" Kenapa dia, Â sebelum berangat tadi sempat kugendong, Â tertawa-tawa seperti biasa."
"Entahlah, Â aku tidak tahu. Lepas tidur siang keadaannya seperti itu. Kita pulang ya, Â aku takut."
Tidak ada yang dibawa Juna selain kontak mobil. Â Ratih datang naik Car online, karena takut nyetir mobil sendiri.
" Rossi, tolong reschedule appointmen dengan Mr. Chu. Kalau bersedia minta untuk dinner nanti di restaurant biasanya. Â Kalau tak bisa sekarang besok. Aku pulang dulu urgent, Â Elang sakit."
Setengah berlari Juna dan Ratih menuju pintu lift lalu parkiran. Juna membawa mobil dengan kencang. Untunglah bukan jam pulang kantor atau sekolah, sehingga setengah jam sudah sampai di rumah.
Pagar dibuka Pak Didi, Â satpam setia suami bi Inah. Nampak Elang dalam gendongan ibu Juna. Bergegas Juna mendatangi, Â tak dihiraukan Ratih yang terengah berlari mengimbangi Juna.
"Ini papa sayang," ibu Juna menyerahkan Elang untuk digendong.
Secepat kilat tubuh gendut Elang sudah berpindah tangan, Â hawa panas tubuh dirasakan Elang. Lebih dari 40 derajat perkiraan. Igauan "Papa, Â papa" terus digumamkan pemilik pipi tambun itu. Â
"Kita ke rumah sakit sekarang, Ibu di rumah saja ya, Â nanti kami kabari setiba di Rumah Sakit." Juna berkata lembut kepada ibunya.
" Ayo Ratih, Â kita berangkat sekarang!"
Tak ada bantahan, Â Ratih menuruti perkataan Juna. Di dalam mobil ganti Ratih yang menggendong Elang, Â dalam pangkuan, Â duduk di samping Juna. Â