Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Timbangan Bebek-bebekan, Alternatif Cerdas Mengatasi Tangis Anak Saat Timbang Badan

11 Maret 2020   13:49 Diperbarui: 11 Maret 2020   13:47 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah melihat anak menangis saat timbang badan? Saya sering.  Terutama ketika acara Pos Yandu di desa. Lebih dari 3 tahun saya pernah menjadi kader Pos Yandu,  pemandangan itu lumrah dan sangat familiar terlihat.  Menjadi kesulitan tersendiri bagi petugas seperti saya yang akan melakukan penimbangan.  Padahal itu harus saya lakukan. Untuk dicatat dalam buku KMS,  Kartu Menuju Sehat Balita.

Mencatat berat badan, lalu memberikan garis di grafik perbulan adalah salah satu tugas kader pos yandu.  Disamping memberikan makanan bergizi pada mereka.  Penimbangan ini menjadi keharusan,  kegiatan utama, karena lewat berat badan petugas didampingi bidan bisa mengetahui tingkat kualitas kesehatan warga.  Apakah termasuk obesitas,  normal atau bahkan masuk kategori BGM,  Balita Gizi Buruk.

Kesulitan yang sering saya alami saat akan menimbang para balita tersebut tidak saya temui di desa Rejosari Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.  Balita- balita itu tampak suka ria menaiki timbangan bebek-bebekan yang terpasang menggantung. Berayun, enggan turun.

Tertarik melihat,  saya turun mendekat. Padahal saat itu saya tidak ada kepentingan dengan mereka.  Saya datang dengan pelaku wisata dari HPI,  Himpunan Pariwisata Indonesia, Ojin yang berniat mengembangkan wisata di desa tersebut dari sisi wisata edukasinya. Juga tour village yang rencananya akan diangkat pula. Sebagai penulis juga tour guide, saya diajak turut serta melihat dan mengamati potensi apa saja yang dimiliki desa tersebut untuk digali.

Anis Hidayatie, doc.pri
Anis Hidayatie, doc.pri
Terus terang saya suka datang ke Desa ini.  Disamping terkesan antusias warga mendatangi kegiatan Pos Yandu, juga tertarik dengan kondisi desanya. Hamparan sawah hijau, sapa ramah penduduk, juga masih ada angkutan dokar membuat saya benar-benar betah di desa ini.  The true village. Suasana khas desa benar-benar saya dapatkan di sana.

Ojin, doc.pri
Ojin, doc.pri
Balita-balita yang saya lihat di Balai desa tersebut tak satupun terlihat  menangis. Ini bisa terjadi  lantaran timbangan yang biasanya menggunakan sarung tersebut diganti dengan bentuk bebek dari papan kayu yang bisa diduduki. Seperti  perahu, balita itu seperti naik di atas perahu.

Petugas mencatat,  bidan yang di panggil Bu Ana  untuk nama panjangnya Ana Muflihatul Marhamah dan telah bertugas di desa Rejosari selama 13 tahun itu memantau. Juga menjadi tempat konsultasi ibu-ibu tersebut, memberi penyuluhan apa yang harus dilakukan warga untuk kesehatan putra putrinya.

Keriangan Balita yang terpancar di desa pimpinan Kepala desa termuda yang telah menjabat dua periode H.Rofik SE, itu benar-benar terasa. Warga antusias memenuhi balai desa. Satu tempat yang disediakan untuk acara penimbangan bagi warga Krajan di Pos Delima.  

Sang Kepala Desa Termuda | H. Rofik doc.pri
Sang Kepala Desa Termuda | H. Rofik doc.pri
Menurut keterangan seorang  petugas, Bu Musrifah ada sekitar 80 anak yang tercatat menjadi peserta  timbang di pos Delima. Ide menggunakan timbangan bebek bebek an berasal dari Bidan Ana. Untuk Pos Delima ini didapat dari membeli sebesar  Rp. 350.000 yang dananya berasal dari sumbangan Puskesmas Kraton.  

Sedangkan untuk dusun-dusun lain dibelikan desa. Bagi saya ini inspirasi. Solusi cerdas mengatasi tangis anak ketika mengikuti kegiatan penimbangan. Ada ide lain?  Temukan,  buat anak-anak bahagia dengan acara penimbangannya. Untuk balita sehat Indonesia.

Anis Hidayatie, untuk Kompasiana 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun