4. Duduk berjarak di ruang tunggu. Â Kursi tunggu yang biasanya penuh dengan orang-orang yang menunggu kereta datang kini nampak lengang. Ada tanda silang diantara dua tempat duduk. Â Dengan aturan yang bertanda silang dilarang diduduki. Â Petugas juga sigap dengan aturan ini. Â Tak jarang penumpang ditegur untuk tidak duduk di tempat yang diberi tanda silang. Ini di terrace stasiun. Jaga jarak menjadi hal yang harus dilakukan.
Namun, Â bagaimana di dalam gerbong kereta? Â Ternyata saya mendapati kenyataan bahwa penumpang duduk tetap bersebelahan. Â Kemungkinan senggol bagi yang overweight lumayan besar. Â Saya pikir tadinya penumpang akan duduk satu kursi satu tiket. Â Ternyata tetap seperti biasa satu kursi bisa dihuni 2 atau tiga orang sesuai nomor seri tiket.
Ah, Â itu tidak konsisten dengan aturan di luar dong. Begitu pikir saya. Â Tapi kemudian tersirat kata mengerti. Susah pula membuat penumpang duduk tak besebelahan. Ticket tercetak otomatis sesuai ketersediaan bangku kosong. Memilih memilah susah juga kan.
Langkah awal cerdas untuk membatasi penumpang hanya pada mereka yang memenuhi syarat. Meskipun di dalam gerbong susah membuat penumpang tidak bersentuhan apalagi jaga jarak. Tapi setidaknya seleksi awal sudah dilakukan bukan?
Waktu menunjuk pukul 20.55. Announce kereta memberitahukan pada penumpang untuk bersiap turun di stasiun Blimbing. " Tetap tinggal di tempat duduk sampai kereta benar-benar berhenti. Periksa barang bawaan, Â jangan sampai ada yang tertinggal."Penyampaian rutin yang selalu saya dengar dengan kalimat sama berulang.
Dengan sebuah tarikan nafas. Manut. Â Saya periksa barang, Â tas ransel. Juga gawai. Satu notifikasi pesan menarik saya membuka. Dari BNPB yang berbunyi," Menjadi Pahlawan Kemanusiaan dengan sebar pesan: jaga jarak, hindari kerumunan, jangan sentuh mata, hidung, mulut, cuci tangan, perbanyak kegiatan di rumah #BUMNUntukIndonesia.
Siap ! Saya lajukan sepeda motor. Â Membelah malam, kota Malang yang sepi, Â juga hutan dan jurang yang akrab saya lewati. Menuju rumah di Pujon. Hanya satu jam sampai, Â tanpa kendala macet sama sekali. Membangunkan emak, setengah berteriak memanggil nama. Â Dia bukakan pintu pagar dan rumah.
Masuk dengan salam tanpa salim. Aneh sih. Langsung menuju kamar mandi, bersih diri dengan sabun, Â wudhu, Â ganti baju. Â Sholat isyak, salim emak, baru masuk kamar. Menulis, Â work from home. Â Bismillah aman, baru tidur dengan rasa nyenyak dan nyaman.
Â
Anis Hidayatie untuk Kompasiana
Malam peraduan. 22/3/2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H