Sampai hari ini,  tidak ada yang lebih menggairahkan saya untuk jalan-jalan selain bertujuan literasi. Entah untuk sharing,  diskusi atau melihat saja.  Buku selalu membuat saya bergairah.  Berada diantaranya,  dengan penikmatnya,  terlebih lagi bila bertemu dengan mereka yang mempunyai  passion menulis. Itu sungguh membuat saya bergairah.
 Membuat keinginan hidup lebih lama tumbuh,  untuk ikut menjadi saksi tumbuhnya literasi mekar di bumi pertiwi.Â
Seperti yang saya saksikan hari itu. Tidak ada agenda khusus kecuali mengisi waktu luang lepas mengisi materi kepenulisan pada acara MGMP Bahasa Indonesia SMK Kabupaten Pasuruan beberapa waktu lalu. Mumpung ada waktu, Â saya sempatkan menghubungi Bu Ani, Â pustakawan SMAN 1 Bangil. Â Ingin melihat langsung kegiatan literasi di sana. Yang kabar kegiatan Literasinya telah saya dengar begitu memukau.
Ada 20 judul buku solo telah dihasilkan perpustakaan itu,  karya siswa. Juga puluhan judul antologi baik karya guru dan siswa.  Dengan jumlah siswa mencengangkan yang ikut gerakan literasi. 565 anak ikut GSMB, Gerakan sekolah Menulis  bersama. Bagi saya itu sungguh jumlah yang Wow.  Amazing,  tidak mudah loh menjaring siswa sebanyak itu untuk  menulis. Dengan perpustakaan sebagai pusat kegiatannya.
Saya membuktikannya. Hari itu Rabu,  bukan lagi jam pelajaran sekolah saya masuk ruang perpustakaan. Sejumlah siswa terlihat berkumpul di ruang perpustakaan. Tidak sekedar diam tepekur membaca,  tetapi ada buku di tangan untuk didiskusikan. Bedah buku tipis-tipis. Saya mengamati,  mengagumi. Ini saya utarakan pada bu Ani,  juga bu Siska,  guru sosiologi yang juga penulis dan sering memanfaatkan ruang perpustakaan sebagai  alternatif belajar di luar kelas.Â
 Ruang perpustakaan yang nyaman membuat siapapun betah berlama menikmati suasananya. Ditata melegakan rasa, ada AC pula. Ini satu poin yang ternyata membuat sekolah ini sukses mendapatkan kucuran dana dari Bank Indonesia senilai 100 juta.
Bu Ani menceritakan, Â awalnya dia melihat pengumuman di Instagram. Untuk sebuah kesempatan pengajuan bantuan Literasi bagi perpustakaan sekolah. Lalu dia berinisiatif mengajukan, ada proses seleksi sebelum akhirnya dinyatakan lolos mendapatkan bantuan itu.
Petugas Bank Indonesia datang dengan sejumlah perangkat bantuan. Dari mebeler, Â buku-buku hingga desain interior mereka yang tentukan. Â Keren memang, Â terlihat elegan dan mewah. Saya suka menatapnya, pun berlama membaca di pojoknya.
Puas bertanya tentang perpustakaan itu, saya jelaskan pada mereka bahwa saya juga penulis online, Â selain menulis buku. Â Kompasiana menjadi media yang saya pilih untuk menyalurkan ide. Â Tertarik, siswa yang mengelilingi saya, Â juga bu Ani dan bu Siska serta Resa, alumni yang kebetulan bertandang dalam rangka liburan kuliah tugas belajar di negeri tirai bambu.
 Mereka antusias ingin menjadi kompasianer pula.  Saya katakan siapapun bebas menulis di sana. Asal yang ditulis tidak melanggar aturan,  seperti SARA atau plagiat,  pasti ditayangkan. Hanya memang untuk mendapatkan reward harus melalui seleksi dahulu,  moderasi. Dengan label biru pilihan yang disematkan editor untuk artikel yang dianjurkan dibaca.