha toko. Ada yang siang menjadi karyawan atau guru swasta, lalu sore mengajar mengaji. Dari sisi ekonomi, pada hari biasa tak ada kesulitan bagi guru ngaji memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, itu tidak berlaku kini, pandemi meluluh lantakkan sumber penghasilan. Work from home sepi, stay at home harus mencukupi periuk nasi. Hingga jadilah beberapa guru ngaji  bagian dari dhuafa saat ini. Dengan keberadaan yang terlupakan. Juga memang tak ada niat koar-koar meminta bantuan. Malu hati. Ada banyak saudara kita yang memiliki nasib sama dengan kami.
Dan, ketika ada berita perhatian pada guru ngaji, saya ikut bahagia. Ini saya tahu lewat NU online Sidoarjo dengan rilis berita, Â NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infak, Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Sidoarjo menyalurkan ratusan paket sembako gratis untuk guru ngaji se-Kabupaten Sidoarjo yang terdampak Covid-19.
Penyerahan secara simbolis digelar di halaman kantor Pimpinan Cabang NU (PCNU) Sidoarjo, Rabu (22/4). Dihadiri oleh pengurus PCNU, jajaran NU Care-LAZISNU Kabupaten Sidoarjo, perwakilan pengurus beberapa Majelis Wakil Cabang NU (MWCNU), serta para relawan yang tergabung dalam Gugus Tugas (Gus Gas) NU Sidoarjo Peduli Covid-19.
Tentang hal itu Ketua NU Care-LAZISNU Kabupaten Sidoarjo, Muh Ihsan mengatakan,
"Hari ini sekaligus menjelang diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Sidoarjo, kita membagikan 100 paket sembako senilai seratus ribu per paketnya dan masker untuk guru ngaji terdampak Covid-19, untuk tahap kedua kita akan open donasi lagi untuk menyasar yang lebih luas lagi seperti dhuafa dan keluarga yatim."
God Bless, Barokallah. Ada orang yang mengingat keberadaan guru ngaji. Bantuan itu secara nominal tidak besar, tetapi pada saat seperti ini, hal itu sungguh berarti. Bisa menjadi setangkup harapan untuk Ramadhan besok, ketika sahur dan berbuka menjadi ritual utama, puncak lapar dan dahaga sepanjang hari. Ada persediaan bahan pangan, bisa sedikit menanangkan.
Sambil memberi kesempatan bernafas, memutar otak, mendapatkan sumber penghasilan lain untuk dapur tetap mengepul sesudah bantuan nanti habis. Misal ada yang memberi pekerjaan freelance untuk dilakukan di rumah, tentu akan membahagiakan mereka yang tetiba menjadi pengangguran.
Kepada guru ngaji itu sebetunya saya sudah mengajak untuk menjadi freelancer memang, bekerja dari rumah. Menulis, menjual jasa menerjemahkan naskah bahasa arab, menjadi tutor online, berjualan online, atau hal lain yang bisa dilakukan dari rumah. Tetapi belum semua bisa melaksanakan. Untuk menjadi freelancer ada proses belajar sebelum menuai penghasilan. Tidak bisa instan mendapat uang.
Anyway, apapun bantuan yang diberikan kepada guru ngaji itu saya mengapresiasi. Menyepakati perkataan Wakil Rais PCNU Sidoarjo, M Arisy Karomi yang turut hadir pada acara tersebut memberikan apresiasi kepada NU Care-LAZISNU Kabupaten Sidoarjo yang terus bergerak untuk kemanusiaan.
"Kita dalam situasi yang darurat, tetap kita berbuat dan masih bisa melangkah, apresiasi untuk NU Care-LAZISNU Sidoarjo beserta timnya yang bergerak terus mulai dari penyemprotan disinfektan, lalu sekarang pada tahapan pemberian sembako. Mudah-mudahan masih banyak manfaat yang diberikan kepada umat,"tuturnya.
Betul, bila dikatakan situasi sekarag darurat, saya sepakat. Darurat pangan, darurat penghasilan, darurat kehidupan. Tidak lagi kita bisa bernafas lega seperti sebelum pandemi. Itulah makanya diperlukan banyak hati mengerti, empati, berbagi kepada mereka yang mengalami kesusahan. Berbuat dan berbuat, memberi manfaat untuk umat.
LAZISNU
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H