Hati itu penulis mendapatkan tempatnya, disiapkan kursi singgasana, dihormati layaknya raja. Itu yang saya rasakan saat menghadiri launching buku karya bersama civitas akademika MAN 1 Bojonegoro Jawa Timur." Hari ini kita tempatkan guru dan anak-anak penulis duduk di depan, biar kita duduk menghadap mereka.
"Kita muliakan mereka, agar tumbuh terus semangat menulis di kalangan generasi berikutnya." Tutur Kepala sekolah MAN 1 Bojonegoro, M. Saifuddin Yulianto, S. Ag, M.Ag ketika persiapan acara.
Idenya diamini panitia, Â maka berlakulah hal tersebut ketika eksekusi acara. Para penulis, guru dan siswa diberi tempat tersendiri, duduk menghadap undangangan, dengan sambutan layaknya mereka yang telah memenangkan pertandingan. Â Ada tari dengan buku sebagai piranti, Â kreasi baru bercorak tari Bali. Â Semarak, rancak, Â sesuatu yang mampu membuat bulu roma berdiri.
Proses pembukuan karya-karya itu memang tidak gampang. Ada perjuangan, menjadikannya sebagai buku yang bisa dipersembahkan untuk khalayak.  Bukan sekedar coretan imajinasi namun ada langkah nyata  mewarnai, dengan riset, pun observasi.  Seperti buku dengan judul Antologi Scientific Paper. Â
Terlahir lewat penelitian, berdasarkan pengalaman mereka menulis. Banyak hal,  dari yang dekat dengan lingkungan hingga diluar lingkungan sekolah. Contonya tajuk  yang telah saya baca ini. "Mencegah Kanker Serviks Terhadap Siswi MAN 1 Bojonegoro Dengan Cara Mengganti Celana Dalam". Menunjukan betapa hal sederhana terkait pembiasaan hidup bersih ternyata bisa menjadi solusi tepat untuk mencegah terjangkitnya penyakit berbahaya.
Karya murni beberapa siswa dengan ide dan pengungkapan rasa yang mengagumkan. Â Memberikan nuansa tersendiri bagi yang membacanya. Launching buku itu menjadi makin menarik karena disertai bedah buku. Menghadirkan perwakilan penulis dengan dialog interaktif dipandu penyiar radio yang juga pegiat literasi Nasruli Chusna.Â
Ada pula tokoh Literasi  lain, trend setter perpustakaan keliling dengan becak Bojonegoro, pejuang disleksia yang pernah diundang TV Nasional untuk talk show, Agung Ridwan.
Â
Sungguh, saya yakin betul bahwa literasi akan bisa menjadi bagian penting membentuk karakter bangsa ini. Lewat kurikulum sekolah yang pro literasi. Â Lewat kegiatan ekstra yang mendukung kegiatan Literasi. Terlebih setelah melihat langsung kiprah mereka, membukuan karya tentang hal-hal inspiratif, Â yang bermanfaat, untuk diri sendiri sebagai penulis maupun untuk pembaca.
Apa yang telah dilakukan sekolah ini membuat saya tergetar, ingin lakukan hal serupa. Di sekolah saya pun di sekolah-sekolah lain yang memberi kesempatan kaki ini menjejakkan diri.Â
Antologi adalah awal, Â simpul kebersamaan. Darinya akan tumbuh semangat terus menulis. Memberikan yang terbaik untuk pembaca. Saya yakin ide-ide itu akan terus tumbuh, Â memperkayana khazanah pengetahuan dan wawasan kita. Baik melalui antologi ataupun solo tak ada beda. Yang penting adalah karya, Â untuk kemaslahatan umat manusia.
Ini mendukung gagasan selanjutnya, Â project ayo menulis 100 judul buku untuk seratus siswa. Â Bukan hal sulit untuk sekolah yang mempunyai jumlah murid ribuan seperti MAN 1 Bojonegoro ini. Tapi harus diakui memulai dan beraksi itulah kendala yang harus ditaklukkan, maka tak salah jika sekolah itu ditahbiskan sebagai Sekolah Rujukan Literasi.Â
Ditulis Anis Hidayatie untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H