Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menakar Kemungkinan Mantan Menjadi Besan

19 Februari 2020   17:12 Diperbarui: 19 Februari 2020   17:25 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anis Hidayatie, dok. pribadi


Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, termasuk menghindari hal-hal yang tak kita inginkan untuk tidak terjadi.  Jatuh cinta,  siapa pernah mengira akan diperuntukkan siapa, pun putus cinta,  tak satu orang menginginkannya.

"Jalannya sama aku nikahnya sama dia."

Pernah dengar kalimat nyesek itu?  Sering, bahkan tertulis pula di sebuah lokasi wisata. Duh,  ngenes yang diumbar itu bikin ketawa. Bagi yang mengalami rasanya seperti tertimpa durian runtuh, meski tak mampu meraung di depan orang. Pasti dia juga akan menertawakan dirinya sendiri.  Sembari meruntuki kecewa. " Nasib, nasib. Mengapa ini terjadi?"

Saya

Anis Hidayatie, dok. pribadi
Anis Hidayatie, dok. pribadi
Saya bukan orang yang pandai membenci meski ada orang menyakiti. Termasuk dikhianati. Sabar,  selalu itu yang ibu saya katakan. Kalau takdir ya bersatu,  kalau tidak ya saudaraan saja. Tak perlu saling benci apa lagi mendendam pada mantan. Bila dia bukan takdir kita pasti Tuhan punya rencana lain yang lebih indah untuk kita jalani dalam menatap hari depan.Itu kata ibu saya. 

 Sabar itu butuh ujian. Tak bisa orang mengklaim dirinya sabar tapi tidak ada ujian dia lewatkan.  Misal nih, kita dimaki-maki pasangan, kalau balik memaki bukan sabar namanya, setali tiga uang. Kecuali kalau KDRT,  atau ada kekerasan fisik, hukumnya wajib melawan. Bukan untuk adu jotos mencari siapa pemenang,  tapi untuk mempertahankan diri.  Tidak perlu mati konyol karena digebuki bukan?

Kalau ada kekerasan  fisik,  lawan. Berhadapan atau lewat jalur hukum. Supaya kebenaran tetap menjadi pemenang. Sesudah itu bagaimana?  Apakah hubungan dengan orang yang pernah mengisi hari-hari indah itu harus berakhir buruk dan menggulirkan dendam?

Bermula dengan baik mestinya berakhir baik pula. Sadari saja bahwa dia bukan jodoh kita. Karena yang berkuasa atas lahir, hidup dan mati manusia adalah tulisan sang maha Pencipta.  Berakhirnya hubungan hati tidak berarti putus hubungan silaturrahmi.  Karena memutuskan demikian juga bukan hal yang dibenarkan Tuhan.

 Bagi keyakinan saya "Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam." (HR. Muslim).

Itulah mengapa saya salut dengan orang-orang jaman dahulu, angkatan ibu saya.  Ketika perjodohan masih menjadi pilihan menentukan  pernikahan. Banyak kasus "ora patut", tidak mau berhubungan dengan pasangan yang dijodohkan. Dengan alasan macam-macam,  namun bagi saya itu memberikan pelajaran tentang berhubungan baik.  

Mereka,  pasangan yang"ora patut" itu tidak bermusuhan. "Seduluran" itu menjadi komitmen ketika pernikahan berakhir.  Hingga suatu masa,  ketika anak- anak mereka sudah dewasa,  ada kemungkinan hubungan baik dilanjutkan dalam tali suci pernikahan.

Bukan CLBK,  Cinta Lama Bersemi Kembali. Namun menjadi besan.  Anak-anak mereka bisa terikat dalam pernikahan.  Lalu kisah mereka menjadi bumbu perbincangan canda, menghangatkan suasana.  Tidak ada cemburu -cemburuan atau sewot karena kehadiran mantan.  Justru mantan menjadi pelengkap hubungan  persaudaraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun