Anak-anak berlarian memanggul harapan
Licin jalanan, taburan onak duri tak dihiraukan
Tetap berlari meski  jatuh bangun
Berdiri, Â berlari, Â berulang tiada henti
Bapaknya tak bisa menemani
Ibunya hanya berseru "Hati-hati"
Anak-anak dibiarkan sendiri
Menerobos hujan badai mencari jati diri
Pada satu persinggahan atas kelelahan
Anak-anak rebahkan diri
Paha ibu yang diinginkan
Usap lembut yang dirindukan
Tak didapatkan
Ibunya nun jauh di rantau orang
Mengais mimpi yang pernah dijanjikan orang
Anak-anak terbiar
Mereka diumpat liar
Berondongan tuduhan
Vonis kurang ajar
Menjadi baju hidup anak-anak tanpa ibu bapak
Padahal mereka hanya tak tahu yang mana kebenaran pun kesalahan
Rumah tak ada sesiapa
Jalanan mengakrabi mereka
Penjara adalah rumah sesungguhnya
Untuk tiap peristiwa yang mengharuskan pulang
Tusukan duri, Â hunjam belati merupa makanan
Ludah, Â umpatan menjadi minuman
Sampai datang "dia" mengangkat
Dengan ucap penuh taburan semangat
"Bapakmu di sana menanti kiriman doa"
"Ibumu di rantau untuk nyawanya"
Maka jadilah kau panglima untuk mereka
Selamatkan dari dera siksa
Pintu langit berderit
Memberi restu anak anak rindu
Membelai mereka dengan tumpahan hujan
Dalam rengkuh pengabulan
Ngroto, Â 11/02/20
Anis Hidayatie untuk Kompasiana bertema hujan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H